...📌 Jangan lupa ramaikan part ini ya. Dukung terus novel terbaru author agar author semangat update....
...Happy reading...
****
Rania sudah berada di dalam mobil bersama dengan Ferdians seperti biasa. Karena hari ini weekend maka Rania akan bertemu dengan ibu dari Ferdians sesuai dengan persyaratan yang Ferdians berikan. Dan kali ini Rania tidak duduk di belakang tetapi berada di depan di samping Ferdians yang sedang mengemudi.
"Berhenti di situ!" perintah Rania yang membuat Ferdians mengernyitkan kedua alisnya.
"Untuk apa, Nona?" tanya Ferdians dengan bingung.
"Jangan banyak tanya! Berhenti di situ!" ucap Rania dengan tegas yang membuat Ferdians mengangguk mengerti.
Ferdians menghentikan mobilnya di depan sebuah toko buah. "Anda mau membeli apa Nona? Biar saya belikan anda tinggal menunggu saja di sini," ujar Ferdians dengan sigap.
"Saya ingin membeli sesuatu untuk ibumu. Ayo ikut saya karena saya tidak tahu buah kesukaannya," ujar Rania yang membuat sudut bibir Ferdians berkedut.
Ya, Ferdians tersenyum karena ucapan Rania yang kali ini sangat menyentuh hatinya. "Baik Nona saya temani!" ujay Ferdians dengan tersenyum.
"Kenapa tersenyum? Jangan besar kepala kamu! Saya melakukan ini karena ingin bertamu!" ujar Rania dengan ketus.
"Saya hanya ingin tersenyum saja, Nona! Tidak ada maksud lainnya!" ujar Ferdians dengan tegas tetapi di dalam hatinya ia merasa bahagia karena ternyata Rania adalah gadis yang baik, yang masih mau membawa buah tangan untuk ibunya.
"Hmmm..." Rania berdehem lalu ia menatap Ferdians dengan tajam.
Rania akui Ferdians sangat tampan tapi sayang nasibnya tidak sebaik wajahnya.
"Cih, apa-apaan kamu Rania! Mengapa memuji supirmu sendiri," gumam Rania di dalam hati dengan perasaan yang sangat kesal.
"Silakan keluar, Nona!" ujar Ferdians dengan sopan.
Dengan langkah anggunnya Rania memasuki tempat toko buah dengan di temani oleh Ferdians. Keduanya seperti pasangan yang sangat serasi sekali apalagi Ferdians sangat sigap melindungi Rania.
"Ibumu suka buah apa?" tanya Rania.
"Hmmm... semua buah dia suka, Nona. Jadi, Nona pilih saja yang menarik hati Nona!" ujar Ferdians.
"Oke!"
"Mau yang mana Nona? Kami menyediakan buah-buah yang masih segar," ujar penjual buah dengan ramah.
"Apel, pir, anggur, buah naga," ucap Rania dengan tegas.
"Berapa Nona?" tanya penjual dengan tersenyum.
"Apel, pir, dan buah naga sekilo dan anggurnya tiga kilo!" jawab Rania tanpa ekspresi.
Tentu saja Ferdians sangat terkejut dengan Rania yang membeli buah cukup banyak. "Nona ini sangat banyak sekali," ujar Ferdians dengan tak percaya.
"Diamlah!" ujar Rania dengan tegas.
"Ini Nona. Total 400 ribu Nona!" ujar penjual buah dengan tersenyum.
Rania mengeluarkan uang 4 lembar uang 100 ribu dan 1 lembar uuang 50 ribu. "Ini untukmu!" ujar Rania.
"Terima kasih, Nona! Ini sangat banyak sekali!"
"Hmmm..."
"Terimakasih, Bu!" ujar Ferdians membawa semua buah yang Rania beli karena Rania sudah terlebih dahulu berjalan ke arah mobil.
"Sama-sama, Tuan! Kekasihnya sangat cantik sekali. Semoga langgeng ya!" ujar penjual buah yang membuat Ferdians lagi dan lagi tersenyum.
"Do'akan saja kami segera menuju pelaminan, Bu!" ujar Ferdians dengan tersenyum.
"Ferdians ayo!" ujar Rania dengan kesal.
"Iya, Nona!"
Ferdians berjalan dengan cepat ke arah mobil dan memasukkan sebuah buah ke dalam mobil, lalu ia membukakan pintu untuk Rania yang mulai terlihat kesal karena menunggunya.
"Lambat sekali sih!" ujar Rania dengan datar.
"Maaf, Nona!"
"Jangan marah-marah saat ini aku ini calon suami kamu Rania! Sebentar lagi kita sampai di rumah ibu, kita harus terlihat romantis di depan ibu," ujar Ferdians yang tentu saja memanfaatkan keadaan sekarang.
"Jangan memanfaatkan keadaan Ferdians!" ujar Rania dengan dingin.
"Tidak, Nona! Karena saat ini ibuku mengetahui jika kamu adalah calon istriku. Jangan membuat dirinya kecewa," ujar Ferdians yang membuat Rania mendengkus kesal.
