...📌 Jangan lupa ramaikan part ini. Dukung terus cerita baru author ya!...
...Happy reading...
***
Ferdians menatap Rania yang sedang fokus bekerja. Ia tersenyum tipis saat memperhatikan wajah Rania yang sangat cantik.
"Nona!" panggil Ferdians dengan pelan tetapi tidak ada respon dari Rania karena jika wanita itu sudah sibuk bekerja maka Rania tidak akan merespon sekelilingnya.
"Sayang!" panggil Ferdians dengan jahil tetapi tetap saja tidak ada respon apapun. Mata Rania tetap fokus pada pekerjaannya.
Akhirnya Ferdians berdiri dari duduknya, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Rania hingga wajah mereka sangat dekat sekali.
Rania yang merasakan napas Ferdians menyapa wajahnya akhirnya melihat ke arah Ferdians hingga hidung mereka bersentuhan.
Cup...
Rania mendelik saat Ferdians mencuri ciuman di bibirnya dengan singkat. "Jangan macam-macam, Ferdians! Ini kantor!" ujar Rania dengan tajam.
Ferdians terkekeh dengan pelan. Ia berjalan memutari meja kerja Rania. "Ada suami kamu di sini kenapa di anggurin hmm?" tanya Ferdians.
Rania menjatuhkan pulpen miliknya dengan kasar. "Saya sudah memberikan kamu pekerjaan. Mengapa tidak di kerjakan? Jangan mentang-mentang kamu suami saya kamu seenaknya di kantor ini," ujar Rania dengan tajam.
"Pekerjaan saya sudah selesai, Nona! Apakah ada yang bisa saya bantu lagi? Kita ini selain partner di atas ranjang juga partner dalam bekerja sekarang," ujar Ferdians mengedipkan satu matanya dengan genit yang membuat Rania kesal.
"Coba saya lihat!" ujar Rania berusaha cuek dengan wajahnya yang teramat dekat dengan Ferdians bahkan Rania sedang mati-matiam menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba saja menggila.
Ferdians mengambil dokumen yang ia kerjakan tadi dan memberikannya dengan Rania. Tetapi yang tak Rania sangka adalah Ferdians mengangkat tubuhnya hingga sekarang Ferdians yang duduk di kursinya dan dengan dirinya yang berada di pangkuan Ferdians.
"Ferdians sudah saya kata..."
Ceklek...
"M-maaf, Bu! Saya pikir Ibu tidak ada di dalam karena saya sudah mengetuk pintu sejak tadi tapi tidak ada sautan dari dalam," ujar Anjani dengan terbata saat melihat adegan romantis secara langsung dari atasannya.
Anjani tak menyangka jika Rania dan Ferdians akan seromantis ini di kantor.
"Ada apa?" tanya Rania dengan dingin tetapi tidak dengan Ferdians yang semakin terkekeh geli di dalam hati bahkan dalam situasi yang seperti ini Ferdians mengambil kesempatan dengan mencium pipi kiri Rania dengan sekilas yang membuat Rania mengumpat di dalam hati karena tidak bisa memarahi Ferdians di depan Anjani.
"I-ini dokumen yang anda minta tadi, Bu! S-sekali lagi saya minta maaf!" ujar Anjani terbata karena takut jika Rania mengamuk sekarang karena ia mengganggu acara romantisan pengantin baru.
"Letakkan di meja itu! Ada lagi?" tanya Rania dengan dingin.
"Jam makan siang nanti Tuan Ben ingin Ibu dan Bapak ke kantor Danuarta katanya ada yang mau dibicarakan olehnya," ujar Anjani dengan pelan.
"Baik, silahkan keluar!" ujar Rania dengan datar.
"Baik, Bu. Permisi!" ujar Anjani lngsung berlalu pergi dengan menutup pintu karena bagaimanapun Anjani sangat malu melihat keromantisan kedua pasangan pengantin baru tersebut.
"Kira-kira apa yang akan dikatakan Papa?" tanya Ferdians yang membuat Rania mengedikkan bahunya acuh.
"Jika perusahaan sudah di serahkan kepada saya. Maka kamu yang harus jadi CEO di sana saya tidak mau diremehkan oleh Agni dan Clara," ujar Rania dengan cuek.
"Yang benar saja?! Saya harus memimpin perusahaan sebesar itu dengan pengalaman yang sangat kecil? Biarkan Sastra saja yang menduduki kursi CEO!" ujar Ferdians menolak dengan halus.
"Sastra tidak ada hubungan darah apapun! Jika Sastra bisa menjadi CEO dari dulu saya tidak akan menikah denganmu!" semprot Rania yang membuat Ferdians langsung terdiam.
"Jangan marah! Oke...aku akan menjadi CEO Danuarta Grup tapi kamu tetap harus membantu aku," ujar Ferdians dengan pelan.
"Hmmmm...."
"Nyaman bangetkan duduk di pangkuanku?!" ujar Ferdians meletakkan dagunya di atas bahu Rania.
"Jangan sampai laptop saya melayang ke kepala kamu ya, Ferdians!" ujar Rania dengan dingin.
