Mungkin Karena Cinta

Raffa semakin menatap Nina dengan intens. Dia memegang kedua pundak Nina dan sedikit mendorongnya hingga punggung Nina menyentuh tembok. "Kamu mau tahu apa alasanku yang sebenarnya..."

Nina hanya bisa menatap kedua netra Raffa. Dia memang sudah biasa berdekatan dengan Raffa, tapi tatapan mata ini sangat beda dari biasanya.

"Sebenarnya aku..."

"Raffa!"

Panggilan itu membuat Raffa menjauhkan dirinya. "Raffa, kok gue ditinggal. Gue kan mau tanya soal tugas yang kemarin." Freya datang dan langsung menarik tangan Raffa.

Nina hanya melihat pegangan tangan itu. Ada satu rasa yang sulit diartikannya. Tiap kali Raffa dekat dengan gadis lain, dia merasa tersisih. Dia tidak ingin perhatian Raffa terbagi dengan yang lain. Dia ingin Raffa hanya memperhatikannya.

Nina kembali ke kantin, dia melihat kedua sahabatnya masih duduk di sana.

"Loh, kok balik? Bentar banget. Ngapain Kak Raffa barusan?" tanya Aurel.

Nina hanya mengangkat bahunya pertanda dia tak mengerti.

"Kak Bayu barusan tanya sama kita soal hubungan kamu dan Kak Raffa." kata Vina sambil memelankan suaranya, takut jika ada orang lain yang mendengar.

"Terus lo jawab apa?"

"Ya bilang aja kalau kakak adik. Udah sih gitu aja lalu dia pergi."

Nina menghabiskan minumannya yang tersisa lalu mereka kembali ke kelas karena kegiatan selanjutnya akan segera dimulai.

Saat dia melewati taman dekat lorong kampus, dia melihat Raffa masih bersama gadis itu.

Siapa sih sebenarnya dia? Kenapa Kak Raffa gak pernah cerita sama aku soal cewek itu. Gak adil, dia larang aku dekat sama cowok lain tapi dia sendiri sama cewek lain.

Nina masih saja mendumel dalam hatinya.

"Eh, Kak Raffa tuh. Dia sama siapa? Pacarnya?"

Mendengar pertanyaan Aurel saja membuat hatinya semakin dongkol. Dia segera masuk ke dalam kelas dan duduk di bangkunya. Dia ambil kertas yang sudah dia siapkan dari rumah dan sudah bertuliskan visi misinya masuk dalam fakultas ekonomi itu.

"Lo kenapa? Bete banget dari tadi."

"Gue kesel aja sama Kak Raffa, gue gak boleh dekat sama cowok lain sedangkan dia sendiri dekat-dekat sama cewek lain."

Vina semakin tertawa. "Ciee, cemburu nih. Udahlah akuin aja perasaannya." Vina menggoda sahabatnya. Dari pengamatannya, dia tahu dua orang yang ngakunya kakak adik itu sebenarnya saling menyimpan rasa. "Toh, bukan kakak adik kandung juga."

Nina memutar bola matanya. "Hah? Gue bisa digantung hidup-hidup sama Kak Reka kalau tahu punya hubungan sama Kak Raffa. Udahlah, gue gak mau mikirin itu. Gue mau fokus kuliah dulu."

"Ya udah jadi jomblo terus aja sampai tua." Vina dan Aurel tertawa dengan kompak. Karena tiga bersahabat itu memang hanya Nina yang masih saja jomblo bahkan Nina belum pernah sama sekali berpacaran. Ya, bagaimana mau mendapatkan pacar setiap kali ada pria yang mendekatinya, dia harus berhadapan dulu dengan Raffa.

...***...

Raffa yang saat itu sedang bersama Freya, justru dia sedang memikirkan Nina. Terkadang dia juga berpikir, apakah salah dia selama ini melarang Nina dekat dengan pria lain. Dia hanya takut, Nina jatuh cinta dengan pria yang salah. Tapi pria yang tepat itu siapa? Apakah dirinya?

Raffa menghela napas panjang. Dia sampai tidak dengar panggilan dari Freya yang ada di dekatnya.

"Raffa, lo mikirin apa sih dari tadi?"

Barulah Raffa kini menatap Freya. "Eh, nggak. Gak mikir apa-apa. Darimana tadi?"

"Ajarin gue di rumah aja dong. Biar santai gitu."

"Iya, kapan-kapan saja ya."

