Mata R terbuka perlahan. “Kenapa aku ada di sini? Bukankah aku tadi sedang ada di kastil?”
“Apa kau tidak mengingatnya? Sebelumnya kau pingsan dan ada seorang wanita yang membantu aku untuk merawatmu. Apa kau tahu? Ternyata wanita itu adalah nenek dari anak yang kita bantu sebelumnya.” L terlihat duduk di sebelah R.
“Sepertinya staminaku habis. Aku akan beristirahat sebentar lagi untuk memulihkan sebagian staminaku.” R kembali memejamkan matanya.
L terlihat tersenyum karena melihat R baik-baik saja. Ia terlihat lega karena tidak ada sesuatu yang buruk terjadi pada temannya itu. Sesaat kemudian, L meninggalkan R yang tengah terbaring di atas tempat tidur tersebut.
Setelah keluar dari ruang istirahat R, L melihat wanita yang menolong mereka sedang memasak. Sesegera mungkin L membantu wanita itu sebagai bentuk balas budinya. Wanita itu berkata kalau suaminya akan segera pulang, jadi ia akan memasak banyak makanan.
Setelah beberapa makanan telah siap, L menaruh makanan tersebut ke atas meja makan. Di sana juga ada anak yang sebelumnya pernah mereka selamatkan. Sebelumnya, L belum sempat bertanya mengenai nama anak itu.
“Jadi kamu tinggal di sini, ya? Siapa namamu? Aku belum mengetahuinya,” tanya L kepada anak laki-laki itu.
“Namaku Fernando. Aku sangat berterima kasih karena kakak telah membantuku sebelumnya.” Anak itu menundukkan kepalanya.
“Tidak perlu berterima kasih. Kami bahkan tidak melakukan apa pun.” R keluar dari ruang istirahatnya.
L segera menghampiri R dan bertanya apakah R sudah baik-baik saja. R mengatakan bahwa staminanya belum pulih sepenuhnya, tetapi ia sekarang sudah bisa beraktivitas dengan lancar. R juga mengatakan kepada L agar tidak terlalu cemas memikirkannya.
Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu yang mengejutkan mereka semua. Beberapa saat kemudian, pintu itu terbuka dan memperlihatkan seorang laki-laki bertubuh kekar. Laki-laki itu terkejut melihat R dan L yang ada di hadapannya.
“Theo, kau sudah pulang? Ini tamu kita, maaf membawa mereka tanpa seizinmu. Mereka telah menolong Fernando mengistirahatkan ibunya. Jadi aku membawa mereka kemari.” Wanita yang merupakan istri dari Theo itu keluar dari dapur dengan membawa makanan.
“Maaf mengganggu, nama saya R dan ini L. Senang bertemu denganmu, Tuan Theo.” R berusaha berbicara dengan nada sopan.
“Terima kasih karena telah membantu cucuku sebelumnya. Anggap saja rumah sendiri, tidak perlu sungkan. Aku dan Kay sudah lama tidak mendapatkan tamu.” Theo tersenyum ke arah R dan L.
Segera setalah percakapan singkat itu, Theo menggantungkan jasnya dan berjalan ke arah cucunya. Tanpa basa-basi, Theo memeluk Fernando. Seketika Fernando menangis di pelukan kakeknya itu. Sepertinya, Theo baru saja pulang dari makam menantunya.
Kay yang baru saja keluar dari dapur secara cepat ikut ke dalam pelukan itu. Keluarga kecil ini memancarkan kesedihan walaupun mereka tidak mengatakannya. R dan L yang melihat hal ini hanya bisa memperhatikan dari kejauhan tanpa bisa berbuat banyak.
Beberapa saat setelah mereka melepaskan rasa sedih itu, Kay berdiri sembari mengusap air matanya. “Jika kita diamkan, makanannya akan dingin. Kita Tidak boleh membuat tamu kita menunggu untuk makan malam ini.”
“Maafkan aku, ini salahku karena terlalu bersedih. Ayo, R, L, kita nikmati berkah dari alam ini. Fernando juga, kamu makan yang banyak agar menjadi laki-laki yang kuat.” Terlihat air mata Theo belum mengering seluruhnya.
Mereka berlima akhirnya duduk di meja makan yang sama. Walaupun awalnya Theo, Kay dan Fernando terlihat murung, tetapi mereka tetap tersenyum sembari menikmati makanan mereka masing-masing. L juga terlihat menikmati makanan yang ada di hadapannya.
