...🍂Hai guys dukung cerita ini ya. Cerita ini akan ikut lomba 'You are a writer season 8'🍂...
Semoga kalian suka novel terbaru author ya
...Happy reading...
****
Rania Danuarta, seorang gadis berusia 28 tahun yang sampai saat ini belum menikah karena baginya sebuah pernikahan bukanlah sesuatu yang penting, pernikahan bukanlah sesuatu yang sangat membahagiakan, karena di dalam pernikahan terdapat luka yang Rania anggap sebagai penghalang kebahagiaan dirinya.
Tinggal sendiri di kompleks perumahan mewah membuat Rania tumbuh menjadi gadis yang angkuh dan juga sombong. Rania menganggap semua bisa ia beli dengan uang yang ia punya.
Rania sengaja tak ingin tinggal bersama dengan papa dan keluarga barunya, ia terlalu malas untuk ribut dengan mama tiri serta adik tirinya yang selalu ikut campur dengan kehidupannya.
Selama 5 tahun Rania hidup dalam kesendirian tetapi semua kehidupannya begitu di kekang oleh papa dan kakeknya, ia dituntut untuk sempurna dalam segi apapun. Itulah yang membuat Rania Danuarta seakan terkesan sombong tetapi di dalam hatinya ia begitu sangat kesepian dan merindukan sosok seperti mamanya, bahkan sikap papanya berubah semenjak papanya menikah lagi dengan wanita yang ia anggap adalah nenek sihir dalam hidupnya, tetapi Rania tidak ingin mau kalah, ia tidak boleh kalah juga dari mama tirinya dan adik tirinya, semua yang ada di keluarga Danuarta adalah miliknya dan mereka tak boleh mendapatkannya. Rania harus berjuang untuk mendapatkan miliknya.
"Nona Rania, Tuan Ben ingin bertemu dengan anda," ujar tangan kanan Rania yang selama ini selalu setia dengan Rania karena Rania adalah wanita yang mandiri dan pekerja keras, lelaki itu sangat salut dengan kerja keras Rania hingga di usia yang masih muda Rania bisa mengembangkan bisnisnya seorang diri.
"Papa ingin bertemu denganku? Ternyata dia masih ingat jika dia mempunyai anak dari mendiang istrinya?" tanya Rania dengan sarkas.
"Walau bagaimanapun tuan Ben adalah papa kandung anda, Nona! Apakah anda ingin bertemu dengan beliau?" tanya Sastra, lelaki berusia 40 tahun yang awalnya mengabdi pada Ben kini berbalik membantu Rania karena janji yang sudah ia katakan pada Ben untuk menjaga Rania saat Ben tidak bisa lagi menjaga putrinya.
"Untuk apa? Jika pertemuan kami ada nenek sihir itu maka aku tidak akan datang," ujar Rania dengan dingin yang membuat Sastra tersenyum tipis.
"Nenek sihir itu tidak akan berani macam-macam kepada anda. Saya yakin itu Nona," ujar Sastra dengan terkekeh.
Rania terkekeh, ya Rania yakin wanita bermuka dua itu tidak akan berani macam-macam di depan papanya apalagi kakeknya tetapi Rania yakin wanita itu mampu melakukan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Katakan padanya besok aku akan menemuinya. Oo iya bagaimana dengan pengganti supir yang sebelumnya apakah sudah ada? Aku tidak ingin mengemudikan mobil seorang diri," ujar Rania dengan malas.
"Sudah Nona kemungkinan besok dia akan bekerja karena saya baru mendapatkan pengganti hari ini," ujar Sastra dengan tegas.
"Untuk hari ini saya yang akan mengantarkan anda ke kantor Nona," ujar Sastra menawarkan diri.
"Baiklah, ayo pergi jangan sampai telat! Kamu tahu sendiri kan jika aku adalah orang yang sangat perfeksionis dalam bekerja, bagiku waktu adalah uang. Aku tidak ingin karyawanku juga bermalas-malasan dalam bekerja," ujar Rania yang diangguki oleh Sastra yang memang sudah paham watak bosnya tersebut, di didik dalam keluarga Danuarta yang,sangat keras membuat Rania tumbuh menjadi wanita yang sama dengan papanya. Namun, terkadang Rania tidak sadar akan sifatnya itu. Keras kepala dan seenaknya sendiri.
