“Apa kamu mengetahu sesuatu, L? Beri tahu aku jika kamu mengetahui apa pun mengenai tempat ini.” R menyahut dengan cepat.
L menggeleng. “Tidak, aku tidak tahu apa pun, tetapi karena itulah aku bertanya-tanya. Sebenarnya, apa yang membuat negara ini begitu kotor? Bahkan udaranya terlihat begitu banyak asap. Aku mungkin tidak bisa berlama-lama di tempat ini.”
Seseorang terlihat memperhatikan gerak-gerik R dan L dari kejauhan. Orang tersebut seperti bersembunyi menunggu waktu yang tepat untuk bisa bertemu dengan R dan L yang sedang berdiri di dekat pantai.
“L, kita tidak bisa berlama-lama di sini. Mari kita cari informasi di kota, aku yakin sekali akan ada petunjuk mengenai diri kita di sana.” R mulai berjalan meninggalkan tempat ia berdiri saat ini.
L membuka payung miliknya dan mengikuti langkah R. Mereka mulai berjalan menuju ke kota yang terlihat lebih ramai. Setelah sampai di kota, mereka berdua sangat terkesan dengan penampilan kota tersebut.
Kota itu terlihat maju dan modern. Hanya saja, polusi udara tetap bertebaran di setiap sudut kota. Seseorang berjalan melewati R dan L yang tengah berdiri memandangi perkotaan tersebut.
R memanggil laki-laki tersebut. “Permisi, apa nama tempat ini?”
Laki-laki itu berhenti berjalan. “Apa kamu seorang turis? Sebaiknya kamu pergi dari tempat ini, hampir semua turis yang datang ke negara Poiboy ini selalu terkena sesak nafas.”
Setelah mendengar jawaban dari laki-laki tersebut, R meriset waktu ke saat di mana R belum memberikan pertanyaan dan membuat laki-laki yang sebelumnya tidak mengingat apa pun. Laki-laki itu berlalu dengan ingatan yang telah terhapus.
Sesaat kemudian, mereka berdua memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu. Mereka mencari tempat bersantai yang pas dan bisa menikmati suasana kota yang bernama Poiboy ini.
“L, kamu tahu cara membeli barang? Aku belum pernah membeli sesuatu, Shin tidak pernah mengajariku berbelanja,” tanya R.
L tersenyum mengejek R. “Bisa-bisanya kamu tidak tahu cara berbelanja. Kamu hanya butuh uang, kemudian kamu bisa membeli sesuatu asalkan uang yang kamu miliki cukup. Jika kamu tidak punya uang, maka kamu tidak bisa berbelanja.”
R mengaku bahwa dia tidak memiliki uang sepeser pun. Namun, L mengatakan kepada R bahwa dia memiliki 500 dom yang bisa mereka gunakan bersama. Dengan pernyataan itu, R merasa tenang tanpa mengkhawatirkan apa pun.
Setelah mereka sedikit berkeliling, akhirnya mereka menemukan sebuah tempat bersantai yang pas. Tempat itu terlihat seperti kafe yang menjual kopi sebagai hidangan utamanya.
Mereka berdua membeli dua cangkir kopi yang seharga 10 dom, lalu bersantai di tempat tersebut. R dan L berbincang-bincang sebentar untuk melepaskan semua keletihan akibat mengatasi monster laut sebelumnya.
“Tolong!” Seseorang berteriak dari luar kafe.
Seorang wanita terlihat terkapar dengan ditemani seorang anak yang berteriak-teriak meminta pertolongan. R dan L yang sebelumnya mengobrol kini diam memperhatikan mereka.
Anak kecil itu terus berteriak meminta pertolongan, tetapi tidak ada yang membantunya. Semua orang yang ada hanya fokus ke apa yang mereka lakukan dan tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi pada ibu dari anak tersebut.
“Kau mau membantunya? Jika kamu ingin membantunya maka aku juga akan ikut membantu.” L bertanya pada R dengan tatapan yang masih belum berpaling dari wanita itu.
“Ibu!” Belum sempat R menjawab pertanyaan dari L, anak itu mulai meraung dengan keras memanggil ibunya.
Seketika waktu berhenti, R dengan segera melompat dan meraih kedua orang yang tergeletak di tanah itu. Sesaat kemudian ia menghampiri L yang ikut berhenti. R membawa L beserta kedua orang itu menjauh dari tempat keramaian.
