"Jadi kau adalah orang yang akan menggantikan Zelda selama dia mengambil cuti?" Wanita tua itu berucap. Menatap Nanny dari atas sampai bawah sambil berjalan mengelilinginya.
Nanny merekahkan senyumannya.
"Ya, saya adalah orang yang diminta Zelda untuk menggantikannya selama dia pergi," katanya dengan penuh semangat.
Wanita bernama Inggrid itu terdiam seketika begitu mendengar jawaban Nanny yang begitu penuh dengan semangat.
Ia mengeluarkan smirk-nya. Menepis wajah garang yang sejak tadi tampak diwajahnya.
Nanny terperangah menatap wanita itu tersenyum. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Inggrid tampak lebih cantik ketika dia tersenyum seperti sekarang. Ya, walaupun usianya sudah tidak lagi muda.
"Siapa namamu, tadi?"
"Nanny. Panggil saya dengan sebuah Nanny. Semua orang di desa memanggil saya begitu."
"Nanny? Seperti seorang pengasuh," gumam Inggrid yang lantas terkekeh mendengar namanya yang terkesan unik. Karena Nanny kalau di artikan adalah pengasuh.
"Itu memang ironis, tapi faktanya nama dan pekerjaanku terdengar sama." Nanny tersenyum kaku.
Inggrid menatap Nanny dengan tatapan lekat.
"Dari cara bicaramu dan cara kau menjawab setiap pertanyaanku sejak tadi, kau sepertinya adalah orang yang sangat penuh semangat. Aku suka dengan orang sepertimu."
"Terima kasih atas pujiannya, nyonya…"
"Panggil aku kepala pelayan."
"B… baik, kepala pelayan."
"Bagus. Kalau kau bisa mulai bekerja hari ini."
"Sungguh?" Nanny tampak antusias mendengarnya.
"Ah, tapi sepertinya akan lebih baik kalau kita mulai dari yang lebih ringan. Kita akan belajar dari dasarnya terlebih dahulu dan akan aku jelaskan apa saja yang harus dan tidak boleh kau lakukan selama berada di rumah ini."
"Baik, kalau begitu mohon bimbingannya."
"Sekarang, Nora akan mengantarkanmu ke paviliun dan menunjukkan kamarmu. Simpan semua barang-barangmu setelah itu kembalilah kemari, dan kita mulai pelajaran pertamanya."
"Saya mengerti kepala pelayan, kalau begitu saya permisi." Nanny beranjak bersama Nora—maid yang tadi menyambutnya di depan gerbang.
Mereka berlalu menuju paviliun yang terletak tidak jauh dari tempat yang tadi dikunjunginya.
...*...
"Ini adalah kamar kosong yang kepala pelayan sudah siapkan untukmu," ujar Nora sambil membuka pintu kamar yang akan ditempati Nanny selanjutnya.
Nanny yang sejak tadi tak berhenti mengagumi seisi paviliun lantas terdiam diambang pintu begitu melihat ruangan yang selanjutnya akan menjadi kamarnya.
Dalam sebuah ruangan berukuran sedang, terdapat sebuah ranjang kecil yang cukup untuk satu orang. Lalu ada laci tak jauh dari ranjang, dan setelahnya lemari yang tidak terlalu besar.
Ruangannya memang terlihat sederhana, tapi kalau dibandingkan dengan kamarnya di desa sangat jauh berbeda.
"Tempatnya memang kecil dan tidak terlalu besar, tapi setidaknya cukup untuk kau tempati sebagai melepas penat setelah seharian bekerja," kata Nora sambil menaruh semua barang-barang Nanny di dekat lemari.
"Tidak. Ini justru sangat bagus, dan kelihatannya sangat nyaman. Bahkan jika dibandingkan dengan kamarku di desa, sangat jauh berbeda." Nanny melangkah masuk ke dalam kamarnya dan duduk di tepi ranjang.
Begitu ia mendaratkan bokongnya di tepi ranjang, Nanny langsung merasa nyaman. Terlebih kasur yang didudukinya saat ini begitu empuk dan nyaman.
"Kasurnya juga sangat empuk," gumamnya.
"Haha, mungkin karena kau baru pertama kali ke kota jadi kedengarannya aneh kau bicara seperti itu." Nora terkekeh pelan menanggapi sikap Nanny.
Wajah Nanny mendadak berubah merah merona.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments