Hasil Rekaman

"Nin, gue kemarin diceritain Kak Feri katanya lo..."

Belum juga Aurel melanjutkan kalimatnya, Nina sudah memotongnya. "Sstt, jangan keras-keras kalau ngomong soal itu." Nina menarik tangan Aurel untuk duduk di tempat yang sepi. Dia tidak mau ada orang lain yang dengar masalah itu.

"Lo diceritain apa aja sama Kak Feri?" tanya Nina.

"Katanya lo dijebak sama Kak Bayu. Terus-terus jadinya lo gimana sama Kak Raffa? Kemarin Kak Raffa sempat telepon gue sih, suruh bilang lo lagi sama gue kalau Bunda lo nyariin."

Nina hanya terdiam. Lagi-lagi dia teringat kejadian kemarin yang di luar batas itu.

"Kok diam sih." Aurel mendekatkan dirinya dan memelankan suaranya. "Jangan-jangan udah terjadi sesuatu ya antara lo dan Kak Raffa? Efek obat itu gak akan berhenti sebelun terpuaskan." Aurel tertawa kecil.

Pipi Nina menjadi merona. Dia pun mencubit lengan Aurel karena malu.

"Jadi bener dong. Btw gimana rasanya?" tanya Aurel dengan semangat.

"Gue gak tahu pastinya, kan gue setengah sadar. Yang jelas habis gitu rasanya sakit. Sekarang aja masih sakit kalau dibuat buang air."

Aurel justru senakin tertawa cekikikan. Satu sahabatnya yang polos itu sekarang sudah tidak polos lagi. "Ya emang gitu sakit, apalagi kalau lakuin yang pertama dalam durasi lama. Ukuran juga berpengaruh dalan itensitas rasa sakit."

Nina mengernyitkan dahinya. Ukuran? Dia mengingat kembali ukuran itu, sedetik kemudian Nina menggelengkan kepalanya.

"Pasti gede dan panjang ya?" kata Aurel dengan tawa yang semakin pecah, apalagi melihat ekspresi malu Nina.

"Ih, Aurel. Udah ah. Kemarin itu gak sengaja."

"Yang petama gak sengaja, selanjutnya pasti di sengaja." Aurel masih saja menertawai sahabatnya itu. "Soalnya rasanya nagih banget."

"Ih, nggak. Takut gue."

Tiba-tiba Aurel menatap Nina dengan serius. "Memang Kak Raffa gak pakai pengaman?"

Nina menggelengkan kepalanya.

"Dikeluarin diluar?" tanya Aurel lagi.

Nina mengangkat bahunya pertanda dia tidak tahu.

"Waduh, gawat! Lo bisa punya bocil."

"Tapi kan cuma sekali."

"Meskipun sekali kalau tokcer ya langsung jadi." Aurel menarik Nina dengan paksa. "Ayo, ikut gue ke kantin. Kita tunggu Vina di kantin aja. Jam masuk juga masih 30 menit lagi."

Mereka berdua berjalan menuju kantin. Tapi langkahnya berhenti saat ada Bayu yang menghalangi Nina.

Nina berusaha menghindar tapi Bayu mengkutinya.

"Nin!" Akhirnya Bayu menarik tangan Nina.

"Kak Bayu mau apalagi sih? Mulai sekarang aku gak akan percaya sama Kak Bayu lagi." Nina menarik kasar tangannya dari Bayu.

"Oke, aku kemarin salah. Itu aku lakuin karena aku gak mau kehilangan kamu. Tapi ternyata aku justru kehilangan kamu sepenuhnya."

Dari arah lain tiba-tiba Raffa datang dan langsung menarik paksa Bayu agar menjauh dari Nina. "Gue ada urusan sama lo."

"Kak Raffa." ingin Nina mengejar Raffa tapi dicegah oleh Aurel.

"Nin, biar itu jadi urusan cowok."

Nina hanya menatap Raffa yang kian menjauh.

Sedangkan Raffa terus menarik lengan Bayu sampai di belakang kampus. Ada Feri, Jefry dan teman Raffa lainnya.

"Lo masih berani dekati Nina!" Raffa melayangkan satu pukulan keras di pipi Bayu.

Bayu hanya sedikit memundurkan langkahnya, dia usap pipi yang memanas karena pukulan Raffa itu. Dia sunggingkan senyum miringnya.

