"Raf, masuk dulu gih," ajak Freya saat Raffa mengantarnya ke rumah.
Sebenarnya Raffa malas mampir ke rumah Freya. Tapi sudah kesekian kalinya dia menolaknya. Akhirnya Raffa mengiyakannya. Dia turun dari sepeda motor dan mengikuti Freya masuk ke dalam rumah.
Dia edarkan pandangannya ke rumah mewah Freya yang nampak sepi. "Orang tua kamu gak ada di rumah?" tanya Raffa.
"Ya beginilah tiap hari. Orang tua aku sibuk kerja. Adik juga masih SMA. Sibuk banget, sekolah full day. Kamu duduk dulu. Aku mau ganti baju. Oiya, kamu mau minum apa?" tanya Freya.
"Gak usah repot-repot. Sorry, aku gak bisa lama." kata Raffa sambil duduk di sofa ruang tamu.
"Iya gak papa." kata Freya sambil berlalu.
Raffa hanya menghela napas panjang. Dia kini mengambil ponselnya dan justru menatap foto Nina.
Nina lagi ngapain ya sekarang? Apa dia sedang bersama Bayu?
Raffa menghela napas panjang. Raganya ada di tempat Freya tapi pikirannya tetap pada Nina. Dia benar-benar tidak bisa berhenti memikirkan Freya.
Beberapa saat kemudian Freya keluar dan sudah memakai pakaian minimnya, tanktop dan hotpant.
Raffa hanya meliriknya sesaat. Setelah itu dia menjauhkan pandangannya.
"Diminum dulu, Raf." Freya meletakkan segelas minuman dingin di depan Raffa.
Raffa memasukkan kembali ponselnya ke dalam sakunya. "Iya." Hanya sebatas iya, tanpa meminumnya.
"Memang kamu ada kegiatan apa di rumah sampai kamu selalu buru-buru pulang?" tanya Freya sambil duduk di dekat Raffa, bahkan Freya sengaja menghapus jarak di antara mereka.
Raffa menggaruk tengkuk lehernya sesaat karena Freya terus menghimpitnya. Dia mengambil gelas dan meminumnya sambil menggeser pan tat nya agar sedikit menyisakan jarak dengan Freya tanpa menjawab pertanyaan Freya.
"Raf, emang benar kamu sebelumnya gak pernah pacaran?" tanya Freya. Dia merasa Raffa selalu canggung ketika dekat dengannya.
Raffa meletakkan gelas yang tinggal berisi setengah itu. Lagi-lagi, Freya terus menghimpitnya. "Iya, gak pernah. Aku gak pernah kepikiran untuk punya pacar sebelumnya."
"Jadi aku yang pertama dong?" Freya melingkarkan tangannya di lengan Raffa.
"Hm, iya." rasanya Raffa ingin cepat-cepat kabur saja dari tempat itu. Freya semakin menempelkan dirinya di lengan Raffa.
"Jadi kamu belum tahu dong enaknya pacaran?"
Raffa hanya bisa menelan salivanya berkali-kali. Enaknya pacaran? Apa maksudnya. Otak negatif tolong menyingkirlah.
"Eh, hmm, Frey, aku pulang dulu ya. Udah mendung." sepertinya dia harus segera keluar dari sarang serigala betina itu.
"Gak papa. Kalau hujan nunggu di sini aja."
Pelipis Raffa sampai berkeringat apalagi Freya dengan sengaja menempelkan sesuatu yang bulat dan besar itu di lengan Raffa.
"Aku gak bisa keluar lama-lama. Sorry ya." Raffa melepas tangan Freya, sedikir memaksa. "Besok kalau ada waktu aku jemput kamu." Buru-buru Raffa berdiri dan keluar dari rumah Freya.
Dia menaiki motornya lalu memakai helm. Setelah menghidupkan mesin motornya, dia segera melajukan motornya meninggaljan rumah Freya. Tak peduli lagi jika Freya nantinya akan marah. Diputuskan, ya sudahlah.
Raffa melajukan motornya dengan kecepatan sedang menuju rumahnya. Satu kilometer dari rumah Freya memang ada sebuah taman kota. Tak sengaja dia melihat Nina yang sedang berdiri dipinggir jalan sambil melihat ponselnya.
"Nina!" panggil Raffa sambil menghentikan motornya di dekat Nina.
Nina terkejut melihat kedatangan Raffa yang tiba-tiba itu. "Kak Raffa?"
"Kok kamu di sini? Sama siapa?" tanya Raffa.
"Aku tadi sama Kak Bayu, tapi..." Nina menghentikan kalimatnya.
"Bayu ninggalin kamu?" tanya Raffa.
Nina menggelengkan kepalanya. "Justru aku yang ninggalin Kak Bayu."
Raffa mengernyitkan dahinya. "Kenapa?"
Nina hanya terdiam. Saat itu awan semakin menggelap. Angin semakin kencang bertiup.
"Ayo, aku antar pulang. Udah mau hujan." ajak Raffa.
Nina menganggukkan kepalanya lalu naik ke boncengan Raffa. Setelah itu Raffa segera melajukan motornya. Baru beberapa menit melaju tiba-tiba hujan turun dengan derasnya.
"Nin, kita berteduh dulu ya? Aku lupa gak bawa jas hujan," kata Raffa sambil mempercepat laju motornya lalu berbelok ke sebuah ruko kosong.
Nina turun dari motor Raffa lalu duduk di depan ruko yang tertutup itu sambil memeluk lututnya sendiri.
Raffa melepas jaketnya yang tidak terlalu basah lalu dia pakaikan di tubuh depan Nina menghadap ke belakang. "Kebiasaan gak pernah bawa jaket." kemudian Raffa ikut duduk di lantai dan bersandar di rolling door.
Mereka sama-sama terdiam sambil menatap air hujan yang turun dari langit dengan derasnya.
"Sebenarnya kamu kenapa?" tanya Raffa yang melihat wajah murung Nina. Bahkan Nina terlihat bingung.
"Aku gak bisa bohongi perasaanku. Aku gak bisa cinta sama Kak Bayu." jawab Nina sambil tetap memandang kosong air hujan.
Raffa menghela napas panjang. "Sama. Aku juga gak bisa mencintai orang lain selain kamu." Raffa merengkuh pinggang Nina dan setengah memeluknya.
"Terus, enaknya gimana ya? Aku tadi tiba-tiba ninggalin Kak Bayu karena aku merasa gak nyaman."
Raffa hanya tersenyum kecil karena apa yang Nina rasakan sama dengan apa yang dia rasakan.
"Entahlah, aku merasa gak suka disentuh Kak Bayu." lanjut Nina lagi.
"Emang Bayu mau ngapain kamu sampai kamu kabur?"
Nina terdiam beberapa saat. "Kak Bayu mau cium aku." jawabnya pelan. "Aku gak mau. Aku belum siap."
Rasa tak rela itu semakin membuncah di hati Raffa. Tapi dia harus berbuat apa? Freya saja yang seorang perempuan agresif seperti tadi. Zaman sekarang tak mungkin pacaran tanpa bersentuhan fisik meski hanya sebatas bergandengan tangan.
"Syukurlah kamu bisa jaga diri." satu helaan panjang berhembus di ujung kalimatnya.
"Emang Kak Raffa gak pernah cium Freya?" tanya Nina dengan polosnya.
Raffa hanya tersenyum kecil. "Aku gak punya pikiran sampai sana."
"Masak sih?"
"Hih, gak percaya amat. Aku sebenarnya juga gak mau main-main sama hubungan. Katanya lelaki harus pakai logika, tapi bagi aku perasaan itu juga penting. Sama seperti yang kamu rasakan."
Nina menyandarkan kepalanya di bahu Raffa. "Emang ciuman itu kayak gimana sih rasanya?"
Mendengar pertanyaan itu hampir saja sistem kerja otak Raffa oleng. "Kok tanya sama aku, aku juga gak pernah. Tanya sama teman-teman kamu tuh kayaknya udah pro semua."
"Katanya sih enak bikin ketagihan. Like a drugs." ya, seperti itulah kata kedua temannya.
"Ya terus? Maksud tanya gini ke aku kenapa?" Rasanya Raffa semakin gemas dengan Nina. Mungkin karena hawa dingin hingga membuat obrolan mereka ngelantur.
"Kak Raffa, selingkuh yuk dari pacar kita."
Raffa semakin tertawa. "Selingkuh gimana? Kita kan kakak adik."
"Ih, I know."
"Sini..." Raffa melepas rangkulannya lalu menangkup kedua pipi Nina.
.
💞💞💞
Jangan lupa like dan komen..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Udah ketebak Alurnya,,Dari sini lah bermulanya CERITA YG SEBENARNYA,tambah lg Rafa yg udah minum obat dari Freya,Jadi lah Nina pelampiasan nya..Dan sekarang keluarga mereka gak bisa berbuat apa-apa lagi..
2024-10-30
0
Qaisaa Nazarudin
Yezzzz akhirnya Rafa bisa kabur juga..
2024-10-30
0
Qaisaa Nazarudin
Pasti dlm minuman itu ada obatnya..
2024-10-30
0