"Ini adalah pertama kalinya saya melihat beliau secara langsung."
"Begitu rupanya… Oh ya, ada hal yang harus kau tahu. Kau tidak boleh dekat-dekat dengan tuan Karl, apalagi sampai mengganggu beliau ketika sedang bekerja."
"Saya mana berani melakukan hal itu. Sebisa mungkin, saya akan menjaga jarak dengan beliau."
"Kau juga harus pastikan tuan muda menjaga jarak dengan tuan Karl."
"Eh?" Nanny tertegun dengan kalimat yang baru saja terlontar dari mulutnya. "Tapi, kenapa? Bukankah tuan muda adalah putra dari tuan Karl?"
"Pokoknya jangan. Kau turuti saja permintaanku. Itu adalah hal tabu di rumah ini." Inggrid beranjak dari tempatnya. Berjalan memimpin seperti sebelumnya.
Nanny terdiam sejenak. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Aku harus membuat tuan muda menjaga jarak dengan tuan Karl? Tapi kenapa? Apa alasannya? Bukankah mereka adalah ayah dan anak? Nanny tak habis pikir dengan peraturan yang ada di rumah ini.
Ia termangu untuk sesaat. Matanya menatap Inggrid yang berjalan menjauh darinya. Punggung wanita itu bergoyang beriringan dengan langkahnya.
Detik berikutnya, ia menoleh ke belakang. Tepat ke arah dimana Karl bersama Barnett berjalan sama-sama menjauh darinya.
Nanny terdiam memandangi punggung tegap lelaki itu. Saat sedang memperhatikannya secara diam-diam, tanpa aba-aba lelaki itu mendadak menghentikan langkahnya dan menoleh tepat padanya.
Nanny tertegun ketika pandangan mata mereka saling beradu satu sama lain untuk sesaat.
"Nanny! Apa yang kau lakukan di sana?" teriak Inggrid yang dalam sekejap membuat perhatiannya beralih pada wanita itu.
Nanny tersadar, dan segera memalingkan wajahnya. Menghindari tatapan mata Karl.
"Saya datang," katanya sambil melangkah tergesa-gesa.
Aku harap dia tidak menyadariku, batin Nanny yang terus berjalan dengan kepala tertunduk.
"Hey, tunggu!" Bariton suaranya membuat langkah Nanny memberat. Tubuhnya mendadak membatu tanpa sebab begitu ia mendengar Karl berteriak ke arahnya.
...*...
Prang!
Piring di atas meja di hempasnya keras. Dalam satu kali gerakan tangan, benda itu langsung jatuh dan pecah berkeping-keping begitu menghantam lantai.
"Astaga, tuan muda…" Semua orang langsung menampakkan raut wajah cemas saat melihat anak laki-laki itu memecahkan piring makannya dengan sengaja.
"Tuan muda, anda tidak apa-apa?" cemas seorang maid yang kemudian menghampiri dirinya.
"Kenapa anda mendorong piringnya? Itu sangat berbahaya, kalau pecahannya terkena tubuh tuan muda, maka tuan Kashawn akan marah pada kami, dan kami bahkan bisa di pecat." Resah salah seorang maid dengan wajah garang yang tampak menjengkelkan.
"Aku tidak peduli. Pokoknya aku hanya ingin makan kalau Zelda di sini!" tukas anak laki-laki itu.
Carver Luhde Kashawn. Itu namanya. Putra tunggal dari Duke Kashawn yang selama ini hidup terkurung dalam rumahnya.
Sebagai seorang anak laki-laki, Carver terbilang memiliki nasib yang sial karena harus terkurung seperti seorang putri lemah yang seakan tak boleh tergores bahkan oleh ranting tumpul sekalipun.
Ayahnya Karl Kashawn, melarang
keras dirinya untuk keluar dari rumahnya atau melakukan hal-hal yang seharusnya dia kuasai.
Tidak pernah ada pelatihan pedang atau beladiri. Yang ada hanya pelatihan nonfisik yang sebagian besar menguras otaknya.
Benar-benar membosankan dan menjengkelkan. Peraturan konyol yang bahkan tidak pernah bisa ia mengerti.
"Sudah saya bilang, Zelda tidak ada. Beliau mengambil cuti."
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments