"Tuan muda, anda harus makan," kata seorang maid yang kini berdiri di depan pintu kamar Carver.
"Aku tidak mau!" teriaknya dengan nada membentak.
"Tapi tuan muda, saya sudah membawakan makanan baru untuk anda. Ini adalah hidangan yang dibuatkan oleh kepala dapur khusus untuk anda. Ini makanan kesukaan anda, tuan muda."
"Aku bilang tidak mau! Aku tidak mau makan kalau Zelda tidak ada!"
"Tuan…"
"Biar aku yang bicara." Si pelayan berwajah sangar itu menepuk pundak rekannya yang sejak tadi berteriak.
"Tuan muda, anda harus makan atau kalau tidak kami yang akan dimarahi oleh tuan besar kalau anda sampai tidak makan!" teriaknya.
"Bagus, hukum saja kalian. Aku tidak peduli, yang pasti aku tidak ingin makan kalau Zelda tidak ada."
"Tuan…"
"Pokoknya aku tidak ingin makan dan kalian tidak bisa memaksaku. Kalau kalian berani masuk, aku akan melaporkan kalian pada ayah!"
"Huft~" Wanita itu menghela napas panjang mendengar kalimat ancaman yang terlontar dari anak berumur enam tahun itu.
"Sekarang bagaimana?" tanya gadis yang memegang meja beroda dengan hidangan makan siang milik tuan mudanya.
"Bagaimana lagi? Kalian tahu sendiri 'kan, bagaimana keras kepalanya tuan muda?" Salah satu maid menyahut.
"Tapi kalau beliau tidak makan, kita juga yang akan kena marah dari tuan Duke Karl."
"Kau benar…" lirih yang lain sambil menundukkan kepalanya.
Anak ini benar-benar keras kepala. Aku tidak habis pikir, bagaimana mungkin anak menyebalkan yang keras kepala seperti dia bisa menjadi putra dari seorang Duke, batin si wajah garang.
"Lebih baik kita minta bantuan kepala pelayan untuk ini. Bukankah beliau selalu bisa membantu meluluhkan hati tuan muda?" Salah satunya memberikan ide.
"Ide bagus! Ayo pergi dan cari beliau." Tiga maid lain yang sejak tadi berdiri di sana hendak beranjak meninggalkan pintu kamar Carver.
"Tidak, tunggu! Aku memiliki ide agar tuan muda mau makan!" kata si wajah garang, menghentikan langkah ketiga rekannya yang lain.
Mereka spontan menoleh ke arahnya.
"Kau punya ide?"
...*...
"Membosankan," gumam Carver sambil terdiam memandang keluar jendela. Ia sungguh merasa bosan karena tidak ada hal yang bisa dia lakukan selain duduk termenung di dalam kamarnya tanpa melakukan apapun.
"Karena Zelda tidak ada, aku jadi semakin merasa bosan. Tidak ada orang yang bisa aku jahili di rumah ini."
"Huft~"
Carver menghela napas panjang. Di kursinya, ia duduk sambil menopang dagu. Matanya tertuju keluar jendela, memandangi beberapa orang maid yang tampak sesekali berjalan melintasi kamarnya.
Hari ini sangat cerah. Sepertinya akan menyenangkan kalau aku bermain di luar sambil berlarian di taman, pikirnya.
Carver terdiam. Fokusnya beralih ke arah pintu masuk kamarnya. Ada sesuatu yang aneh yang tidak biasanya terjadi.
Carver beranjak dari tempat duduknya.
"Kenapa begitu hening? Apakah mereka sudah kembali?"
"Tapi, secepat itu?"
"Rasanya tidak mungkin."
"Mereka biasanya memaksa dan terus menunggu di depan pintu, lalu baru akan pergi setelah kepala pelayan datang."
Carver menghampiri pintu masuk. Ia berdiri di sana sambil menempelkan telinganya pada pintu kayu besar megah yang menutup kamarnya.
Carver berusaha memastikan para maid menyebalkan itu pergi.
Alih-alih mendengar keheningan, ia justru mendengar dengan jelas pembicaraan empat maid di depan pintu yang tengah menyusun rencana untuk menerobos.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments