Suara deru motor memenuhi area balap liar malam hari itu. Raffa sudah bersiap di atas sepeda motornya untuk beradu balap dengan Bayu.
Dia sudah gas beberapa kali mesin motornya untuk pemanasan.
"Udah siap kalah?" Bayu berhenti di sebelah Raffa.
"Gue pastiin, lo yang akan kalah." Raffa menutup kaca helmnya.
Salah satu gadis cantik yang memegang bendera di tengah jalan mulai menghitung sampai tiga.
Raffa sudah bersiap dan fokus ke depan. Setelah hitungan ketiga dia langsung tancap gas dan motornya melaju dengan kencang.
Mereka saling menyalip. Jalanan yang sepi itu telah dikuasi mereka berdua.
Nin, aku pasti menang. Semua ini demi kamu.
Raffa semakin menambah kecepatan motornya. Lagi-lagi Bayu berhasil menyalipnya. Tinggal satu belokan lagi dia sampai di garis finish.
Gue harus bisa!
Di detik terakhir, akhirnya Raffa berhasil menyalip motor Bayu. Dia menghentikan motornya di depan teman-temannya yang menantinya di garis finish.
"Lo menang, Raf!"
Raffa membuka kaca helmnya sambil tertawa bangga.
Sedangkan Bayu kini memukul motornya kesal. Bisa-bisanya dia kalah.
"Mana kaset itu!"
Bayu mengeraskan rahang bawahnya lalu dia kembali tancap gas bersama teman gengnya.
"Sial! Woy, kejar mereka!"
Anggota geng Raffa sudah tersebar di berbagai tempat. Salah satu dari mereka berhasil menghadang motor Bayu hingga membuat motor Bayu roboh.
Anak buah Bayu tak terima dengan kejadian itu. Mereka turun dari motor dan terjadilah bentrok antar geng itu.
"Mana kasetnya!" Raffa menyergap krah jaket Bayu dan bersiap memukulnya.
"Gak akan gue kasih."
"Sial lo!" Raffa melayangkan pukulannya.
Kali ini Bayu tak tinggal diam, dia juga menghajar Raffa.
"Raf, ambil paksa!" Feri dan Jefry membantu Raffa dengan memegangi tubuh Bayu agar tidak bisa lagi bergerak.
Dengan cepat, Raffa membuka tas selempang Bayu dan mengambil kaset itu. "Gue udah dapat. Kita pergi sekarang."
"Ada polisi!" teriak beberapa dari mereka.
Mereka segera kabur dan menaiki sepeda motor. Tapi sialnya, saat Raffa akan menaiki sepeda motornya, dia ditendang oleh Bayu dan temannya hingga dia terjatuh. Dia terus melindubgi kaset itu agar tidak diambil lagi oleh Bayu meski harus menerima pukulan keras dari mereka.
"Raffa!" Jefry akan menolong Raffa tapi sayang, mereka telah kabur karena polisi semakin mendekat. "Raf, lo gak papa?" Jefry kini membantu Raffa berdiri.
"Jef, lo cepat pergi. Gue gak papa."
"Mau kabur kemana kalian?" Polisi itu langsung menangkap Raffa dan Jefry. Hanya tersisa mereka berdua di tempat itu. "Ikut kita ke kantor polisi."
Mereka hanya bisa menuruti perintah polisi itu.
Gue pasti kena marah sama Papa. Tapi gak papa, yang penting kaset itu sekarang ada di tangan gue.
...***...
Malam itu, Nina berulang kali menghubungi Raffa tapi tidak ada satupun yang terhubung. Sejak mendapat kabar dari Aurel kalau Raffa akan adu balap dengan Bayu, perasaannya menjadi tidak tenang.
Beberapa pesan sudah dia kirim, tapi masih centang dua abu, bahkan sekarang beralih menjadi centang satu.
Nina beranjak dari ranjangnya dan keluar dari kamar. Dia ingin melihat kondisi rumahnya, apakah memungkinkan keluar dari rumah secara diam-diam.
Baru melewati ruang tengah saja, ada Reka yang sedang menelepon dengan serius.
"Apa? Raffa kena razia polisi karena ikut balap liar!"
Mendengar hal itu, Nina melebarkan matanya.
"Iya, aku akan ke sana!" Reka mematikan panggilannya. "Buat masalah terus Raffa ini!" Reka berdengus kesal dan berdiri dari duduknya.
"Kak, aku ikut!" Nina memberanikan diri untuk ikut dengan Reka.
"Nggak usah! Kamu di rumah aja, ini udah hampir tengah malam." tolak Reka. Dia jelas melarang Nina untuk ikut dengannya.
