Vannesa menatap langit-langit kamar barunya,sudah 2 jam dia tinggal disana semenjak barang-barang miliknya selesai dipindahkan.
"Ayah ibu, bagaimana kalau kalian tau aku hidup seperti ini? Apakah kalian tetap akan membenciku?" Vannesa memejamkan mata mengingat kejadian yang dia alami 10 tahun yang lalu.
*Flashback on
Plakk
Suara tamparan terdengar cukup nyaring,seorang anak kecil duduk bersimpuh dilantai dengan pakaian yang kotor.
"Kau tidak berguna! Kenapa kau harus hidup jika kau tidak bisa seperti yang lainnya!"
Plakk
Seorang laki-laki paruh paya menampar anak itu lebih keras dari sebelumnya,sedangkan anak kecil itu hanya diam tanpa suara,tanpa tangisan. Tapi siapa yang tau kalau didalam hatinya dia menangis.
"Kau dengar kata ayahmu itu! Malam ini kau tidur diluar!"
Teriak seorang wanita yang dia panggil sebagai ibu,dia menyeret tubuh anak kecil itu keluar rumah.
"Vannesa? Kau baik-baik saja?"
Vannesa menoleh kearah datangnya suara, Vannesa tersenyum sangat manis. Tapi semua orang tau jika itu adalah senyum kebohongan, Vannesa menutupi seluruh luka dan rasa pedihnya dengan senyumannya.
"Iya,aku baik-baik saja. Aku akan segera tidur disini."
Vannesa naik ke atas kursi anyaman bambu yang panjang bersiap untuk tidur. Anak laki-laki itu ikut naik bersama dengannya.
"Kau akan kedinginan, dan lihatlah bagaimana seorang ayah tega melukai wajah secantik ini?"
Anak laki-laki itu melihat bekas tamparan yang memerah.
"Cakra aku tidak apa-apa,kau tenanglah ya. Aku sudah biasa seperti ini."
Vannesa tetap tersenyum,tangan kecil Vannesa memegang tangan Cakra. Sedangkan Cakra menangis melihat kondisi teman baiknya itu.
"Hiks, Vannesa kau benar-benar menderita,maafkan aku yang tidak bisa melindungimu."
"Kau jangan menangis,kau hanya perlu ingat kalau kau sudah dewasa tidak boleh jahat kepada perempuan ya."
Vannesa memberikan semangat kepada Cakra lalu menepuk pundak Cakra.
"Sudahlah kau segera pulang,ini sudah larut,aku akan segera tidur."
Cakra menurut kepada Vannesa dia akhirnya berpamitan lalu pulang kerumahnya.
Kini si kecil Vannesa duduk sendirian disana,dia duduk sambil memeluk lututnya dia meneteskan air mata memikirkan bagaimana nasibnya kelak.
Lama kelamaan Vannesa tertidur,dia tidur tanpa memakai selimut ataupun bantal. Malang sekali nasib Vannesa pada saat itu.
*Flashback off
Vannesa membuka matanya, tanpa sadar dia meneteskan air mata. Dia segera mengelap air matanya.
"Vannesa kau tidak boleh menangis! Kau itu kuat,lihatlah betapa banyak orang yang menyayangi dirimu."
Vannesa memberi semangat kepada dirinya sendiri,dia tersenyum lebar.
Kruukkk
Suara perut Vannesa membuat dia langsung bangun dari tempat tidurnya.
"Wah kau ini parah sekali. Oh iya aku dari tadi belum makan apapun."
Vannesa berjalan kearah dapur,dia belum membeli banyak persediaan,hanya ada beberapa bahan yang menurutnya penting.
Vannesa menggoreng nugget lalu dia juga menuang susu uht ke dalam gelas. Dia ingin makan nasi dengan lauk nugget malam itu.
"Kau tau perut? Aku akan memberikan kamu sedikit makanan malam ini,supaya aku bisa mengenakan dress yang indah."
Ucap Vannesa kepada perutnya sendiri.Dia lalu memakan makanannya.
