"Nina, mau kemana pagi-pagi sudah rapi?" tanya Bunda Luna saat melihat putrinya yang sudah rapi di hari Minggu yang masih pagi itu. Biasanya putrinya itu pasti akan bermalas-malasan sepanjang hari.
"Mau ke Vina, Bun. Ibunya sakit. Aku juga lagi nunggu jemputan dari Aurel." kata Nina.
"Ya udah hati-hati ya. Pulangnya jangan sampai malam," pesan Bunda Luna pada putrinya.
Nina menganggukkan kepalanya. "Iya, Bun."
Beberapa saat kemudian, Aurel sudah sampai di depan rumah Nina. Setelah berpamitan pada Luna, mereka berdua segera berangkat. Sambil berboncengan, mereka berdua langsung meluncur ke rumah Vina.
"Nin, bentar ya aku mau isi bensin dulu." Aurel membelokkan motornya ke sebuah SPBU. Dia mengantri, sedangkan Nina berdiri di tepian.
Beberapa saat kemudian, ada sebuah mobil yang berhenti di dekat Nina.
Nina masih fokus dengan ponselnya hingga tidak melihat siapa yang keluar dari mobil itu.
"Nin."
Tersadar dengan suara itu, Nina mendongakkan kepalanya. "Kak Bayu."
Satu kesempatan bagi Bayu yang tanpa sengaja bertemu Nina di SPBU.
"Kamu mau kemana?" tanya Bayu.
"Mau ke rumah Vina, Kak." jawab Nina. Sebenarnya dia juga malas bertemu dengan Bayu.
"Nin, aku mau bicara sama kamu. Ikut aku yuk, sebentar aja nanti aku antar kamu ke rumah Vina." pinta Bayu.
Nina menggelengkan kepalanya. "Aku sama Aurel, Kak."
"Gak papa biar Aurel duluan."
"Tapi, Kak..."
"Kali ini saja, setelah ini aku gak akan ganggu hidup kamu. Ayo, aku mohon." mohon Bayu.
Nina akhirnya menuruti keinginan Bayu karena Bayu terus memohonnya. Dia masuk ke dalam mobil Bayu dan beberapa saat kemudian mobilnya melaju meninggalkan pom bensin.
"Loh, Nina kok malah pergi sama Kak Bayu." Dari kejauhan Aurel melihat Nina yang masuk ke dalam mobil Bayu.
Setelah selesai mengisi bensin, Aurel melihat ponselnya. Ada satu pesan dari Nina.
Rel, nanti aku susul. Aku keluar sebentar sama Kak Bayu.
"Astaga, ngapain dia nuruti maunya Bayu. Bener-bener ya Nina. Katanya mau fokus sama hubungannya dan Kak Raffa." Aurel kembali memasukkan ponselnya lalu dia kembali melajukan motornya.
...***...
Bayu mengajak Nina mengobrol di sebuah kafe. Mereka duduk dengan dua minuman yang telah terhidang di atas meja.
"Nin, jujur aku masih sayang sama kamu. Aku masih gak rela kalau sama Raffa," kata Bayu sambil mendekatkan minumannya lalu menyedotnya.
"Maaf Kak, aku gak bisa cinta sama Kak Bayu."
"Iya, aku tahu. Apa kamu bahagia sama Raffa? Kalau seandainya kamu tidak bahagia sama Raffa, aku masih menunggu kamu." kata Bayu.
Nina menatap kedua mata Bayu. Benarkah Bayu serius dengan apa yang dikatakannya?
Beberapa saat kemudian Nina menundukkan pandangannya dan mulai menyedot minumannya.
Ada senyum kecil di ujung bibir Bayu saat melihat Nina menghabiskan minumannya.
"Maaf Kak, aku harus segera menyusul Aurel ke rumah Vina." kata Nina.
"Oke, aku antar." mereka berdiri dan berjalan keluar dari kafe. Setelah sampai di tempat parkir, mereka berdua masuk ke dalam mobil.
Baru beberapa detik mobil Bayu berjalan, Nina mulai merasa tidak nyaman dan gelisah.
"Kok tiba-tiba terasa panas." Nina membuka kardigannya lalu mengipas lehernya dengan tangan.
Bayu hanya tersenyum menyeringai. Sepertinya obat itu mulai bereaksi.
"Gak nyaman banget sih rasanya." Nina bergeliat seperti cacing kepanasan. Dia semakin tak bisa mengontrol dirinya.