"Brengsek!" umpat Rania dengan kasar yang membuat Ferdians tersenyum menyeringai.
"Netralkan ekspresimu, Nona!" ujar Ferdians dengan tersenyum.
Rania memalingkan wajahnya ke samping menghadap ke arah jendela. Ia sangat malas untuk berbicara dengan Ferdians karena pria itu sangat terlihat mengesalkan sekarang.
Ferdians tersenyum dengan tipis. Ini baru awal baginya setelah mereka menikah Ferdians bertekad akan membuat Rania tidak bisa jauh darinya. Kita lihat saja nanti bagaimana Rania akan bersikap kepada dirinya.
***
"Kita sudah sampai, Nona!" ujar Ferdians dengan tegas saat mobil milik Rania yang ia kendarai berhenti di depan rumah ibunya, rumah sederhana yang sangat terlihat nyaman bagi Rania.
Ferdians menatap Rania dengan dalam. "Saat di dalam nanti sebisa mungkin kita jangan memanggil satu sama lain terlalu formal ya, Nona!" pinta Ferdians yang membuat Rania menatap tajam ke arah Ferdians.
"Kamu jadi banyak mengatur saya hari ini Ferdians! Saya tidak suka itu!" ujar Rania dengan tajam.
"Saya tahu apa yang saya harus lakukan! Kamu jangan banyak memerintah saya! Kamu harus tahu diri bagaimana posisi kamu sekarang!" ujar Rania dengan tajam yang membuat Ferdians terdiam.
Ternyata ia belum bisa menjinakkan betina yang sangat buas ini.
"Maaf, Nona!" ujar Ferdians mengalah tetapi ia tidak menyerah tentunya.
Ferdians keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Rania kembali, masih terlihat jika wajah Rania masih kesal kepada dirinya. Ferdians mengambil buah yang Rania beli untuk ibunya setelah Rania keluar dari mobil.
"Ayo kita masuk, Nona!" ujar Ferdians dengan tegas.
Rania berjalan ke dalam rumah Ferdians setelah Ferdians terlebih dahulu masuk karena tidak sopan baginya jika dirinyalah yang masuk duluan.
"Duduk dulu, Nona! Saya ingin memanggil ibu di kamarnya," ujar Ferdians dengan pelan setelah meletakkan buah di atas meja.
Rania menatap sekeliling rumah Ferdians. Rumah ini jauh dari kata mewah seperti rumahnya tetapi hanya satu yang ia tidak punya seperti yang di miliki rumah ini yaitu kehangatan di dalamnya. Berulang kali Rania menghela napasnya dengan berat karena ia teringat dengan mamanya.
"Sayang, ini ibuku!" ujar Ferdians yang membuat Rania tersentak.
Apa katanya? Sayang? Dasar Ferdians! Lihat saja nanti Rania akan memberikan pelajaran untuk Ferdians.
"Wah ini calon istrimu, Nak?! Cantik sekali," ujar Heera dengan tersenyum.
Mau tak mau Rania tersenyum juga ke arah Heera dan menyalami tangan ibu dari Ferdians tersebut.
"Rania, Bu!" ujar Rania dengan singkat.
"Iya Ibu sudah tahu nama kamu, Sayang. Ferdians yang memberitahu semalam, Ibu tak menyangka jika Ferdians akan segera menikah tetapi memang seharusnya begitu karena usianya sudah 33 tahun. Ibu pikir dia tidak menyukai wanita," ujar Heera dengan terkekeh yang membuat Rania hanya bisa tersenyum kaku dan canggung.
"Ferdians masih menyukai wanita, Bu. Dan wanita itu adalah Rania!" ujar Ferdians yang membuat Rania menatap Ferdians dengan tajam.
Rania mengepalkan kedua tangannya dengan kesal. "Kata Mas Ferdians, Ibu sedang sakit! Ini saya membawakan buah-buahan agar Ibu kembali bugar," ujar Rania.
Mata Heera berkaca-kaca menatap Rania. Tangan Heera terulur untuk mengelus kepala Rania dengan sayang. "Terima kasih ya, Nak. Kamu sangat baik sekali. Ferdians beruntung bisa menjadi calon suami kamu," ujar Heera dengan sendu.
"Mau minum apa, Nak? Biar Ibu ambilkan," ujar Heera dengan tersenyum.
"T-tidak per..."
"Biar Ferdians saja yang membuatkan minum, Bu! Ibu mengobrol saja dengan Rania," ujar Ferdians dengan tegas.
"Sebentar ya, Sayang!" ucap Ferdians mengelus kepala Rania dengan sayang yang membuat Rania mematung.
"Ferdians awas kamu!" gumam Rania di dalam hati dengan kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments
lovely
God job Ferdians buat rania klepek-klepek 😇
2023-02-04
0
mbak i
jangan galak galak sayang entar bucin sama masfeedian🤣🤣🤣
2022-11-13
0
mbak i
mungkin sebenernya Ferdian itu anak orang kaya juga😁😁😁berharapnya sih
2022-11-13
2