...📌 Jangan lupa dukung novel terbaru author ini ya. Favoritkan, bintang lima, like dan komen terus ya agar author semangat untuk update....
...Happy reading...
***
Ferdians hanya bisa diam saat Rania memasang wajah dinginnya setelah bertemu dengan keluarganya di kantor, entah apa yang mereka bicarakan tapi yang jelas raut wajah Rania sangat menyeramkan sekali hingga Ferdians tidak berani mengeluarkan suara sedikitpun, ia takut terkena imbasnya dari dinginnya wajah Rania.
"Ke makam Danuarta Memorial Park!" perintah Rania dengan dingin.
Pemakaman Danuarta Memorial Park adalah pemakaman keluarga Danuarta dengan tempat yang sangat indah. Semua keluarga Danuarta di makamkan di sana. Namun, ada juga orang-orang tertentu yang memakamkan keluarganya di sana tentu saja dengan harga yang tidak bisa terbilang murah harga dari 50 juta hingga milyaran jika mau keluarga mereka yang meninggal dimakamkan di tempat yang begitu indah.
"Baik, Nona!" Ferdians menjawab dengan patuh, ia langsung menambahkan gas mobilnya agar mereka cepat segera sampai di tempat yang Rania inginkan.
Rania tampak memandang ke arah luar dengan tangan yang terkepal dengan erat. Ferdians bertanya-tanya apakah yang terjadi di ruangan tadi yang membuat Rania sangat dingin sekarang.
"Kita sudah sampai Nona!" ucap Ferdians dengan pelan.
"Nona!" panggil Ferdians sekali lagi karena Rania tidak merespon sama sekali.
"Nona Rania kita sudah sampai di pemakaman!" ujar Ferdians yang membuat Rania tersentak.
"Oke... Bukakan pintunya!" perintah Rania dengan dingin.
"Baik, Nona. Tunggu sebentar," ujar Ferdians keluar dari mobil dan berlari kecil untuk membukakan pintu Rania.
"Hati-hati, Nona!" ucap Ferdians dengan pelan.
"Hmmm..."
"Kamu tunggu di sini!" ujar Rania dengan dingin.
"Baik Nona!" ujar Ferdians dengan patuh.
Ferdians menatap kepergian Rania. Banyak pertanyaan yang ada di benak Ferdians menatap punggung Rania, ia menilai sebenarnya perempuan seperti Rania adalah perempuan yang rapuh tapi pandai menyembunyikan kesedihannya dengan baik.
"Sebenarnya apa yang terjadi tadi? Kenapa setelah keluar dari ruangan tuan ben, nona Rania lebih menyeramkan dari biasanya? Sebaiknya aku diam saja singa betina lebih menyeramkan jika sedang marah," monolog Ferdians menatap kepergian Rania hingga menghilang di balik gerbang tinggi yang sangat mewah di mana satpam yang bekerja di sana sudah membukakan gerbang tersebut untuk Rania.
Rania dan penziarah lain tidak perlu membeli bunga di luar karena Danuarta Memorial Park sudah menyediakan bunga bagi penziarah yang datang.
Tetapi setelah 10 menit menunggu Ferdians merasa penasaran dengan apa yang Rania lakukan di dalam sana. Dengan langkah tegasnya Ferdians mulai melangkah masuk ke dalam Danuarta Memorial Park tentu saja dengan identitasnya sebagai supir Rania membuat Ferdians mampu untuk masuk ke dalam.
Setelah mencari keberadaan Rania akhirnya Ferdians menemukan majikannya sedang duduk di dekat makam yang terlihat sangat indah apalagi bunga mawar berwarna merah sudah tertabur dengan sangat indah di sana yang semakin mempercantik penampilan makam tersebut.
Makam tersebut milik siapa? Apa mungkin kekasih Rania atau mama Rania? Aaahhh... Iya Ferdians baru ingat jika mama dari Rania sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu.
Ferdians tidak bisa melihat bagaimana raut wajah Rania sekarang yang jelas Ferdians melihat punggung gadis itu bergetar. Apakah Rania menangis?
Sedangkan Rania menatap nisan mamanya dengan air mata yang mengalir tampa suara. "Ma, semuanya berubah! Papa dan kakek tidak lagi peduli pada Rania hanya Sastra yang sekarang peduli dengan Rania! Rania janji akan mengambil apa yang seharusnya menjadi milik mama! Mereka tidak boleh mengusai harta Danuarta! Rania benci tante Agni dan juga kedua anaknya. Kenapa sahabat yang mama anggap sebagai saudara sendiri begitu liciknya ingin mengusai harta Danuarta? Rania janji ma semua harta Danuarta akan jatuh ke tangan Rania. Do'akan Rania di atas sana menemukan lelaki yang mau dijadikan suami bayaran Rania," ujar Rania dengan tersenyum.
Senyum Rania begitu sangat manis mungkin jika Ferdians melihatnya lelaki itu akan terpesona dengan senyuman Rania yang belum pernah Ferdians lihat. Sayangnya Ferdians tidak bisa melihatnya karena hanya punggung Rania yang bisa ia lihat dari kejauhan.