"Halah, lo jangan sok suci. Justru lo yang gak melewatkan kesempatan itu. Gue memang sengaja jebak Nina, tapi gue gak ada niat merusak dia kayak lo!" Bayu menuding Raffa tepat di depan wajahnya.

Raffa menepis tudingan Bayu. "Merusak lo bilang! Siapa yang memberi obat pe rang sang pada Nina!"

"Gue yang kasih, tapi lo yang menikmati! Bullshits lo!"

Beberapa saat kemudian ketiga teman Bayu datang sambil tertawa.

"Gimana kalau kita sebarin aja video por no kakak adik ini. Dengan durasi hampir satu jam lagi. Mantap coy."

Mendengar hal itu, Raffa melebarkan matanya. Apakah di dalam kamar itu ada kamera perekam?

Sial! Kenapa gue gak kepikiran sampai sejauh itu.

Tio memutar video itu di ponselnya, terlihat Raffa sedang bergerak aktif di atas tubuh Nina. "Lihat nih, kerjasama kakak beradik ini. Wih, mantap beradu gerak atas bawah."

Dengan cepat Raffa merampas ponsel Tio itu. Memang benar itu rekaman dirinya dan Nina. Dengan gerak cepat dia menghapus video itu.

Komplotan Bayu justru tertawa dengan keras. "Ini cd aslinya." Bayu menunjukkan satu buah compact disk.

"Sial!" Raffa berusaha mengambil compact disk itu tapi gagal.

"Woy, lo jangan macam-macam ya!" Feri membantu Raffa merebut kaset itu.

Bayu kembali memasukkan kaset itu ke dalam tasnya. "Mau kaset ini. Gak semudah itu!"

"Terus mau lo apa?" Raffa semakin mengeraskan rahang bawahnya.

"Lo ambil kaset ini, Nina jadi milik gue." kata Bayu. Dia masih bertekad ingin memiliki Nina.

"Mimpi!"

"Oke, kalau gitu video ini bisa gue jual ke situs biru."

Raffa membalikkan badannya. Biar saja dia jual, biar hacker kenalannya yang bertindak.

"Gue kasih lo pilihan lain. Kita adu balap. Kalau lo menang, lo dapatin kaset ini dan gue gak akan bocorkan rahasia lo ke publik."

Jefry dan Feri hanya tersenyum miring. Pasti Bayu akan berniat licik lagi "Kalau lo yang menang?"

"Lo kasih motor lo dan Nina."

Raffa mengepalkan tangannya dan berniat memukul Bayu tapi dicegah oleh Feri. "Lo tenang dulu. Jangan berantem di lingkungan kampus. Kalau dia mau adu balap. Kita gak takut!"

"Kali ini one by one. Hanya gue dan Raffa. Gue tunggu nanti malam di tempat biasanya." setelah itu Bayu meninggalkan Raffa dan gengnya.

Raffa menghela napas panjang lalu duduk di bangku kosong yang telah usang itu. "Shits! Gue gak tahu kalau ada kamera perekamnya di kamar itu."

Feri ikut duduk di sampingnya. "Kita harus atur strategi. Jangan sampai kita dikelabuhi lagi oleh Bayu. Nanti malam kita kumpulkan semua geng kita buat berjaga-jaga."

"Gue udah lama gak balapan." Raffa takut jika nantinya dia justru akan kalah dengan Bayu. Kehilangan motor tak seberapa tapi jika harus kehilangan Nina, dia jelas tidak rela.

"Gue yakin lo menang. Diantara kita semua, lo yang paling jago adu balap."

Jefry menepuk pundak Raffa sambil duduk di sampingnya. "Ada hikmah di balik semua ini. Lo jadi bisa merasakan durasi satu jam sama Nina." kekeh Jefry. "Pinggul aman?"

"Woy, sial lo!" Raffa menjotos lengan Jefry.

Feri juga ikut tertawa. "Kemarin sok-sok an gak mau, nyatanya disikat juga."

"Kepepet."

"Yang pertama kepepet yang selanjutnya keterusan." ketiga teman Raffa lainnya juga tertawa.

Bisa-bisanya mereka tertawa di atas penderitaan Raffa.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

😂😂😂😂😂

2024-10-30

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Cuuiihh gak ada niat rosak apanya?? Untung aja Rffa and the genk vepat datang, Coba kalo lambat,udah habis Nina sama kamu..😡😡

2024-10-30

0

Siti Khalimah

Siti Khalimah

haduh

2023-11-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!