...📌 Jangan lupa ramaikan part ini ya. Dukung terus cerita ini ya!...
...Happy reading...
***
Ferdians mengikuti langkah Rania memasuki kanar setelah mereka pulang dari rumah sakit. Rania membalikkan tubuhnya hingga Ferdians menabrak tubuh Rania.
"Bisa hati-hati tidak sih?" ujar Rania dengan tajam.
"Maaf, Nona. Saya tidak tahu jika anda akan membalikkan badan," ucap Ferdians membela dirinya.
Rania mendengkus kesal. Lalu ia membuka pintu kamarnya, ia berjalan ke dalam lemarinya untuk berganti piyama tidur.
"Besok bawa pakaianmu dan ibu ke rumah ini!" ujar Rania tanpa melihat ke arah Ferdians yang sedang memperhatikan gerak-gerik Rania.
"Iya, Nona!" jawab Ferdians dengan singkat.
Ferdians mendekati Rania dari belakang. "Bukankah malam ini kita harus menyelesaikan misi yang diberikan papa, kakek, dan juga ibu?" gumam Ferdians di dekat telinga Rania.
"Ya saya tahu! Saya ganti baju dulu!" ujar Rania dengan datar.
Ferdians membalikkan tubuh Rania. "Tidak usah, Nona! Setelah itu juga bajunya akan di buang begitu saja!" ujar Ferdians dengan serak.
"Jangan kurang ajar kepada saya, Ferdians!" ujar Rania dengan tajam saat Ferdians menggendong dirinya dengan mudah.
"Nikmati saja, Nona! Saya akan membuat Nona terbang malam ini karena sentuhan saya!" ujar Ferdians dengan tersenyum.
"Ya sudah ayo lakukan saya juga ingin misi ini segera selesai!" ujar Rania dengan datar.
Ferdians menyeringai tipis. Ia merebahkan Rania dengan perlahan di kasur dengan Ferdians yang berada di atas tubuh Rania.
Ferdians menatap mata Rania dengan dalam, ia mulai melancarkan aksinya untuk membuat Rania bertekuk lutut kepadanya malam ini.
"Cepat lakukan! Jangan menatap saya seperti itu!" ujar Rania dengan dingin.
Ferdians terkekeh. "Iya, Sayang!" ujar Ferdians dengan lembut.
"Apa kamu bila..."
Cup...
Tubuh Rania mematung dengan sempurna seperti terkena sengatan aliran listrik yang membuat jantungnya memompa lebih cepat hingga hatinya bergetar dengan sangat hebat, Rania belum pernah merasakan getaran yang seperti ini ketika Ferdians mencium bibirnya dengan lembut.
Bibir Ferdians yang tadinya hanya menempel kini mulai bergerak dengan perlahan yang membuat Rania memejamkan matanya, Rania ragu untuk membalas ciuman Ferdians tetapi lama kelamaan Rania mulai membalas ciuman Ferdians walau terkesan kaku karena Rania belum pernah ciuman sama sekali dengan pria lain. Beruntung sekali Ferdians karena ia adalah lelaki pertama yang menyentuh Rania.
Napas Rania dan Ferdians terdengar tersengal-sengal saat Ferdians melepas ciumannya karena merasa Rania sudah mulai kehabisan oksigen. Ferdians mulai mencium leher Rania yang membuat gadis itu merinding.
"A-apa yang kamu lakukan Ferdians?" tanya Rania dengan terbata.
"Nikmati saya, Sayang!" ujar Ferdians dengan serak.
Rania menggigit bibir bawahnya menahan mati-matian suara desah*nnya agar tidak terdengar oleh Ferdians saat lelaki itu mulai melancarkan aksinya mencium lehernya dan meninggalkan banyak bekas kepemilikan di sana.
"F-ferdians jangan meninggalkan bekas apapun di leher saya. Aaahhh..."
Sial!
Rania tidak lagi bisa menahan suaranya, Ferdians benar-benar membuat Rania pusing dengan tingkah lelaki itu mengusai tubuhnya malam ini. Bahkan tangan Ferdians mulai berusaha membuka pakaian Rania, ia sungguh menikmati apa yang ada di hadapannya sekarang. Ya, Rania harus menjadi miliknya seutuhnya malam ini, ia tidak mempedulikan larangan Rania agar tidak meninggalkan bekas kepemilikannya di sana, ia bahkan banyak meninggalkan bekas di sana dan berhasil membuat Rania mengeluarkan suara yang sangat ia tunggu-tunggu sejak tadi.
Sekarang Rania sudah polos tanpa sehelai kain pun yang menutup tubuhnya. Ferdians menelan ludahnya dengan kasar saat melihat tubuh polos Rania yang sangat seksi baginya itu.
"Jangan menatap tubuh saya seperti itu, Ferdians! Kamu hanya tinggal melakukannya saja dengan cepat agar semuanya selesai dengan cepat juga," ujar Rania dengan datar.