"Kak, tapi aku khawatir sama Raffa."
"Raffa gak papa. Ini juga kesalahan dia. Harusnya kakak biarin aja dia di penjara, gak usah kakak bantu." Reka melangkah jenjang masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil jaket dan kunci mobilnya.
Keluar dari kamar, Reka masih melihat Nina yang berdiri mematung di ruang tengah.
"Nin," kali ini Reka memelankan suaranya, dia sadar, dia sering membentak Nina selama ini. "Kamu sekarang masuk ke dalam kamar terus tidur." dia usap lembut puncak kepala Nina. "Aku tahu kamu sayang sama Raffa tapi aku gak mau kamu ikut terpengaruh buruk dengan pergaulan Raffa."
"Tapi Kak Raffa lakuin ini demi aku."
"Demi kamu?"
Nina menganggukkan kepalanya. "Kak Raffa ditantang sama Kak Bayu."
Reka sudah tahu tentang Bayu yang sempat beberapa kali bertemu dengannya saat menjemput Nina. "Ya sudah kamu tenang aja, Raffa pasti bebas. Kamu masuk kamar, terus tidur." tanpa menunggu jawaban dari Nina, Reka segera melangkah keluar dari rumah.
...***...
Setelah diproses oleh Reka dan Papanya, Raffa dan Jefry langsung dibebaskan dari tahanan polisi.
Kini Raffa duduk di kursi ruang tengah dan bersiap mendengar ceramah dari Papa dan juga kakaknya.
Sedangkan mamanya, mengobati luka-luka di wajah Raffa. "Raffa, Mama gak mau kamu kayak gini lagi. Mama kan udah larang kamu keluar malam!"
Raffa hanya terdiam.
"Raffa! Buat apa kamu balapan kayak gitu! Kamu tahu itu bahaya!"
Raffa hanya menganggukkan kepalanya, karena alasan terbesarnya adalah Nina.
"Untuk sementara motor kamu Papa sita."
"Tapi Pa, gimana aku kuliah?"
"Ada sopir yang bisa antar kamu. Papa sudah pusing dengan tingkah kamu. Kamu punya sepeda motor juga buat main terus sama Nina. Mesra-mesraan terus sampi berani bolos juga. Dan sekarang lebih parah." Kevin menghela napas panjang. "Perbaiki dulu tingkah laku kamu, nanti Papa kasih lagi motor kamu." Kevin mengambil kunci motor Raffa yang ada dimeja lalu dia beranjak dari tempat itu.
"Raf, benar apa yang dibilang Papa kamu? Kamu pernah bolos sama Nina?" tanya Alea yang sama sekali belum tahu masalah itu.
Raffa mengangguk kecil.
Reka menghela napas panjang lalu duduk di sebelah Raffa. "Bolos kemana? Jangan sampai kamu sama Nina melakukan hal diluar batas wajar."
"Cuma ke bioskop."
"Kalau kamu sampai merusak Nina, aku gak akan tinggal diam." setelah itu Reka berdiri dan keluar dari rumah Mamanya.
Alea menatap putranya yang sekarang terdiam itu. Mengapa takdir seolah ingin membalas perbuatannya di masa lalu. "Raffa, kamu sekarang istirahat. Besok gak usah kuliah, biar luka kamu membaik dulu."
Raffa menganggukkan kepalanya lalu dia berdiri dan berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Alea kini bersandar di sofa ruang tengah. Dia merasa jadi ibu yang gagal saat Raffa terus berulang melakukan kesalahan.
"Sayang, ayo tidur dulu." Kevin duduk di sebelah Alea dan memeluknya.
"Mas, aku merasa gagal jadi ibu." kata Alea dengan setetes air mata yang jatuh di pipinya.
"Ini bukan hanya tanggung jawab kamu tapi justru aku yang paling bertanggung jawab mendidik anak-anak kita."
Alea merasakan pelukan yang selalu terasa hangat itu. "Mas, kenapa aku punya firasat buruk tentang hubungan Raffa dan Nina."
"Iya, kita harus lebih ketat lagi mengawasi Raffa."
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Harusnya saat ini lah Raffa itu jujur,Kenapa malah diam lagi,Kalo Nina sampai hamil dan ketahuan keluarga kamu yg lebih parah nanti nya..
2024-10-30
0
Qaisaa Nazarudin
Sampai sekarang aku masih mikir keras thor, Kenapa namanya harus Reka bukan Raka?? Kan aku jadi oleng selalu mikir kalo Reka itu Cewek..🤣🤣😜😜
2024-10-30
0