Setelah selesai dia membereskan dapurnya dan pergi ke ruang depan.
Drtt drtt
Ponsel Vannesa bergetar,dia melihat ada sebuah pesan singkat dari Hans. Setelah membaca isi pesan tersebut, Vannesa segera ke kamarnya untuk berganti pakaian. Lalu turun ke parkiran menuju mobil Hans.
"Kau cepat sekali,sedang tidak sibuk huh."
Ucap Hans kepada Vannesa,tapi Vannesa segera masuk ke dalam mobil Hans tanpa bicara apapun. Dia bicara ketika keduanya sudah berada didalam mobil.
"Berisik sekali. Kau tidak takut kehilangan nyawamu huh."
Kata-kata yang terlontar dari mulut Vannesa langsung membuat Hans diam, Hans menyetir dengan sangat fokus,mereka menuju ke lokasi misi mereka malam ini.
"Misi malam ini berbahaya?" Vannesa bertanya kepada Hans tanpa melihat kearah Hans.
"Ya, level 's' dari informasi yang aku dapat dari Galang kita seharusnya mendapat misi mengambil batu ruby yang ada di markas pasukan khusus"
Vannesa melihat ke arah Hans dan tersenyum.
"Menarik! Sejak kapan kita memusuhi pasukan khusus?" Vannesa mengeluarkan belati kesayangannya lalu mengasahnya.
"Tidak tau pasti,tapi batu ruby itu milik kita. Mereka lah yang merampasnya."
Hans menghembuskan nafas kasar. Lalu dia melanjutkan kata-katanya.
"Seharusnya misi ini adalah misi yang mudah jika batu itu masih ada di tangan bangsawan itu."
"Tidak ada masalah. Bangsawan dan pasukan khusus itu sama saja,jika mereka tidak patuh maka nyawa merekalah bayarannya."
Hans melirik Vannesa,sifatnya memang tidak pernah berubah dari dulu.
Setelah 20 menit mereka sampai di lokasi,disana sudah ada Galang,Rendi,dan juga Rista. Sedangkan Key Van sudah bertugas terlebih dahulu menjadi mata-mata dan menyelinap ke dalam pasukan khusus.
"Bagus sekali,tugas level s ini hanya diberikan kepada kita?" Vannesa melihat tablet transparan yang berisi informasi misi mereka kali ini.
"Wajar saja,komandan memang suka pilih kasih,mafia yang kemampuannya belum terlalu tinggi seperti kita ini memang akan selalu direndahkan."
Galang juga merasa tim mereka selalu direndahkan dan juga tidak diberi muka oleh komandan.
"Tapi kenapa? Level tingkat s harusnya diberikan kepada tim yang kemampuannya diatas rata-rata, sedangkan kita masih dibawah rata-rata. Bukankah kita seharusnya senang diberi misi ini?"
Vannesa mendekat kearah Rista.
"Kau benar Rista. Tapi apakah pernah terpikirkan olehmu jika komandan menginginkan kita tertangkap begitu saja?"
Rista mengerti maksud perkataan Vannesa,dia akhirnya tau kenapa sebelumnya Galang meminta kepada komandan untuk menambahkan rekan untuk mereka.
"Vannesa benar. Peluang tertangkap lebih tinggi disini,apalagi kita hanya 6 orang. Jika satu tertangkap maka kekuatan kita akan berkurang."
Hans melihat ke arah pohon besar didekatnya.
"Kita harus menunggu sinyal dari Key untuk bisa masuk."
Vannesa yang masih melihat tablet transparan tiba-tiba tersenyum.
"Kalian salah,kita harus masuk sekarang juga."
"Apa kau gila Vann? Ini berbahaya, Key belum memberikan instruksi kepada kita."
Rendi yang sejak tadi diam kini bersuara. Tapi Vannesa tidak mau mengalah begitu saja.
