"Siap!" Nanny tersenyum simpul memandangi Carver yang kini sudah tampak sangat tampan dengan pakaian yang sudah dia siapkan.
Anak laki-laki itu terdiam sembari memandangi pantulan tubuhnya di depan cermin besar yang ada tepat dihadapannya.
"Bagaimana menurut anda, tuan muda? Apakah anda suka?" tanya Nanny. Wanita itu menatapnya penuh harap.
Nanny sangat berharap kalau Carver menyukai pakaian yang sudah dia pilihkan.
Carver hanya diam. Ia menatap dirinya sendiri dari atas sampai bawah, seakan tidak percaya bahwa itu adalah dirinya.
Aku… terlihat sangat tampan. Ternyata, Nanny pintar dalam memilihkan pakaian untukku. Carver menoleh ke arah Nanny yang kini tersenyum ke arahnya lewat pantulan cermin.
Aku suka dengan pakaian yang dia pilihkan, batinnya.
"Ehem!" Carver berdehem pelan. Ia menaikkan dagunya. Dengan mata terpejam dan wajah merona, ia berkata, "tidak buruk."
Nanny tertegun mendengar apa yang di ucapkan Carver. Kedua matanya langsung berbinar, dan senyumannya semakin merekah begitu mendengar bahwa Carver menyukai pakaian yang sudah dia pilihkan.
Tuan muda menyukainya? Sungguh? Ini benar-benar tidak dapat di percaya!
Rasanya benar-benar seperti mimpi mendengar tuan muda berkata demikian.
Nanny terdiam memperhatikan Carver yang kini masih diam memejamkan kedua matanya. Wajahnya kian merona, membuat pipi mulusnya yang putih itu tampak seperti orang yang baru saja di tampar.
Dia benar-benar menggemaskan, pikir Nanny.
Drrkkk…
Perhatian Nanny seketika beralih ke arah datangnya suara. Dari arah pintu, Nanny bisa mendengar suara ketukan.
"Tuan muda, saya bawakan sarapan untuk anda!" kata salah satu maid.
"Sarapan?" Nanny menampakkan raut wajah bingung. Dia segera beranjak dari tempatnya, menghampiri pintu masuk lalu membukanya.
Di luar kamar, ada satu maid dan satu pelayan yang datang dengan troli makanan. Di atasnya sudah ada hidangan yang di tata dengan rapi.
Nanny mengerutkan keningnya begitu melihat mereka datang.
...*...
Tukk!
Karl menaruh gelas dalam genggamannya ke atas meja. Ia lalu beralih fokus pada garpu dan pisaunya. Lelaki itu mulai sibuk dengan sarapannya.
Saat ini, Karl berada di ruang makan. Duduk di sebuah meja jamuan super besar dan panjang dengan beberapa kursi di sisi kiri dan kanannya yang di tata dengan begitu rapi.
Di antara luas dan besarnya meja itu, hanya meja paling ujung di mana dirinya terduduk yang dihiasi oleh makanan.
Beginilah Karl menikmati setiap paginya. Duduk di meja makan, dan menikmati sarapannya seorang diri dengan tenang.
Gray berdiri tak jauh darinya, senantiasa menemani Karl dan memastikan kalau-kalau dia membutuhkan sesuatu.
"Berapa lama aku tidak sadarkan diri kemarin?" tanya Karl, memecah keheningan yang menyelimuti kebersamaan mereka di dalam ruang makan super besar itu.
"Anda pingsan setengah hari, tuan," jawab Gray.
Karl terdiam sejenak. Kalau diingat-ingat lagi, memang benar. Saat dirinya terbangun setelah tidak sadarkan diri, keadaan sudah malam.
Saat itu Gray masih senantiasa menunggunya di luar kamar. Gray enggan menunggu di dalam karena memang sudah menjadi kebiasaannya.
"Setengah hari…" Karl bergumam pelan.
Mendadak dia teringat akan mimpi yang dialaminya semalam.
Nyut!
Lagi-lagi hatinya terasa sakit saat mengingat mimpi yang kemarin dialaminya.
Karl memegangi dadanya yang mendadak terasa sesak. Sebisa mungkin, ia berjuang mempertahankan diri dan menahan rasa sakitnya agar tidak membuat cemas.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments