Love You, Brother

Love You, Brother

Hari Pertama di Kampus

"Kak Raffa lama banget sih. Nanti kalau telat gimana? Aku bisa dihukum sama kakak senior." Nina memanyunkan bibirnya saat Raffa datang sedikit terlambat pagi hari itu.

Nina, putri dari Niko Sanjaya dan Luna itu kini sudah berumur 18 tahun dan hari itu adalah hari pertamanya masuk kuliah. Tubuh tinggi dan langsing dengan kulit putih, hidung mancung, dan rambut lurus panjangnya, siapa lelaki yang tak tergoda olehnya. Apalagi kedua lesung pipi yang menghiasi ketika tersenyum itu. Dia semakin terlihat mempesona.

"Sabarlah. Kating kamu aja masih jemput kamu gini. Kalau lama tadi kamu bareng Ayah Niko kan bisa." Raffa turun dari motor besarnya sambil menarik tangan Nina agar cepat berjalan karena jika si gadis manja satu itu sedang ngambek pasti urusannya akan lama.

Raffa, putra kedua dari Alea dan Kevin itu sekarang sudah berusia 19 tahun. Dia sudah menjadi mahasiswa semester tiga, kakak tingkat dari Nina. Hubungan Nina dan Raffa sudah seperti kakak beradik sejak mereka masih kecil karena mereka memiliki satu kakak kandung yang sama yaitu Reka.

Sebenarnya hubungan keluarga mereka cukup rumit. Reka, kakak kandung dari Nina dan Raffa terlahir dari hubungan masa lalu Alea dan Niko. Seperti itulah, mereka hanya memiliki ikatan keluarga dari Reka tanpa ada ikatan darah lainnya.

Pernah terbesit di hati Raffa untuk mencintai gadis yang sekarang ada diboncengannya dan selalu memegang pinggangnya itu tapi dia sisihkan rasa itu. Dia selalu ingat kata Mama Alea, dia harus menjaga Nina seperti adiknya tanpa ada rasa ingin saling memiliki.

Sulit!

Sepagi itu pikiran Raffa sudah kemana-mana. Dia yang menjadi salah satu mahasiswa most wanted di kampus harusnya bisa dengan mudah mendapatkan gadis, entahlah, dia terlalu nyaman dan sangat merasa nyaman dengan Nina.

Motor besar Raffa kini telah memasuki tempat parkir kampus. Beberapa pasang mata langsung tertuju pada Raffa dan juga gadis yang berada di boncengannya. Beberapa teman yang sudah mengenal lama Raffa jelas tahu siapa yang ada di boncengan Raffa. Tapi beberapa mahasiswi lain justru sudah berbisik-bisik.

"Maba baru yang sama Raffa itu siapanya?"

"Masak iya, ceweknya."

Nina turun dari motor Raffa, dia edarkan pandangannya ke bangunan kampus yang cukup megah itu dan sudah dipenuhi oleh mahasiswa baru yang memakai atasan putih dan bawahan hitam sama seperti dirinya. Para senior juga lalu lalang dengan memakai jas almamater yang berwarna navy itu.

"Sudah hafal tata letak kampus?" tanya Raffa sambil melepas helmnya.

"Baru juga sekali diajak Kak Raffa keliling sama Aurel dan Vina, ya jelas gak hafalah."

"Ya udah, aku antar ke fakultas kamu. Kamu udah janjian sama kedua teman kamu itu?" Raffa berjalan sejajar dengan Nina menuju ruang fakultasnya.

"Mereka udah duluan. Kak Raffa sih tadi lama."

"Aku lagi yang disalahin." Raffa menghela napas panjang. Tapi dia memang sudah biasa menjadi pelampiasan Nina dalam segala hal.

"Eh, ada Nina." Sahabat Raffa yang berbadan bongsor dan bernama Bima itu kini mendekat. "Nina kalau ada apa-apa tanya sama abang ya. Abang kan satu fakultas sama kamu. Fakultas Ekonomi, biar pintar gitu mengatur perekonomian dalam rumah tangga."

Nina hanya tertawa kecil, dia memang sudah biasa dengar candaan sohib Raffa yang satu itu.