Freya menutup layar laptopnya. Raffa dan Freya memang bukan anggota BEM, mereka juga bukan panitia penerimaan Maba jadi sekarang mereka cukup duduk bersantai sambil mengamati maba dan para kating dari fakultas masing-masing yang keliling kampus sambil membawa beberapa spanduk dengan tulisan-tulisan visi misi mereka mirip seperti mahasiswa yang sedang demo.

Raffa tertawa melihat adik manjanya yang sedang manyun sambil merentangkan tulisannya. Dia hafal betul, Nina paling tidak suka ikut kegiatan seperti ini.

"Dia itu adik kandung kamu?" tanya Freya. Dia sangat penasaran karena sepertinya Raffa sangat menyayanginya.

"Ya, bisa iya bisa tidak."

Freya mengernyitkan dahinya tak mengerti maksud Raffa. "Maksudnya?"

"Ya, intinya dia adik gue." Raffa masih mengamati Nina sampai kegiatan itu selesai.

"Raf, gue bareng lo lagi dong," kata Freya karena sebelumnya memang Freya sering nebeng Raffa pulang ke rumahnya.

"Sorry, mulai sekarang gue gak bisa antar lo pulang."

Tanpa menghiraukan Freya lagi, Raffa membawa tasnya, dia berjalan menuju tempat parkir untuk menunggu Nina.

Raffa melambaikan tangannya saat melihat Nina sedang celingukan mencari keberadaannya.

Nina tersenyum saat berhasil menemukan Raffa. Dia melangkah jenjang tapi lagi-lagi langkahnya terhenti oleh seseorang.

"Mau langsung pulang? Rumah kamu dimana? Tinggal bareng sama Raffa?" tanya Bayu. Dia masih sangat penasaran dengan Nina.

Nina hanya menggelengkan kepalanya kecil.

"Loh, jadi gak serumah sama Raffa?"

"Hmm, anu kak. Iya aku..."

Lagi, Raffa datang dan langsung menarik tangan Nina agar segera naik ke atas motornya.

"Raffa, kenapa lo takut banget gue dekati adik lo. Gue gak ada motif apa-apa. Atau jangan-jangan lo yang punya motif tersembunyi."

Raffa berusaha menahan emosinya. Dia memberikan helm pada Nina agar segera dia pakai.

Setelah memakai helmnya. Dia menghidupkan mesin motornya.

Nina menurut begitu saja naik ke boncengan Raffa dan motor Raffa pun segera melaju meninggalkan kawasan kampus.

Sebenarnya Nina juga ingin tahu apa alasan Raffa terus melarangnya untuk dekat dengan pria lain. Dia saja tidak pernah melarang Raffa dekat dengan siapapun. Meski dalam hatinya tidak rela.

Nina membuka kaca helmnya dan sedikit memajukan dirinya agar Raffa bisa mendengar suaranya.

"Kak Raffa," panggil Nina yang membuat Raffa seketika memelankan laju kendaraannya.

"Hem?"

"Kak Raffa udah kesekian kalinya larang aku dekat sama cowok lain, kenapa? Aku aja gak pernah larang Kak Raffa dekat sama cewek lain. Terserah Kak Raffa mau dekat dengan siapapun."

Raffa hanya menghela napas panjang. Semakin hari rasanya Raffa semakin takut Nina dimiliki oleh orang lain.

Nina mencubit bahu Raffa karena dia hanya diam saja. "Kak Raffa, ih, diam aja."

Raffa akhirnya menghentikan motornya di depan rumah Nina.

Nina turun dan berancang masuk ke dalam rumahnya.

"Nin, tunggu!"

Nina menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya.

Raffa turun dari motornya dan berjalan mendekat. "Kamu tahu, alasan aku kenapa aku selalu larang kamu dekat dengan cowok lain? Itu karena aku cinta sama kamu. Aku gak mau kamu dimiliki cowok lain."

Nina menatap tajam Raffa. "Egois!"

"Ya, aku memang egois."

Tanpa berkata lagi, Nina membalikkan badannya dan masuk ke dalam rumahnya.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah gitu dong,ngaku aja ngapain di pendam2, Di terima atau di tolak itu soal belakang,Yang penting kamu udah jujur..👍👍

2024-10-29

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Si ulet keket mulai DRAMA dengan alesan TUGAS WKWKWKWWKKWK

2024-10-29

0

Siti Khalimah

Siti Khalimah

mampir ahhhh.

2023-11-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!