Ferdians menelan ludahnya dengan kasar. Tetapi ia tidak akan manyerah untuk membuat Rania jatuh cinta kepada dirinya. Tak masalah awalnya ia diperlakukan seperti ini tetapi Ferdians meyakini jika akhirnya Rania akan tidak bisa jauh darinya.
****
Saat ini Rania maupun Ferdians sudah berada di Danuarta Grup. Keduanya sudah berada di ruangan Ben bahkan Rania bersikap seperti sangat mencintai Ferdians di hadapan papanya dengan bersikap romantis, jika seperti ini kan Ferdians tidak perlu modus karena Rania sendirilah yang sudah menempel kepadanya.
Ben menatap Rania dengan dalam, anaknya sudah dewasa dan Ben merasa ia semakin jauh dengan Rania.
"Ada apa Papa memanggil aku dan Mas Ferdians ke sini?" tanya Rania dengan datar.
Ben mengambil sesuatu dari meja kerjanya dan memberikannya ke Rania. "Papa ada tiket untuk bulan madu kalian berdua ke Santorini, Yunani. Kalian bisa pergi ke sana selama seminggu," ujar Ben dengan tegas.
"Tidak usah, Pa! Kami juga sedang sibuk di kantor," ujar Rania dengan menolak karena sebenarnya ia enggan pergi apalagi hanya berdua dengan Ferdians.
"Kamu tidak boleh menolak. Ini juga karena Ferdians sudah berhasil membuat Papa bangga karena berhasil memenangkan tender. Ferdians sangat cocok untuk menduduki kursi CEO Danuarta," ujar Ben dengan tegas.
"Ini berlebihan sekali, Pa. Kami bisa bulan madu di rumah saja haha..." ujar Ferdians di akhiri dengan tawa yang membuat Ben juga ikut tertawa padahal sebelumnya Ben sangat jarang tertawa semenjak kepergian istrinya.
"Tidak usah sungkan Ferdians. Setelah kamu dan Rania pulang dari Yunani maka Papa akan mengumumkan pemindahan jabatan CEO. Papa yakin Rania pasti bangga karena suaminya pintar dalam segala hal, setelah kamu yang menjabat CEO di perusahaan ini maka selanjutnya anak lelaki kalian. Papa harap setelahnya kalian pulang dari Yunani ada kabar baik dari kalian berdua. Ingat perjanjian awal kita dimana Rania harus melahirkan seorang anak lelaki barulah perusahaan ini jatuh ke tangan Rania," ujar Ben dengan tegas yang membuat Rania terkekeh sinis.
"Papa tenang saja! Apa yang menjadi syarat agar perusahaan ini jatuh ke tangan saya maka saya akan lakukan," ujar Rania dengan datar.
"Kami akan pergi ke Santorini seperti yang Papa inginkan, persiapkan acara untuk meresmikan pemindahan jabatan ke tangan mas Ferdians," ujar Rania dengan tegas.
Ben tersenyum tipis. "Kamu tidak perlu takut. Ferdians akan menduduki kursi CEO dengan cepat. Papa bangga padamu karena berhasil menemukan pria yang memang cocok menjadi bagian Danuarta," ujar Ben dengan tegas.
"Tapi...."
Ben melihat ke arah Ferdians seakan menelisik wajah Ferdians dengan dalam.
"Tapi apa, Pa? Papa mau membohongi Rania?" tanya Rania dengan dingin.
"Sayang tenangkan hatimu! Papa tidak mungkin seperti itu!" ujar Ferdians dengan lembut.
"Ferdians sangat mirip dengan seseorang. Tapi ya sudahlah itu tidak usah dibahas! Kalian bisa pergi besok pagi! Papa sudah mengatakan dengan Sastra jika perusahaan kamu dia yang akan meng-handle selama kamu ada di Santorini selama seminggu," ujar Ben dengan tegas.
"Mirip dengan seseorang? Siapa?" tanya Rania dengan penasaran.
"Bukan siapa-siapa. Mungkin Papa salah! Bawa tiket itu! Dan ayo kita makan siang bersama sudah lama kita tidak mmelakukannya," ujat Ben dengan tegas.
Rania menatap wajah Ferdians. Ia masih penasaran dengan apa yang papanya katakan. Ferdians mirip seseorang? Tapi siapa?
Sedangkan Ferdians juga bertanya-tanya dengan siapa ia mirip seperti yang mertuanya katakan barusan. Apakah Ferdians mempunyai kembaran? Tapi tidak mungkin karena ia adalah anak tunggal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments
mbak i
mungkin anak sahabat papa
2022-11-20
0
Upik Firo
ferdian mirip sule....😂😂😂😂kayak nya bpa nya ferdian dulu besti nya pph rania deh...🧐🧐🧐semoga rania beneran hamil anak lakki2 ya thor kembar sekalian dua biar makin hebohhh...🤭🤭🤭
2022-11-19
2
Sri Marwati
mungkin ferdians mirip Bu heera yg ternyata dulu mantan pacar papa Ben😁
2022-11-19
0