...📌 Jangan lupa ramaikan part ini ya!...
...Happy reading...
***
Santorini, Yunani.
Sudah sehari Rania dan Ferdians di Santorini. Dan betapa Ferdians sangat merasa takjub dengan dengan tempat yang di rekomendasikan oleh mertuanya karena tempat ini sangat terasa indah dengan gedung putih dan atap berwarna biru.
Perjalanan yang memakan waktu hampir sehari di pesawat membuat keduanya sangat lelah dan memilih beristirahat di kamar mereka.
"Sayang!" panggil Ferdians dengan pelan karena Rania masih tertidur di sampingnya.
Tak ada jawaban dari Rania karena panggilan Ferdians untuk dirinya sangat menjengkelkan padahal Rania mendengar panggilan Ferdians tersebut.
Ferdians menghela napasnya dengan pelan. "Nona Rania!" panggil Ferdians dengan panggilan formal mereka.
"Hmmm..."
Ferdians menyeringai ketika mendapatkan balasan dari Rania walaupun hanya sebuah deheman singkat saja. Ferdians yakin jika Rania sudah bangun seperti dirinya, namun wanita itu lebih memilih menutup matanya.
Ferdians naik ke atas tubuh Rania dengan pelan yang membuat Rania mau tak mau membuka matanya dengan malas.
"Kamu pikir tubuh besarmu itu ringan?" tanya Rania dengan sarkas.
"Kita sudah sehari di sini dan belum melakukan apa-apa saat kita sampai di tempat ini. Apakah kamu yakin anak kita akan berhasil dibuat di tempat ini?" tanya Ferdians yang tak mempedulikan ucapan sarkas Rania sekaligus menyindir tubuhnya yang memang besar bahkan tubuh Rania seakan tenggelam di tubuhnya.
"Yuk kita olahraga baru setelah itu kita menikmati Santorini ini lebih dekat lagi. Papa tidak salah memilih tempat untuk kita honeymoon," ujar Ferdians dengan pelan.
Rania berpikir sejenak. Benar juga mereka harus melakukan olahraga bersama agar ia cepat segera hamil, jika itu terjadi ia bisa menguasai apa yang harus menjadi miliknya dan ia langsung bisa bercerai dengan Ferdians nantinya.
"Oke... Cepat lakukan!" ujar Rania dengan datar.
"Pasrah sekali kamu, Sayang. Biasanya sangat galak dan berusaha menolak sentuhanku tapi kali ini aku suka itu," ujar Ferdians dengan mengerling matanya nakal.
"Cepatlah Ferdians! Waktu kita cuma tersisa 5 hari lagi," ujar Rania dengan malas.
Cup...
Cup...
"Baiklah, Sayang. Tapi aku ingin suasana yang berbeda. Bagaimana kalau kita melakukannya di kamar mandi?" tanya Ferdians dengan pelan.
"Jika bisa di sini kenapa harus di kamar mandi?" tanya Rania dengan datar.
"Kamu akan ketagihan, Sayang. Kali ini ikuti saja apa yang akan aku lakukan padamu," ujar Ferdians turun dari atas tubuh Rania dan menggendong Rania menuju kamar mandi di kamar mereka yang sangat terlihat indah.
Rania memperhatikan Ferdians yang sedang msngisi air di bathtub saat dirinya sudah di dudukan di atas closet oleh Ferdians sesampainya di kamar mandi.
Setelah air di bathtub penuh Ferdians menghampiri Rania, ia memandang Rania dengan dalam dan membuka kancing piyama Rania dengan gerakan perlahan yang membuat Rania diam begitu saja, tatapan Ferdians sangat menghipnotis dirinya kali ini.
Bahkan Rania tidak sadar jika dirinya sudah tidak menggunakan pakaiannya begitupun dengan Ferdians yang sudah sama-sama polos. Ferdians menggendong Rania dengan perlahan, mereka akan berendam di bathtub untuk menghilangkan rasa lelah mereka sekaligus mencari sensasi berhubungan.
"Jika anak kita berhasil dibuat di sini kira-kira namanya siapa? Apa mungkin kalau lelaki kita beri nama Santo dan kalau perempuan kita beri nama Rini sesuai dengan nama tempat mereka dibuat," ujar Ferdians dengan terkekeh.
Rania bersandar di dada bidang Ferdians walau ada yang mangganjal di bawah sana mengenai punggungnya. Rania menikmati tangan Ferdians yang menggosok tubuhnya dengan lembut.
"Tidak adakah nama yang lebih indah?" tanya Rania dengan datar.
Ferdians tertawa kecil. "Ada, Sayang. Siapa tahu kamu cocok dengan nama itu," ujar Ferdians dengan tersenyum.
