...📌Jangan lupa favoritkan cerita ini, bintang lima, like, dan komentarnya ya....
...Happy reading...
****
Pagi-pagi sekali Ferdians sudah berada di rumah mewah milik Rania. Ia menunggu dengan santai bersandar di pintu mobil, bisa saja ia melamar pekerjaan di perusahaan Rania tetapi rasanya menjadi supir pribadi Rania lebih menyenangkan, ia tidak di pusingkan dengan setumpuk pekerjaan yang membuat Ferdians kesal. Lebih baik seperti ini, hanya mengantarkan Rania bekerja walau tubuhnya lelah menyetir tetapi tidak masalah asal Rania royal kepada dirinya.
Rania keluar dengan pakaian formalnya yang membuat gadis itu tampak elegan sekali. Ferdians dengan sigap membukakan pintu untuk Rania bahkan melindungi kepala Rania agar tidak terbentur atas mobil dengan tangan besarnya.
"Anda mau kemana, Nona?" tanya Ferdians.
"Perusahaan Danuarta!" jawab Rania dengan dingin.
"Baik, Nona!" ujar Ferdians dengan tegas.
Diam-diam Ferdians mencuri pandang ke arah Rania melalu kaca spion mobil. Rania yang sadar akan hal itu langsung menatap Ferdians dengan tajam.
"Saya tidak suka ditatap seperti itu. Kalau kamu masih mau dua bola matamu berada di tempatnya jangan sesekali memandang saya dengan tatapan seperti itu," ujar Rania dengan tajam.
Ferdians menelan ludahnya dengan kasar ternyata Rania adalah gadis yang amat dingin dengan kesadisannya ketika berbicara.
"Maafkan saya Nona saya tidak sengaja menatap anda!" ujar Ferdians mencoba membela diri.
"Sengaja atau tidak kamu tidak berhak menatap wajah saya dengan tatapan seperti itu," ucap Rania dengan tajam.
"Maaf, Nona!"
"Saya tidak butuh kata maafmu! Diam dan jangan banyak berbicara atau saya pecat kamu sekarang juga," hardik Rania yang membuat Ferdians menghela napasnya dengan perlahan baru kali ini ia bertemu dengan singa betina yang begitu sangat menyeramkan.
Akhirnya Ferdians lebih memilih fokus menyerir daripada terkena amukan Rania yang bisa saja memecat dirinya sekarang. Mencari aman itulah Ferdians saat ini, ia benar-benar tidak berkutik dibuat oleh Rania. Sifat Rania yang sangat mendominasi membuat Ferdians seperti tidak mempunyai harga diri di hadapan Rania.
"Dia benar-benar menyeramkan. Pantas saja tidak ada yang mau menikah dengan dirinya," gumam Ferdians tentu hanya di dalam hati mana mungkin Ferdians berani mengeluarkan suaranya secara langsung kalau tidak ingin mendapatkan amukan dari singa betina seperti Rania. Bekerja dengan Rania seperti menguji adrenalinnya.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit akhirnya Ferdians dan Rania sampai di perusahaan milik Doni Danuarta yang sekarang di pegang oleh Ben Danuarta. Perusahaan Danuarta hampir terancam bangkrut ketika papa dari Rania itu memegang alih perusahaan tetapi berkat bantuan mamanya perusahaan itu kembali berdiri dengan tegak. Ya, mamanya memberikan seluruh hartanya untuk membuat perusahaan keluarga Danuarta kembali berdiri kokoh bahkan mamanya ikut bekerja membantu papanya. Tapi apa yang terjadi? Setelah mamanya meninggal papanya langsung menikah lagi. Rania tentu saja sangat kecewa dengan papanya dan juga kakeknya, mereka seakan lupa jasa mamanya untuk keluarga Danuarta.
"Kamu ikut saya!" ujar Rania yang membuat Ferdians terkejut.
"S-saya di sini saja, Nona! Tidak sopan rasanya saya ikut masuk ke dalam," ujar Ferdians dengan enggan.