Semua orang terlihat menikmati makanannya dengan senyuman, berbeda dengan R yang sedikit murung. L yang melihat ke arah R sepertinya mengerti akan perasaan R saat ini. L berusaha bertanya dan menghiburnya.
Theo yang penasaran pun ikut masuk ke dalam pembicaraan. “Apa yang terjadi padamu, R? Apa makanannya tidak enak?”
“Tidak, makanannya sangat enak, hanya saja aku belum pernah duduk dan makan bersama seperti ini. Sebelumnya aku hanya berdua dengan Shin.” Kemurungan R terlihat berkurang.
Theo kembali bertanya kepada R. “Lalu, dia ada di mana se—“
“Dia sudah terbun*h. Shin tidak ada lagi di dunia ini.” R dengan cepat menjawab pertanyaan Theo.
Semua orang yang ada di ruangan itu terlihat diam mematung. Sebaliknya, R terlihat tenang dan ia sudah berusaha menerima takdir yang ia miliki. Kay yang awalnya diam saja, berubah memarahi Theo karena tidak sengaja membicarakan hal yang tidak ingin R bicarakan.
Waktu terus berlalu, tidak terasa matahari telah tenggelam meninggalkan bulan sendirian. Malam hari terasa dingin di bawah langit yang dihiasi polusi udara. Suara hewan malam mulai terdengar, membuat bising area tersebut, mengiri obrolan kelima orang itu.
Kay bertanya kepada R kenapa ia bisa pingsan seperti itu. Dengan santai, R menjelaskan semuanya, mulai dari kedatangan mereka pada pagi hari hingga aksi mereka menerobos kastil di siang harinya. Tentu saja, mereka tidak mengatakan kemampuan spesial mereka, karena hal itu sangat berisiko. Mereka hanya mengatakan bahwa mereka mengikuti Sensdor.
“Kalian mengenal Sensdor? Bagaimana keadaannya sekarang? Aku dengar dia akan dieksekusi besok. Aku ingin menemuinya hanya saja aku takut ia tidak ingin menemuiku.” Theo terlihat murung.
R mengerti perasaan Theo dan berusaha membuatnya tenang. “Sensdor sebenarnya ingin meminta maaf padamu, ia menyesal dengan apa yang ia lakukan sebelumnya. Ia juga berterima kasih karena dirimu telah merawatnya beserta dengan adiknya. Tunggu dulu, kenapa kau ingin menemuinya?”
“Sudah sewajarnya, kan. Seorang ayah mencemaskan anaknya,” jelas Theo.
R dan L seketika terdiam. Mereka tidak menduga kalau Theo adalah ayah dari Sensdor. R menjelaskan semuanya tentang Sensdor, Theo yang mendengar hal itu juga mencermati setiap kalimat dari R. Ia terlihat tersenyum mendengar kata-kata R.
“Jadi seperti itu yang terjadi. Sensdor selalu melakukan hal yang dianggapnya benar walaupun harus melukai dirinya sendiri. Dia benar-benar anak yang baik. Aku benar-benar bangga memiliki anak seperti dia.” Theo terlihat tersenyum bahagia.
“Jadi Anda adalah raja Poiboy sebelum Sensdor, kan? Maafkan aku, tetapi aku sedikit bingung dengan silsilah keluarga Anda.” L menyela percakapan antara R dan Theo.
Theo menjelaskan bahwa Sensdor ia adopsi sebelum ia menikah dengan Kay. Jadi Sensdor dan adiknya tidak memiliki hubungan apa pun dengan Kay karena Theo menikahi Kay di saat ia telah turun tahta. Setelah itu, barulah mereka memiliki anak bernama Juan.
“Bolehkah aku bertanya sesuatu, Tuan Theo? Hal ini sangat penting bagi kami.” R merubah topik pembicaraan.
“Apa itu, R? Jangan sungkan bertanya kepadaku. Aku akan berusaha menjawab pertanyaanmu sepengetahuanku,” jawab Theo.
“Apa kau mengetahui tentang manusia yang memiliki bintang di tubuhnya? Lalu, apa kau juga mengetahui tentang sejarah dunia?” tanya R.
Raut wajah Theo berubah menjadi serius. “Ada satu hal yang aku ingin kalian tahu. Aku dan Kay, beserta pemimpin dunia ini tidak bisa m*ti, bisa dikatakan kalau kami abadi.”
R dan L sangat terkejut mendengar hal itu. “Abadi?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 17 Episodes
Comments