Setelah mereka meninggalkan keramaian, R kembali menjalankan waktu. Dia memandangi wanita yang telah tergeletak dengan keadaan tidak bernafas di tanah. Diiringi tangis bocah yang berusia muda.
L yang melihat R tersenyum. “Rupanya kamu memiliki sisi baik juga, R.”
“Jangan mengejekku. Aku hanya tidak ingin anak ini menangis di tengah keramaian,” dalih R.
Anak laki-laki itu terus menangis melihat ibunya yang tidak bangun sejak tadi. R dan L hanya memperhatikan tanpa memberikan komentar sama sekali. Mereka menunggu waktu yang pas untuk masuk ke dalam masalah orang lain.
“Ibu? Kenapa kamu tidak bergerak? Ibu?” Tangis anak itu.
R melangkah mendekati anak yang sedang menangis meratapi kepergian ibunya. “Sampai kapan kau bertingkah bod*h seperti itu! Kau adalah laki-laki, jadi berhentilah menangis dan lakukan hal yang bisa kau lakukan! Jika dirimu sendiri tidak ingin melakukan apa pun, bagaimana orang lain akan membantumu!”
Bentakan R yang keras membuat anak itu berhenti menangis sesaat, tetapi beberapa saat selanjutnya anak itu menangis kembali bahkan tangisannya lebih keras dari sebelumnya. L tersenyum melihat kelakuan R yang telah membuat anak itu lebih sedih.
“Ayo, L. Kita seharusnya tidak berlama-lama di sini. Ini hanya membuang waktu kita.” R melangkah menjauh disusul L yang mengikutinya.
Dengan kalimat tersedu-sedu anak laki-laki itu berusaha menghentikan R. “Tu ... tunggu, aku mohon ... aku mohon bantulah aku untuk menguburkan jasad ibuku. A ... aku tidak bisa jika harus melakukannya sendirian.”
R tidak mengatakan sepatah kata pun. Ia langsung menggendong jasad wanita yang ada di tanah. Anak laki-laki yang tidak dikenalnya juga mengikuti langka kaki yang menuju ke pemakaman.
Mereka menguburkan jenazah wanita itu dan memberikan penghormatan terakhir. Anak masih menangis di sebelah makam ibunya yang masih basah. R dan L yang berdiri tidak melakukan apa pun.
“R, bukankah kamu bisa meriset waktu kematian wanita itu?” tanya L secara perlahan.
Tanpa berpaling sedikit pun, R memejamkan matanya. “Aku bisa saja melakukan itu, tetapi jika anak ini tidak menghadapi kenyataan, maka masa depannya tidak akan terbentuk. Terkadang ada takdir yang harus kita terima walaupun itu menyakitkan, karena dari kenyataan itulah kita belajar untuk terus maju.”
L tersenyum mendengar kata-kata R. Sesaat kemudian, L memandangi langit yang dipenuhi oleh asap hitam. Ia sedikit penasaran mengenai apa yang terjadi di negara ini hingga lingkungan sangat tercemar.
“Te ... terima kasih telah menolongku. Ibuku mengalami sesak nafas dan kami ingin menemui dokter, tetapi ibu sudah tidak bisa menahan kesakitannya. Sudah banyak korban berjatuhan dengan penyakit yang sama.” Anak itu berdiri dan membungkuk berterima kasih kepada R dan L.
Setelah semua hal itu terjadi, anak tersebut memutuskan untuk pulang. R dan L bertanya mengenai keluarga dari anak itu. Anak itu berkata bahwa ia memiliki kakek serta nenek yang tinggal tidak jauh dari pemakaman ini.
Anak itu berjalan pulang meninggalkan mereka berdua yang masih berdiri di dekat pemakaman tersebut. Sedikit demi sedikit anak itu terlihat menjauh dan akhirnya tidak terlihat kembali.
“Aku benar-benar mengagumimu, R. Kau sangat peduli pada orang lain.” L tersenyum.
R tampak kesal. “Jangan mengejekku!”
Dari belakang mereka muncul seorang pria tidak di kenal. Pria itu dengan cepat melompat ke arah mereka berdua yang sedang bercanda. R dan juga L tidak menyadari kehadiran pria itu karena pergerakannya sangat cepat. Sekejap kemudian ia berusaha meraih R.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 17 Episodes
Comments
Manusia kucing🐈
gw gk percaya klo author masih pemula, soalnya tulisnya mudah di mengerti. sdngkn punya gw mlh belepotan 😓.
smngt Thor nulisnya lanjutkan 🔥
2022-11-15
0