"Kamu mau saya pecat karena membantah perkataan saya? Seharusnya Sastra sudah mengatakannya kepada kamu jika saya tidak suka dibantah, selama bekerja bersama saya apa yang saya katakan kamu langsung meng-iya-kan tanpa berpikir dua kali. Saya memperkerjakan orang-orang yang tegas bukan orang-orang yang tidak mempunyai pendirian tetap!" ujar Rania dengan tajam.
Skakmat...
Lagi dan lagi Ferdians tidak bisa berkata apa-apa setelah mulut berancun Rania mengeluarkan suaranya.
"Baik, Nona!" ucap Ferdians dengan tegas.
Ferdians dengan cepat membukakan pintu untuk Rania. Ia mengikuti langkah Rania yang sangat tegas.
Hari ini Sastra tidak ikut dengannya karena lelaki itu menggantikannya untuk meeting karena Rania ingin bertemu dengan papanya setelah papanya itu mengirimkan dirinya pesan agar segera datang ke kantornya. Bisa saja Rania menolak dengan tegas tetapi Rania penasaran drama apalagi yang akan keluarga tirinya lakukan. Rania yakin pasti semua ini ada campur tangan mama tirinya tentang menikah dengan saudara tirinya, pembicaraan lewat telepon kemarin yang membuat Rania kesal.
"Selamat pagi Nona Muda Rania. Tuan Ben sudah menunggu anda di dalam bersama dengan tuan besar Doni dan tak lupa nyonya Agni serta kedua anaknya," ujar sekretaris Ben dengan tegas.
"Hmmm..."
Sekretaris Ben sudah biasa mendapatkan tatapan dingin dan ucapan dingin dari Rania. Padahal dulu sebelum istri pertama Ben meninggal yaitu mama Rania, Rania adalah gadis yang sangat ramah dan baik. Setelah meninggalnya mama Rania semua mengubah Rania 360 derajat.
"Mari saya antar!" ucap sekretaris Ben dengan sopan.
Rania hanya mengangguk yang membuat Ferdians hanya menggelengkan kepalanya, masih tak habis pikir dengan sikap dingin Rania kepada semua orang. Biasanya ia bertemu dengan gadis yang ramah dan cerewet berbeda dengan Rania yang sangat dingin dan pendiam. Dirinya juga pendiam tetapi ketika berbicara tidak setajam Rania, mungkin mulut Rania sudah di asah hingga bisa setajam itu.
"Ferdians, kamu tetap berada di belakang saya!" ujar Rania dengan dingin.
"Baik, Nona!" ucap Ferdians tidak berani membantah lagi.
"Jaga di pintu saya mau masuk!" perintah Rania saat mereka sampai di ruangan Ben.
"Iya, Nona. Saya akan menunggu anda di sini sampai selesai," sahut Ferdians dengan tegas.
Rania mengangguk, ia masuk ke ruangan papanya setelah sekretaris papanya membukakan pintu untuk dirinya.
"Akhirnya kamu datang juga," ujar Agni dengan tersenyum manis. Senyum pura-pura yang selalu ia tunjukkan saat suami dan mertuanya ada di satu ruangan yang sama dengan mereka.
Rania menghindar saat Agni ingin memeluknya yang membuat Agni mengepalkan tangannya. Tetapi ia berusaha menetralkan amarahnya agar sang suami dan tua bangka di hadapan mereka tidak curiga.
"Apa yang akan kalian katakan? Saya meninggalkan meeting penting karena hanya ingin menghadiri sesuatu yang sebenarnya tidak penting," ujar Rania duduk di sebelah kakeknya dengan menyilangkan kakinya dengan angkuh.
"Rania, jangan tidak sopan begitu di depan orang yang lebih tua dari kamu!" tegur Agni dengan kesal. Tetapi Ben dan Doni sama sekali tidak merespon ucapannya agar memarahi Rania balik, keduanya hanya diam memandang Rania yang membuat Agni kembali merasakan kekesalan yang luar biasa.
"Apa kabar Rania? Kamu sudah lama tidak pulang ke rumah utama," ujar Doni kepada cucunya.
"Baik, Kek. Aku lebih nyaman di rumahku sendiri daripada di neraka yang penuh dengan orang bermuka dua," ujar Rania dengan santai.