Bayu menghubungi seseorang lewat ponselnya. "Hallo, sudah siap semua? Baik, aku akan segera ke sana."
Bayu segera membawa Nina ke suatu tempat.
...***...
"Gini dong ikut kita nongkrong." Teman-teman satu geng Raffa menyambut kedatangan Raffa. Dia memang sudah lama tidak ikut temannya berkumpul.
"Bokap gue lagi mode cerewet makanya gue jarang ikut kalian nongkrong." Raffa duduk sambil mengambil alih minuman Feri yang masih utuh.
"Datang-datang main minum aja. Pesan sendiri sana."
Raffa meneguk kopi milik Feri hingga habis setengahnya. "Gak lo kasih racun kan minuman ini?"
"Paling dikasih obat pe rang sang sama Feri." teman-temannya itu memang terkadang tidak terfilter jika berbicara.
"Woy, jangan ngomong gituan. Raffa kan masih perjaka ting-ting. Masih setia nungguin Nina."
Raffa menabok pelan punggung Feri. "Sial lo!"
"Zaman sekarang man, pake mi chat lah. Gampang order." kata salah satu teman Raffa yang bernama Jefry itu. Dia memang salah satu playboy handal.
"Gue gak mau pakai barang bekas banyak orang." kata Raffa. Kemudian dia mengambil ponselnya.
"Halah, gaya lo. Lo suka sama Nina pasti juga gara-gara sering lihat film biru brother and sister, jadi lo terinspirasi pengen nyoba."
"Ngaco!" Raffa mengirim pesan pada Nina tapi hanya centang dua abu. Bahkan pesan sebelumnya juga belum dia balas.
"Raffa!" terlihat Bima datang dengan tergesa sampai badannya yang besar itu berkeringat.
"Apa?" tanya Raffa sambil menatap serius Bima.
"Gawat banget!" Bima menarik napas dalam lalu dia keluarkan sebelum bercerita. "Lo ingat Arif gak? Dia kan salah satu anak buahnya Bayu. Tapi dia masih saudara sama gue."
"Iya, gue tahu. Udah jangan belibet kalau cerita!" Raffa sudah tidak sabaran mendengar cerita Bima yang terlihat sangat serius itu.
"Dia cerita sama gue, Bayu bawa Nina ke hotel."
Seketika Raffa berdiri sambil menggebrak mejanya. "Hotel mana?!"
"Whitedorz, di jalan Mawar."
"Kalian ikut gue!" Raffa segera menuju motornya. Setelah memakai helmnya, Raffa segera melajukan motornya bersama ketiga temannya menuju hotel itu. Dia semakin menambah kecepatan laju motornya. Tak peduli dengan jalanan yang ramai, dia salip beberapa kendaraan besar itu.
Setelah sampai di tempat parkir, dia melihat mobil Bayu yang sudah terparkir di sana. "Mobil Bayu beneran ada di sini!"
"Raf, tenangin diri lo dulu. Kalau kita langsung menerobos ke dalam, nanti kita diusir sama satpam."
Raffa menghela napas panjang. Sepertinya dia memang harus mengatur strategi.
"Kalian berdua tanya pada resepsionis. Gue dan Feri akan tunggu di dalam." Raffa dan Feri masuk ke hotel bintang tiga itu. Dia berjalan pelan sambil menunggu kedua temannya.
Beberapa saat kemudian terlihat Jefry dan Bima berjalan mendekat.
"Dapat nomornya?" tanya Raffa.
"Dapatlah. Kita bilang aja bokapnya Bayu meninggal jadi kita harus ajak dia pulang."
Mendengar hal itu Feri justru tertawa. "Sadis."
"Nomor berapa?" tanya Raffa. Sudah tidak ada waktu lagi untuk bercanda.
"Nomor 32. Dilantai dua." mereka berempat segera menuju lantai dua. Setelah menemukan nomor itu, mereka memikirkan cara agar Bayu membuka pintunya.
Feri mengetuk pintu kamar itu tiga kali. "Permisi, mau antar makanan."
Beberapa saat kemudian Bayu membuka pintu itu. Matanya membulat melihat empat sekawan itu berada di depan kamarnya. Buru-buru Bayu akan menutup pintu tapi ditahan oleh mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Nah kan udah ku duga, Karena Bayu tau kalo Nina itu cewek polos..
2024-10-30
0
Qaisaa Nazarudin
Jangan lah Nin takut Bayu nekat dan ngejebak kamu..
2024-10-30
0
Sri Raganti Ols
semoga semoga tidak telat....
2022-12-19
2