"Sabar, Nona! Kita harus melakukan pemanasan terlebih dahulu agar terbiasa. Karena ini hal yang pertama untuk kita berdua," sahut Ferdians dengan melepas pakaiannya dan membuangnya ke lantai begitu saja.
Rania melotot saat melihat tubuh berotot Ferdians yang di tumbuhi bulu-bulu halus, tak sadar ia menelan ludahnya dengan kasar saat Ferdians juga sudah polos di hadapannya.
"Astaga!" ucap Rania hampir terpekik dengan keras saat melihat milik Ferdians menegang di hadapannya.
Dengan refleks Rania menutup matanya yang membuat Ferdians terkekeh. Ia mulai menindih tubuh Rania kembali, dapat Ferdians rasakan jika detak jantung Rania menggila sekarang. Apakah malu melihat miliknya yang sudah menegang sempurna di bawah sana dan menekan paha Rania?
"Siap, Nona?" tanya Ferdians dengan serak.
Rania terdiam. Namun, tak lama ia mengangguk, Rania tersentak saat tangan Ferdians berada si kedua dadanya. "F-ferdians lancang seka... aahhh..."
"Nikmati saja apa yang akan aku lakukan, Sayang! Aku jamin kamu akan ketagihan," ujar Ferdians dengan tersenyum misterius yang membuat Rania curiga.
"K-kamu..."
Tubuh Rania bergerak dengan gelisah saat apa yang dilakukan Ferdians saat ini mampu membuat sarafnya seakan menegang. Rania sudah tidak bisa berkata-kata, lebih baik ia diam agar semuanya cepat selesai. Tapi tidak bisa di pungkiri jika Rania mulai menikmati sentuhan Ferdians di setiap jengkal tubuhnya.
Tubuh Rania bergetar dengan hebat ia mendapatkan pelepasan pertamanya, sungguh Rania tidak pernah merasakan sesuatu yang seperti ini yang akan membuat sekujur tubuhnya lemas. Bahkan ia pasrah saat Ferdians mulai menikmati santapan menu utamanya.
"Untuk pertama ini akan terasa sakit tapi percaya sama saya!" ujar Ferdians dengan lirih.
Seakan terhipnotis Rania mengangguk saja, mulut pedasnya tak lagi mampu berbicara kecuali mengeluarkan suara aneh yang membuat gairah Ferdians semakin besar.
Rania menahan napasnya aaat Ferdians mulai mencobanya, lelaki itu menggeram karena gagal untuk menerobos milik Rania. "S-sakit, Ferdians!" ujar Rania dengan datar.
Ferdians kembali mencium bibir Rania dan menghentakkan tubuhnya agar miliknya bisa masuk dengan sempurna, jika tidak mulutnya di bungkam dengan ciuman mungkin Rania sudah berteriak sekarang.
"Maaf ya, Sayang!"
Cup..
Ciuman hangat Ferdians di kening Rania mampu membuat hati Rania tenang. Tetapi di dalam hati Rania mengumpat karena sekarang mahkotanya sudah diambil oleh Ferdians, jika tidak karena papa dan kakeknya serta harta Danuarta, Rania tidak akan mau melakukan ini. Ia berusaha mengelak jika apa yang dilakukan Ferdians sebenarnya nikmat.
Di rasa Rania sudah mulai rileks, Ferdians mulai menggerakkan tubuhnya dengan perlahan. Dan kini di keheningan malam keduanya berbagi peluh dan saling bersautan suara, akal sehat Rania tidak lagi bekerja karena sentuhan Ferdians benar-benar membuat Rania mabuk kepayang dibuatnya, mungkin besok paginya barulah Rania akan mengamuk kepada Ferdians karena banyak meninggalkan bekar kepemilikan di sana dan membuat Rania bangun kesiangan tsntu saja dengan jalan yang cukup sulit.
Di dalam hati Ferdians hanya bisa bersorak senang, saat Rania sudah menjadi miliknya seutuhnya bahkan Mulut Rania tak lagi protes setiap kali ia menyentuh tubuh Rania. Ferdians tak akan menyerah untuk meluluhkan Rania, ia berharap agar anak mereka segera hadir setelah penyatuan panjang yang mereka lakukan malam ini.
"Rania, setelah apa yang kita lakukan malam ini aku berjanji tidak akan melepaskan dirimu walaupun kamu memintanya. Kita lihat saja siapa yang akan menang, ego-mu atau ketulusan diriku!" gumam Ferdians di dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments
lovely
Good job Ferdians
2023-02-04
0
YuWie
sisi baik mananyaaa...dikasih kenikmatan yg halal aja masih ngumpat.
2022-11-17
0
mbak i
ketulusan dan kehangatanmu yang bakal menang fer
2022-11-14
0