Sastra membukakan pintu mobil untuk Rania dan dengan elegannya Rania masuk. Sastra begitu kagum dengan Rania karena mampu menyembunyikan kesedihannya tetapi walaupun begitu tidak ada rasa lebih dalam dirinya untuk sekedar menyukai anak dari bosnya tersebut. Menurut Sastra, Rania sudah ia anggap sebagai adiknya yang harus ia lindungi dengan segenap jiwa dan raganya.
Rania menatap keluar jendela, dalam diam seperti ini Rania banyak menyimpan kesedihan yang hanya dirinya saja yang tahu.
"Setelah pulang kantor antarkan aku ke makam mama. Seperti biasanya kamu hanya boleh menungguku di mobil," ujar Rania yang tak mau jika Sastra melihatnya menangis.
"Baik Nona. Saya mengerti," ujar Sastra dengan tegas.
****
"Selamat pagi, Bu!"
"Selamat pagi, Bu!"
Sapa para karyawan Rania. Ada yang benar-benar tulus dan ada juga yang hanya ingin mencari muka agar gaji mereka di naikan atau dianggap baik dengan Rania yang terkenal sangat dingin dan tidak ada ampun jika karyawannya membuat kesalahan.
"Pagi! Cepat bekerja saya tidak mau kalian membuat kesalahan yang akan merugikan perusahaan saya!" ujar Rania dengan dingin yang membuat karyawannya kembali bekerja dengan jantung yang berdetak lebih cepat jika Rania sudah berkata seperti itu.
"B-baik, Bu!"
Rania berjalan ke arah ruangannya dengan Sastra yang berada di belakangnya.
"Pagi Bu Rania. Maaf menganggu waktunya sebentar, di dalam ada tuan Ben. Saya sudah mengatakan jika Ibu tidak bisa di ganggu hari ini tetapi tuan Ben tetap memaksa untuk masuk," ujar sekretaris Rania dengan takut.
"Sastra, kamu tidak membuat janji dengan papa tanpa sepengetahuanku, kan?" tanya Rania dengan tajam.
"Tidak, Nona. Saya sudah mengatakan kepada tuan Ben jika anda akan menemuinya besok," ujar Sastra dengan tegas dan tak ada rasa takut dalam dirinya karena memang ia tidak mempunyai kesalahan.
"Awas saja jika kamu bersekongkol dengannya!" ujar Rania dengan dingin.
"Anjani, kosongkan jadwal saya hari ini! Jika ada yang ingin menemui saya katakan saja jika saya tidak ingin di ganggu. Kali ini kesalahan kamu saya maafkan tapi lain kali tidak," ujar Rania dengan dingin.
"B-baik, Bu. Maafkan saya!" ujar Anjani dengan menahan napasnya.
Saat kepergian Rania masuk ke dalam ruangannya barulah Anjani merasa lega.
"Jangan terlalu tegang menghadapi singa betina yang sedang lapar," ujar Sastra dengan terkekeh.
"Ibu terlalu menyeramkan," sahut Anjani yang membuat Sastra terkekeh.
"Kerja yang becus dan jangan membuat kesalahan yang akan memancing kemarahannya," ujar Sastra.
"Baik Tuan Sastra," ujar Anjani dengan tegas.
Anjani kembali sibuk dengan pekerjaannya dari pada ia kena amuk oleh Rania.
***
"Kenapa Papa ke kantor Rania?" tanya Rania saat melihat papanya sudah duduk di kursi kebesarannya.
Ben Danuarta menghela napasnya dengan pelan saat anaknya bertanya dengan nada dingin yang membuatnya seakan seperti orang asing di mata anaknya sendiri.
"Ada yang akan Papa bicarakan kepada kamu Rania," ujar Ben dengan tegas.