"Ma, Rania pulang ya. Besok Rania akan ke sini lagi kalau tidak sibuk," ujar Rania berpamitan dengan mengelus nisan mamanya dengan sayang dan menciumnya dengan penuh kerinduan.
Rania berdiri dari duduknya yang membuat Ferdians langsung melangkah keluar takut ketahuan oleh Rania karena dirinya telah lancang masuk dan mengawasi Rania dari kejauhan.
Dengan berpura-pura seakan menunggu Rania di mobil. Ferdians membukakan pintu untuk Rania setelah gadis itu datang.
"Anda mau kemana lagi Nona?" tanya Ferdians dengan sopan.
"Ke Restoran dekat kantor!" jawab Rania dengan singkat.
"Baik, Nona!" ucap Ferdians dengan tersenyum.
Rania menatap wajah Ferdians dengan dingin. "Tidak usah memasang wajah sok manis di depan saya!" ujar Rania dengan tajam yang membuat Ferdians langsung mengubah ekspresinya sedatar mungkin.
"Salah lagi!" gumam Ferdians di dalam hati.
"Yang benar di mata dia seperti apa sih?" gumam Ferdians di dalam hati dengan perasaan yang amat kesal.
"Maaf Nona, saya salah!" ujar Ferdians dengan tegas.
"Hmmm..."
Rania tak lagi mengeluarkan suaranya. Ia lebih memilih sibuk dengan ponselnya untuk mengecek pekerjaan yang baru saja Sastra kirim di E-mail miliknya.
****
Rania sudah berada di restoran dekat kantor miliknya. Di sana sudah ada Sastra yang menunggu kedatangannya. Dengan langkah tegas Rania berjalan mendekati Sastra, lelaki itu sangat tampan. Namun sayang, nasib percintaannya begitu memprihatinkan.
"Bagaimana?" tanya Rania saat duduk di hadapan Sastra.
"Saya belum menemukan lelaki yang cocok dengan kriteria anda, Nona. Tapi saya sedang berusaha mencari yang terbaik untuk anda agar bisa melahirkan anak lelaki yang akan bisa mewarisi semua kekayaan Danuarta," ujar Sastra dengan tegas.
"Oke... Waktu kamu tidak banyak Sastra! Saya tidak ingin menikah dengan Rio! Lelaki itu tidak pantas untuk menjadi suami saya," ujar Rania dengan dingin.
"Baik, Nona. Saya janji sebelum sebulan saya sudah mendapatkan lelaki yang anda mau, Nona!" sahut Sastra dengan tegas.
"Hmmm.."
"Nona mau makan siang dengan apa? Biar saya pesankan," ucap Sastra.
"Seperti biasa!" jawab Rania dengan singkat.
"Baik, Nona."
"Pelayan!" panggil Sastra dengan keras.
"Iya, Tuan. Mau pesan apa?" tanya pelayan dengan ramah.
"Stik seperti biasa dua porsi. Jangan terlalu matang ya! Minumannya lemon tea dan jus mangga," ujar Sastra.
"Saya ulangi ya, Tuan. Stik setengah matang dua porsi, lemon tea satu dan jus jeruk satu. Baik pesanan akan kami antar, Tuan!" ucap pelayan dengan ramah.
"Terima kasih!" ucap Sastra yang di angguki oleh pelayan dengan tersenyum.
"Bagaimana meeting kali ini?" tanya Rania setelah pelayan pergi.
"Seperti biasa Nona. Kita kembali memenangkan tender besar," jawab Sastra dengan tersenyum puas.
Rania menyeringai. "Mungkin jika perusahaan seperti ini terus, saya bisa mengalahkan Danuarta," ujar Rania dengan sinis.
"Sangat bisa, Nona. Karena kekayaan anda juga sudah menyaingi Danuarta. Saya akan terus berada di samping Nona sampai perusahaan ini dalam puncak kejayaannya ataupun tidak, saya sudah berjanji untuk selalu menemani Nona dalam keadaan apapun walau nyawa saya taruhannya," ujar Sastra dengan tegas.
"Walau saya juga bersaing dengan mantan istrimu?" tanya Rania menyeringai.
"Iya, Nona! Karena itu sudah janji saya sejak saya mengabdi pada Danuarta!" jawab Sastra dengan tegas.
"Saya harap kamu tidak akan goyah dan menelan ludahmu sendiri Sastra saat kita berhadapan dengan mantan istrimu nanti. Bukan tidak mungkin kita akan bersaing dengannya di kemudian hari," ujar Rania dengan tenang.
"Saya tidak akan goyah Nona! Karena hubungan kami sudah berakhir," ujar Sastra dengan tegas walaupun sebenarnya hatinya sesak mengingat mantan istrinya yang sampai saat ini masih amat ia cintai.
"Saya pegang kata-katamu!" ucap Rania dengan dingin.
Setelah itu keduanya tidak lagi bersuara karena makanan mereka sudah datang. Rania sangat pantang sekali berbicara ketika sedang makan karena diam adalah cara terbaik untuk menikmati makanan yang tersaji di hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments
lovely
ko bang Ferdians ga dia Jak makan 🥴
2023-02-04
0
Upik Firo
raniaaa jgn dingin2 nanti masuk angin...🤭🤭🤭
2022-11-06
1