Tidak berselang lama usai Zayyan mengatakan hal itu, mata Zoya sudah dibuat panas ketika melihat seseorang yang dia kenali berada di tempat yang sama, Mahen. Dia yang sudah seyakin itu jika kekasihnya pria baik-baik sontak dibuat bungkam dengan fakta ini.
Apalagi, ketika seorang wanita datang menghampiri sang kekasih dan melakukan hal yang sama seperti yang dia lihat sebelumnya. Hanya saja, wanita itu terlihat bukan wanita bayaran karena sepertinya baru saja datang dari luar.
Mata Zoya tidak melepaskan Mahendra sama sekali, sementara Zayyan saat ini memang menikmati suasana di sini seperti biasa. Minum meski sedikit dan menyesap zat nikotin itu tanpa dengan santainya, sungguh berbanding terbalik dengan Zoya yang saat ini tengah gusar namun bingung hendak berbuat apa.
"Mau kemana?" tanya Zayyan panik kala Zoya beranjak dari tempat duduk, dia khawatir adiknya lepas dari pengawasan.
"Toilet, boleh kan?"
"Mau kutemani?" tanya Zayyan khawatir jika Zoya justru tersesat ke tempat lain yang nantinya akan membuat dirinya terancam bahaya.
"Tidak, aku bisa sendiri."
Baiklah, mungkin juga Zoya perlu privasi. Dia meninggalkan tasnya, tidak mungkin dia akan kabur, pikir Zayyan merasa dirinya aman-aman saja. Pria itu kembali duduk dan lagi-lagi menegak minuman itu hingga untuk kesekian kalinya, dia yang memang sudah terbiasa bisa mengontrol diri untuk tetap menikmati minuman itu tanpa membuat kehilangan diri.
Tanpa sepengetahuan Zayyan, adiknya justru tengah mengikuti pria yang sejak tadi dia tunggu-tunggu. Meski beberapa pria mencoba menggodanya, Zoya yang terlihat polos tetap fokus dengan langkahnya mengikuti kemana Mahendra pergi bersama wanita itu.
Hingga, dia menghentikan langkah kala pria yang dia anggap sebagai sandaran hatinya kembali memulai ciumann panas di sana. Hati Zoya terasa sakit bahkan tercabik-cabik. Matanya tidak mungkin salah, dan itu memang benar-benar Mahendra, sang kekasih yang menjanjikan pernikahan ketika Zoya menyelesaikan pendidikan.
Tidak ingin melihat lebih lama lagi, dia paham jika seorang pria dan wanita dalam keadaan seperti itu tidak mungkin akan cukup hanya dengan ciumman semata, jelas lebih dari. Tanpa mengucapkan apa-apa, Azoya kembali ke tempat duduk dan merampas gelas di tangan Zayyan kemudian menegak cairan memabukkan itu hingga tandas.
"Zoy?"
Terkejut, Zayyan bingung melihat adiknya yang datang tiba-tiba dan melakukan hal yang tidak biasa. Pria itu berusaha menghalangi namun terlambat, apalagi setelah Zoya kembali menuangkan minuman itu dan lagi-lagi membuat Zayyan khawatir.
"Zoya!! Stop, kamu tidak terbiasa ... jangan gila!!"
Dia berhasil merebutnya sebelum masuk ke tubuh Zoya. Pria itu bertanya apa sebabnya namun Zoya belum menjawab dan justru menuntut Zayyan memberikan gelas itu untuknya.
"Apa yang salah denganmu? Katakan, kenapa?"
"Tidak ada, haus saja," jawabnya asal dan membuat Zayyan tertawa sumbang.
"Haus? Kamu sadar ini apa?"
Sadar sekali, tanpa perlu dijelas dia paham karena sejak dahulu Zayyan sudah bermain dengan minuman semacam itu. Mata Azoya menatap tanpa arah dan kini terlihat kosong, dia yang kecewa merasa tidak ada yang bisa dia percaya dan selalu diperdaya jika bersikap sebagai wanita baik.
"Sadar, dan aku merasakan efeknya ... bukankah kita bisa melupakan masalah dengan ini?" tanya Zoya sembari menatap lekat manik indah Zayyan.
"Hanya sesaat," jawab Zayyan lembut namun tidak melepaskan tatapan Zoya dari pandangannya.
"Boleh ya? Kakak sudah mengajakku kesini seharusnya tujuannya untuk itu, 'kan?"
Entah apa yang Zoya lihat hingga dia jadi begini, Zayyan menghela napas kasar kemudian mengangguk pelan. Selagi dalam pengawasannya maka tidak masalah, dia saja lelah dengan kehidupan mereka apalagi Zoya, pikir pria itu.
"Hanya sedikit, jangan terlalu banyak!!" sentak Zayyan sebelum kemudian membiarkan Zoya menikmati kebebasannya.
.
.
.
Berawal dari satu gelas hingga berakhir benar-benar mabuk. Menyesal sekali Zayyan mengizinkan karena pada akhirnya dia tidak mampu menghentikan Zoya.
Zoya yang kini mabuk berat menjadi tanggung jawabnya, wanita itu terus meracau dalam pelukan Zoya dan bahkan mencubit Zayyan seenak hati. Jangan ditanya bagaimana sakitnya, jelas saja luar biasa.
Beberapa kali Zoya memanggil nama Mahen, hal itu justru membuat Zayyan yakin sebab adiknya menggila karena pria itu. Baguslah jika dia mengetahui dengan mata kepalanya sendiri, tidak perlu Zayyan jelaskan dengan hingga mulutnya berbusa, pikir Zayyan.
"Tidak mungkin aku membawanya pulang ke rumah jika sudah begini, Papa marah bagaimana?"
Pilihan terbaik hanya apartemen yang hampir tidak pernah dia tempati itu. Dengan alasan khawatir Zoya diperlakukan tidak adil, Zayyan rela tetap tinggal di rumah utama meski dia mampu hidup sendiri sejak lama.
Kesabaran Zayyan diuji kali ini, teriakan dan racauan tidak jelas Zoya membuat telinganya sakit dan harus terus menjaga konsentrasi agar keduanya selamat di perjalanan. Tidak pernah diizinkan mabuk, sekalinya mencoba berhasil membuat Zayyan kewalahan.
- To Be Continue -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Halimah As Sa'diyah
kan seharusnya kalau udah dirasa banyak dilarang kenapa Sampek semabuk itu
2025-01-24
0
Hamimah Jamal
Zoya mabuk, awas jangan khilaf Lo kamu zayyan
2025-01-27
0
Nanik Kusno
Aduuuh... kenapa sampai mabuk??
2024-06-22
0