Code Name
Dari dalam menara jam, samar-samar terdengar suara dobrakkan sebuah benda tanpa henti. Tampak sebuah peti bergoyang-goyang seperti ada sesuatu yang sengaja menggerakkannya. Tiba-tiba suara itu terhenti untuk sesaat, kemudian dobrakkan keras terjadi dari dalam peti tersebut dan membuat penutup peti itu terlempar ke lantai.
Sebuah tangan yang tampak gemetar berusaha meraih ujung peti tumpul sebagai pegangan. Seorang laki-laki tampak terbangun dari dalam peti itu. Dengan kebingungan ia melihat ke sekitar, sesekali ia memegangi kepalanya.
Dengan tertatih-tatih ia berusaha berjalan menjauh dari peti yang mengurungnya. Baru beberapa langkah, ia terjatuh ke lantai dan dengan susah payah berusaha untuk kembali berdiri. Dengan langkah yang pelan, ia mencoba meraih jendela yang ada di depannya.
Cuaca yang tidak bersahabat membuat langit terlihat gelap. Sesekali petir menyambar memperlihatkan kilat terang mengisi kehampaan langit malam. Pria itu membuka jendela dan merasakan dinginnya air hujan yang mulai menyentuh kulitnya.
Dengan tubuh yang masih lemas, pria itu memandangi kota yang sepi. Kakinya gemetar menopang berat badannya sendiri, hingga ia tergelincir dari loteng menara jam itu dan tubuhnya meluncur bebas ke bawah. Bersusah payah ia mencoba meraih dinding menara jam yang ada di sampingnya, tetapi sia-sia.
Tubuh pria itu menimpa sebuah atap tenda dan terpantul ketumpukan sampah yang telah terbungkus oleh kantung plastik. Seketika ia pingsan karena kejadian itu dan tubuhnya tetap berada dalam kedinginan.
***
“Siapa dia?” tanya seorang wanita yang menyebabkan kerumunan di sekitar pria yang jatuh tadi malam.
Cahaya matahari yang panas membuatnya terbangun dari pingsan. Saat matanya terbuka, terlihat warga telah berkerumun di sekitarnya. Pria itu kebingungan dengan apa yang terjadi, begitu pun dengan perkumpulan warga tersebut.
“Mungkin dia dari khasta rendah yang dibuang pemiliknya.” Seorang warga mulai mencibir.
“Kalau dia bud*k, kenapa dia bisa ada di sini? Seharusnya tempatnya bukan di sini, ini area prajurit,” sahut seorang wanita.
“Bisa jadi dia bud*k yang dibuang pemiliknya dan pingsan di sini.” Seseorang menimpali.
“Sudah-sudah, sebaiknya usir dia. Aku sudah mual melihat bud*k ini.”
Sesaat kemudian, pria yang masih terduduk tanpa mengetahui masalah yang terjadi, mulai dilempari dengan buah busuk dan sisa makanan dari warga yang ada di sekitarnya. Ia hanya diam saja karena bingung apa kesalahan yang ia buat sehingga membuat warga marah.
Ketika buah busuk dan makanan sisa terganti oleh batu, pria itu mulai bangun, lalu berlari menjauh dari kerumunan warga tersebut. Tanpa sadar ia menabrak salah satu warga yang tengah berbelanja buah di sebuah kedai.
“Aduh! Gunakan matamu!” teriak wanita itu.
Pria itu tetap berlari dengan sempoyongan menjauhi kerumunan. Sekali lagi ia menabrak sebuah gerobak yang berisi jerami di dalamnya. Ia jatuh tersungkur, tetapi segera bangkit dan kembali berlari.
Setelah cukup lama berputar-putar di kota, pria itu duduk dan beristirahat di belakang sebuah kedai roti. Aroma harum dari roti yang dipanggang semerbak memenuhi udara di sekitar daerah tersebut.
“Perutku ... terasa sakit.” Pria itu memegangi perutnya.
Ia mulai merangkak dan mendekati si penjual roti yang sedang memanggang makanan tersebut. Laki-laki itu terus saja memandangi roti yang tengah berada di dalam oven panas yang terbuat dari tanah liat dan tanpa ia sadari, si penjual roti itu melihatnya.
“Siapa kamu? Pakaianmu lusuh sekali, jangan-jangan kamu bud*k, ya? Jangan duduk di dekat tokoku, kamu bisa membuat pelangganku enggan datang kemari.” Penjual roti itu kesal.
Pria itu tetap memandangi roti yang tengah dipanggang berubah menjadi kuning kecokelatan. Dia tidak memedulikan apa yang sedang dikatakan oleh penjual roti itu. Tentu saja hal itu membuat penjual roti tersebut semakin kesal.
“Ambil ini, dan pergilah dari sini!” teriak penjual roti sembari melemparkan roti ke arah tubuh pria itu.
Pria yang berpakaian lusuh ini mendekap rotinya dengan erat dan segera pergi menjauh meninggalkan toko roti tersebut. Ia segera meninggalkan keramaian lalu duduk di belakang sebuah bangunan.
Ia memakan roti itu agar dapat menghentikan rasa lapar yang dirasakan perutnya. Sesaat kemudian ia menyadari ada seekor kucing yang memperhatikannya. Kucing itu terlihat kelaparan, sama seperti apa yang dialami pria tersebut.
“Apa kamu menginginkan ini? Aku punya sedikit benda enak ini untukmu, kamu mau?” Pria itu memotong rotinya dan memberi makan kucing yang kelaparan di dekatnya.
Burung-burung berdatangan melihat roti yang ada di tangan pria yang tampak kotor. “Apa kalian menginginkan benda ini juga? Aku hanya punya sedikit, mari kita berbagi.”
Pria itu tampak tersenyum melihat hewan-hewan yang sedang makan di dekatnya. Setelah roti di tangannya habis, ia berdiri dan mengucapkan selamat tinggal pada hewan-hewan yang telah menemaninya.
Ia berjalan di tengah keramaian, di mana orang-orang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Awalnya keadaan baik-baik saja, sampai salah seorang warga berteriak ke warga lainnya.
“Kenapa ada bud*k di sini? Dia datang dari mana? Di mana penjaga gerbang? Aku muak melihat bud*k ini!” teriak seorang warga.
Seketika seluruh warga yang berada di tempat itu mencari keberadaan pria yang mereka anggap bud*k tersebut. Setelah terlihat seorang laki-laki dengan pakaian lusuh dan kotor, mereka pun menjauhinya.
“Panggil penjaga gerbang! Aku tidak ingin bud*k ini menularkan penyakit!” cetus seorang wanita dari kejauhan.
Sontak warga melempari pria itu dengan batu dan membuat kepalanya mengeluarkan dar*h. Ia berusaha berlari menjauhi kerumunan tersebut, tetapi seorang penjaga gerbang telah ada di hadapannya.
“Aku mendengar ada keramaian dari kejauhan, dan setelah aku datang kemari ternyata ada bud*k yang tidak mengikuti aturan rupanya.” Penjaga itu melihat dengan sinis ke arah pria lusuh yang tengah terduduk di tanah.
“Apa kamu tidak tahu konsekuensi tidak mengikuti aturan? “ lanjut penjaga gerbang itu.
“Hukum saja dia, aku muak melihat bud*k berkeliaran dimana-mana!” Seorang warga memanaskan suasana.
“Tolong tenang! Biarkan aku yang mengurus bud*k ini.” Penjaga itu berusaha menenangkan suasana yang panas di tempat tersebut.
“Jadi, kalau kamu belum tahu apa hukuman bagi bud*k sepertimu, maka akan aku beri tahu. Aturan di sini, jika bud*k memasuki area lain maka akan di hukum cambuk.” Penjaga gerbang itu mengangkat cambuk yang ia pegang.
Tanpa aba-aba penjaga gerbang itu mulai mengayunkan cambuknya ke tubuh pria yang dianggap bud*k tersebut, tanpa mengetahui permasalahan yang terjadi. Bertubi-tubi cambuk menghantam tubuhnya dan membuat bajunya robek karena kerasnya pukulan cambuk dari penjaga gerbang.
Warga yang melihat kejadian itu bersorak kegirangan seperti melihat hiburan gratis. Sikap mereka seperti iblis yang tidak memiliki perasaan pada sesama manusia. Percikan darah pun tidak membuat mereka takut, tetapi meningkatkan sorakan dan kebahagiaan mereka yang menyaksikan.
Setelah pria itu terkapar di tanah, penjaga gerbang menyeret dan membawanya menuju gerbang yang menjadi perbatasan sebuah area. Sesaat kemudian penjaga itu melemparnya keluar dari gerbang.
Dengan tubuh yang babak belur ia berusaha merangkak menuju tempat sepi agar tidak ada satu pun orang melihat dirinya. Tangan dan kaki yang lemas membawanya ke belakang rumah yang terlihat kosong. Ia beristirahat sejenak sembari memegangi lukanya.
Seorang wanita berambut pendek datang ke rumah itu dan melihat tetesan darah yang mengarahkannya ke belakang rumah. Betapa terkejut ia setelah melihat seorang pria babak belur sedang terbaring di belakang rumahnya.
“Kamu siapa? Apa yang terjadi padamu?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 17 Episodes
Comments
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
semangat
2023-01-11
1