"Apa? Jika tidak penting maka Rania tidak akan mau mendengarkannya," ujar Rania dengan datar.
"Papa akan langsung pada intinya. Perusahaan Danuarta butuh penerus, dan kakek hanya menginginkan pemimpin perusahaan Danuarta adalah seorang lelaki. Jika kamu tidak menikah dan melahirkan seorang anak lelaki maka perusahaan itu akan jatuh ke tangan adik tirimu," ujar Ben dengan tenang menunggu reaksi anaknya.
"Dia tidak berhak atas perusahaan Danuarta karena di dalam dirinya tidak ada darah Danuarta. Atau mungkin Papa yang ingin dia yang memimpin perusahaan karena dia adalah anak dari wanita yang Papa cintai begitu?" tanya Rania dengan dingin.
"Terserah kamu. Jika dalam waktu sebulan kamu belum menikah maka perusahaan akan jatuh ke tangan adik kamu," ujar Ben dengan tegas.
Rania terkekeh. "Aku tidak akan memberikan sesuatu yang aku punya pada orang lain Tuan Ben Danuarta. Aku keluar dari rumah itu bukan berarti aku mengalah tapi aku ingin merebut apa yang seharusnya menjadi milikku. Aku tidak ingin Mama di atas sana menyesal telah menikah denganmu," ujar Rania dengan dingin.
"Buktikan saja ucapanmu Rania. Papa tahu kamu hebat dan bisa mendapatkan semuanya dengan apa yang kamu punya sekarang," ujar Ben dengan terkekeh sinis.
"Tapi Papa yakin kamu tidak akan bisa bebas begitu saja dari aturan keluarga Danuarta bukan? Perempuan tidak bisa menjadi pemimpin perusahaan Danuarta, dan itu artinya semakin kecil kemungkinan kamu ingin memiliki perusahaan Danuarta jika kamu tidak segera menikah dan mempunyai anak. Dia memang anak tiri Papa tapi jika dia kompetensi dalam bekerja bukan tidak mungkin dia yang akan menduduki kursi CEO Danuarta. Kamu tahu sendiri kan bagaimana watak mama tiri dan adik tiri perempuanmu? Dia akan tetap menjadikan anak lelakinya CEO dalam perusahaan Danuarta dan menyingkirkan kamu," ujar Ben yang membuat Rania tersulut emosi.
"Bukannya Papa juga yang ikut andil dalam menyingkirkan anak kandungnya sendiri. Rania akan ikut bermain dalam skenario yang Papa dan kakek buat. Jangan main-main dengan Rania! Tidak sampai sebulan Rania akan menikah dan memiliki anak lelaki. Setelah itu terjadi kalian harus menyerahkan perusahaan Danuarta padaku," ujar Rania dengan dingin.
"Hmmm... Kamu begitu sangat ambisius Rania!"
"Ya. Karena di dalam perusahaan Danuarta ada perjuangan mama yang tidak Papa hargai sampai dirinya meninggal," ujar Rania dengan dingin.
"Jaga ucapan kamu Rania!" ujar Ben dengan emosi.
"Menjaga ucapan? Seharusnya Papa yang menjaga ucapan Papa di depan Rania. Sekarang keluar dari ruangan Rania, Pa! Rania akan mengambil hak Rania selama ini," ujar Rania dengan dingin.
Ben menatap anaknya dengan tajam. Lalu ia menghela napasnya dengan pelan. "Sebulan lagi perkenalkan lelaki pada Papa!" ujar Ben dengan tegas dan keluar dari ruangan Rania begitu saja.
Tidak ada kehangatan, tidak ada candaan, yang ada hanya sebuah kemarahan dan keegoisan yang membuat Rania ingin berteriak dengan kencang karena ia merasa hidupnya sama sekali tidak adil.
"ARGHHH..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments
Ayano
Mantap
Gue dukung lu
2023-07-14
1
Ayano
😅😅😅
Aku ikut ketawa ah
2023-07-14
0
Ayano
Mantap jiwa. Coba ngomong depannya lagi
Penasaran sama reaksi buapakmu itu
2023-07-14
0