"Seharusnya kitalah yang memberikan Key instruksi. Dia tidak mungkin bisa mengusir pengamanan disekitar lokasi batu ruby. Tapi kita bisa mengalihkan perhatian mereka,dengan cara itulah Key bisa masuk lalu mengambil batu ruby. Jika kita semua mengambil batu ruby,maka Key yang akan celaka karena dia sendirian mengalihkan perhatian."
Teman-teman Vannesa terlihat berpikir.
"Itu masuk akal,kita bisa membagi tugas kita. Aku dan juga Vannesa akan mengalihkan perhatian pasukan yang berjaga disekitar ruangan batu ruby,lalu Rista kau bisa mengakses cctv disana untuk menghilangkan jejak kami,Rendi kau berjaga disini untuk memantau kondisi diluar, sedangkan Galang yang akan melindungi Key supaya bisa aman membawa batu itu keluar."
Hans memberikan sinyal perubahan rencana kepada Key,yang langsung disetujui oleh Key. Mereka langsung bergerak sesuai dengan tugas masing-masing
Rista kali ini sedang menyadap cctv disana supaya tidak ada pergerakan yang bisa terbaca, sedangkan Vannesa dan Hans mereka masuk lalu membuat keributan supaya penjagaan disekitar ruangan batu bisa teralihkan.
"Hey siapa kalian berdua." penjaga disana mulai mengepung dan salah satu bertanya pada mereka berdua.
"Kau! Apakah kau pantas mengetahui identitas kami? Sayangnya tidak."
Vannesa langsung mengeluarkan pistol dan tanpa aba-aba langsung menembaki mereka satu-persatu.
"Kurang ajar kau!"
Penjaga dengan badan yang besar mendekati Vannesa.
Jleb
"Akhhh"
"Ups maaf tanganku licin"
Vannesa menancapkan belatinya ke dada kiri penjaga itu,darah segar mengalir dari sana.
"Sis,kau memang berdarah dingin."
Hans memuji Vannesa yang saat ini sedang duduk diatas mayat orang yang dia bunuh barusan.
"Kau mati saja."
Dorr
Suara tembakan dari pistol Vannesa terdengar sangat nyaring. Sekaligus suara tembakan terakhir malam itu. Pertarungan mereka berdua telah selesai.
Mereka berjalan menuju ruangan batu,disana mereka melihat Key dan Galang sudah berhasil membawa batu itu.
"Kalian terluka?"
Key terlihat cemas setelah melihat kondisi Vannesa dan Hans yang penuh dengan bercak darah.
"Tidak,aku hanya mencicipi darah ini apakah manis. Sampai tidak memperhatikan kondisi sendiri."
Ucap Vannesa kepada Key. Kata-kata itu membuat Key tau jika Vannesa baik-baik saja.
Mereka ber empat berjalan keluar lokasi dan bertemu Rista serta Rendi di pinggir hutan tempat mereka sebelumnya.
"Pertunjukan bagus seperti biasa Vannesa."
Rista memberikan pujian kepada Vannesa yang hanya dijawab dengan senyuman oleh Vannesa.
"Misi kali ini sudah selesai,Key dan Galang yang akan melapor kepada markas,yang lainnya kembalilah ke rutinitas masing-masing."
Titah Hans yang akhirnya dituruti semua anggota.
Hans mengantarkan Vannesa ke apartemennya, Vannesa memakai jaket untuk menutupi seluruh bercak darah para korbannya.
"Malam yang penuh aksi. Istirahatlah Vann,besok masih ada hal yang menarik."
Ucap Hans kepada Vannesa setelah menurunkan Vannesa di depan gedung apartemen.
"Tentu saja Hans,aku selalu menyukainya."
Vannesa pergi ke apartemennya sedangkan Hans juga langsung pergi meninggalkan gedung apartemen itu.
Vannesa membersihkan dirinya lalu beranjak tidur.
Masih banyak hal yang menunggu Vannesa esok harinya. Yang Vannesa sendiri tidak yakin apa itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Irfan Andi Gunawan
wahhhh baguss
2022-11-13
1