"Apa maksudmu? Kamu mengatakan jika kami adalah manusia bermuka dua begitu?" tanya Clara dengan sarkas.
"Upss... Tersinggung ternyata. Saya sama sekali tidak mengatakan kalau kalian adalah manusia bermuka dua," sahut Rania dengan santai.
Rio Wiliams hanya bisa menahan senyumannya kala Rania sudah mengeluarkan mulut tajamnya. Rio semakin mengagumi gadis yang menjadi saudara tirinya ini, Rania adalah gadis idamannya sejak dulu dan sialnya mamanya malah menikah dengan papa Rania.
"Bagaimana dengan calon suami kamu? Apakah kamu sudah mendapatkannya? Seperti yang Papa katakan kemarin kamu hanya diberi waktu satu bulan jika dalam satu bulan itu kamu tidak mendapatkan lelaki yang akan kamu nikahi maka kamu akan menikah dengan Rio. Papa setuju dengan ide mama kamu begitupun dengan kakek karena kriteria Rio sangat cocok untuk kamu," ujar Ben dengan tegas.
Rania menatap papanya dengan nyalang ingin meledakan emosinya sepertinya percuma, ia tidak ingin terpancing emosi dihadapkan saudara tiri dan mama tirinya, bisa-bisa mereka kesenangan.
"Tidak akan sampai satu bulan saya akan mendapatkan lelaki itu. Kalian siap-siap saja untuk menyerahkan perusahaan ini kepadaku," ujar Rania dengan tajam.
"Tidak bisa begitu! Setelah kamu menikah pun kamu harus melahirkan penerus! Jadi, perusahaan ini masih milik Papa kamu!" ujar Agni dengan cepat, ia tidak mau jika perusahaan ini jatuh ke tangan Rania. Sebisa mungkin ia harus mengalihkan seluruh aset Danuarta menjadi miliknya.
Rania menyeringai sinis. "Kenapa anda terlihat sangat takut sekali Tante? Bukankah ini seharusnya menjadi milik saya? Anda tidak berhak atas semua aset Danuarta karena anda dan kedua anak anda hanya parasit," ujar Rania dengan tajam.
"RANIA JAGA UCAPAN KAMU! BAGAIMANAPUN DIA ADALAH ISTRI PAPA DAN CLARA JUGA RIO ADALAH SAUDARA KAMU!"
"Begitu ya? Kalau tidak ada yang dibicarakan lagi saya pamit!" ujar Rania dengan dingin.
Rania melenggang pergi begitu saja membuat Agni menatap Rania dengan sinis hingga menghilang dibalik pintu.
"Lihat, Mas. Rania sangat kurang ajar kepadaku. Aku sudah berusaha baik dengannya tapi lihat dia," ujar Agni berpura-pura sedih.
"Benar, Pa. Clara jadi sedih, kak Rania selalu memojokkan kami," ujar Clara dengan sendu.
Ben menghela napasnya. "Sebaiknya kalian pulang juga karena pekerjaan saya juga sangat banyak," ujar Ben pada akhirnya.
"T-tapi, Pa! Papa harus memberikan pelajaran untuk kak Rania agar dia tidak seenaknya dengan kami," ujar Clara dengan sendu.
"Sebaiknya kalian pulang saja! Jangan menganggu Ben bekerja. Untuk Rania biar menjadi urusan kami," ujar Doni dengan tegas.
"Iya, Kek!"
"Huh dasar. Lihat saja kamu Rania. Semuanya akan aku memiliki, lihat papa dan kakek saja sangat menyayangi kami daripada kamu anak kandungnya sendiri. Sebentar lagi kamu akan tersingkir dari keluarga Danuarta seperti mama kamu yang juga sudah tersingkirkan," gumam Clara di dalam hati dengan liciknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments
lovely
suka ma cewek ga lemah dan gak cengeng 🤭
2023-02-04
0
Upik Firo
rania kerennnn....😎😎😎biasanya karakter cewk lemah ditindas mammk tiri ini rania strong woman...😎😎😎🥰🥰
2022-11-04
2
Sakura
lanjut yang banyak yah thor....sebanyak -banyaknya😀😀
2022-11-04
0