"Jangan buat darah tinggi Ferdians! Lelucon kamu sama sekali gak lucu untuk saya," ujar Rania dengan datar tetapi tanpa dilihat oleh Ferdians Rania tersenyum tipis, tipis sekali.
"Ahhh..."
Rania tanpa sadar mengeluarkan suara indahnya yang membuat Ferdians semakin bergairah. Ferdians terus melancarkan aksinya yang membuat keduanya akhirnya melakukan olahraga di dalam bathtub. Rania akui Ferdians memang sangat bisa memuaskan dirinya seperti sekarang. Rania mengingat ke belakang di mana awalnya Ferdians adalah supirnya dan sekarang Ferdians adalah suaminya sambil menatap Ferdians yang memasuki dirinya dengan begitu semangat.
Ferdians sangat berharap jika penyatuan mereka kali ini akan membuahkan hasil yang membahagiakan karena Ferdians yakin jika Rania hamil maka anak mereka adalah jembatan untuk penyatuan hati mereka terutama hati Rania yang masih dingin kepada dirinya.
"Bagaimana? Suka?" tanya Ferdians dengan napas yang menderu setelah berhasil mendapatkan pelepasannya untuk pertama kalinya setelah penyatuan mereka tadi, sedangkan Rania sudah beberapa kali mendapatkan pelepasannya.
"Tidak buruk!" jawab Rania dengan lemas.
Cup...
Ferdians mencium bibir Rania dengan lembut setelah itu memeluk istrinya dari belakang, ia sangat menikmati suasana yang seperti ini karena Rania tak banyak menolaknya bahkan lebih terlihat pasrah dan menyerahkan diri begitu saja.
"Cepatlah tumbuh di rahim ibumu, Nak. Biar kita bisa bekerja sama membuat ibu cantik ini luluh pada ayah," gumam Ferdians di dalam hati sambil mengelus perut rata Rania yang membuat wanita itu merasa geli sekaligus nyaman.
*****
Rania sangat menikmati liburannya kali ini, seakan beban yang ia rasakan hilang seketika ketika melihat keindahan Santorini. Ini adalah impian mamanya, dulu mamanya pernah bermimpi ingin pergi berlibur di tempat ini bersama dengan papanya. Namun, kesibukan papanya takk membuat impian mamanya terkabul.
Bahkan mamanya harus rela kehilangan anak keduanya yang baru saja tumbuh di rahimnya karena terjatuh dari tangga saat sedang berantem dengan papanya yang membuat sang papa menyesal pada akhirnya.
Ferdians yang tadinya menikmati suasana laut dari atas kini melihat ke arah istrinya yang terlihat melamun dengan mata berkaca-kaca.
"Sayang, kamu baik-baik saja?" tanya Ferdians dengan menyentuh pundak Rania dengan perlahan hingga membuat wanita itu tersentak.
"Ya!" jawab Rania dengan serak.
"Lalu, kenapa kamu melamun?" tanya Ferdians dengan lembut.
Rania menghela napasnya dengan perlahan. Apakah ia harus mengatakan yang sejujurnya dengan Ferdians tentang apa yang ia rasakan saat ini?
"Santorini adalah tempat impian mama saya. Sebelum meninggal dia ingin ke tempat ini bersama dengan papa. Tapi karena papa selalu sibuk papa mengabaikan impian mama sampai akhir hayatnya. Apakah ini alasan papa memberikan kita tempat ini untuk honeymoon? Apakah dia mengingat tempat ini?" ujar Rania yang membuat Ferdians paham tentang kesedihan istrinya.
"Mungkin saja papa ingin menebus kesalahannya dengan memberikan tiket ke tempat ini agar membuat rasa bersalahnya sedikit menghilang," jawab Ferdians dengan pelan.
"Tapi jika dia merasa bersalah dengan mama tidak mungkin dia menikah dengan Agni begitu cepat," ujar Rania dengan dingin.
"Papa sudah mengingkari perjanjian nikahnya dengan mama! Papa tidak lagi mencintai mama!" ujar Rania dengan datar.
"Boleh aku berpendapat?" tanya Ferdians.
"Hmmm..."
"Sepertinya papa menikah dengan Agni ada alasannya. Karena menurutku kematian mama tidak sesederhana itu, Sayang!"
"Maksudmu?"
Ferdians hanya tersenyum misterius di hadapan Rania yang membuat Rania semakin penasaran.
"Tunggu suamimu ini memiliki bukti ya!" ucap Ferdians yang semakin membuat Rania penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments
lovely
kurang 🔥🔥🔥 honeymoon nya 😂😂
2023-02-05
0
Ratu Tety Haryati
Diam2 Ferdians menyelidiki ibu tiri dan antek2nya
2022-11-21
0
Ratu Tety Haryati
Namanya jangan itulaaaah🤣🤣🤣
Nanti di Indonesia dipanggil, Mas Santo.... Mas Santo...
2022-11-21
0