Satu jitakan didapat Bima dari Raffa. "Emang lo pikir abang tukang bakso. Jangan ganggu adik gue. Adik gue gak bakal mau sama lo. Tukang nebeng ngebakso sama gue aja berbangga diri."

"Sadis, man." Datang lagi satu sohib Raffa yang bernama Feri. "Kalau lo mau deketin Nina, langkahi dulu mayat Raffa."

Raffa beralih menabok Feri. "Kok malah gue yang jadi mayat. Woy, ngaco lo." Raffa akan melayangkan tabokannya yang kedua tapi Feri malah cengengesan sambil menghindar.

Nina hanya tertawa puas. Melihat persahabatan mereka yang solid sejak SMA sampai sekarang, tentulah berantem, saling hina, dan mengejek adalah hal yang biasa.

"Udahlah, kita kan di suruh mister BEM buat bantu ngatur Maba. Siapa tahu jabatan ketua BEM berpindah ke tangan gue tanpa kampanye." Feri berjalan mendahului Raffa dan Nina menuju lapangan.

"Gila jabatan tuh anak."

"Maklum bro, anak DPR."

Setelah sampai di fakultasnya, Nina melambaikan tangannya pada Raffa. Untunglah, dia sudah bertemu dengan kedua sahabat karibnya, Aurel dan Vina.

"Kalian kenapa ninggalin gue sih? Kan gue suruh lo buat nunggu gue di depan gerbang." Nina menaruh tasnya di dalam kelas. Ya, kelas sementara untuk Maba selama kegiatan PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru).

"Lo lama banget. Kenapa gak bareng Ayah lo aja sih? Udah tahu Kak Raffa sering ngaret." mereka bertiga berjalan pelan menuju lapangan karena sudah ada aba-aba dari kating untuk melakukan apel pagi.

"Ayah berangkat agak siang. Sebenarnya mau berangkat sama Kak Reka tadi, tapi Kak Reka dingin banget sekarang, males jadinya."

"Your lovely brother kan emang Kak Raffa seorang." kata Aurel yang memang sudah paham betul dengan hubungan kaka beradik itu.

"Yaps, lo bener banget."

Mereka bertiga kini ikut berbaris di lapangan untuk mengikuti apel pagi sekaligus sesi perkenalan. Seorang Dekan membuka acara itu dan mengucapkan selamat datang untuk para mahasiswa baru. Dilanjut dengan sambutan ketua BEM yang panjang kali lebar, belum panitia-panitia lain.

Terik matahari yang semakin terasa panas membuat pelipis Nina berkeringat.

Panas banget hari ini. Perut gue agak nyeri gara-gara hari pertama PMS juga.

Nina berulang kali mengusap keringatnya.

"Nin, lo gak ada rencana pingsan kan? Udah mulai pucat tuh." bisik Aurel yang sudah hafal dengan kondisi Nina yang memang beberapa kali pingsan saat upacara.

Nina hanya menggelengkan kepalanya.

Perbisikan mereka ternyata ditangkap oleh salah satu kating. "Dilarang bicara apapun saat apel!"

Seketika Nina menolehnya. Pandangan mereka terpaut beberapa saat. Tapi justru tubuh Nina limbung ke arah kating itu.

"Nina!"

Dia segera mengangkat tubuh Nina dan membawanya mundur dari barisan.

Raffa yang sedari tadi mengintai Nina juga sangat terkejut. Dia segera berlari menghampiri Nina.

"Biar gue yang bawa Nina ke ruang kesehatan." kata Raffa.

"Hah!" pria itu menatap tajam Raffa.

💞💞💞

Yuhuu... Karya baru telah tiba. Jangan lupa jadikan favorit dan kasih rate bintang lima.. ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️

Masih dari sequelnya Godaan Sang Mantan ya... 😁

Terima kasih yang sudah mengikuti semua cerita author hingga author bisa berkarya sampai detik ini...

Love you all..

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Mampir thor nyimak,kayaknya seru nih🙋🙋

2024-10-29

0

Opa Sujimim

Opa Sujimim

yeyyy mampir lagi nih habis baca bapaknya ke anak²nya.uda pada gede aja anak ayah Niko,dan papa Kevin🤗🤗🤗

2023-07-29

1

abdan syakura

abdan syakura

Salken kak..
rame nih koment nya..
nyimak aahh....☺️💪

2023-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!