Tips Cinta

Pagi hari itu, Nina diantar oleh Reka datang ke kampus. Rasanya ada yang berbeda ketika tidak datang bersama Raffa.

Beru saja Nina turun dari mobil Reka, dia sudah disambut oleh kedua temannya.

"Tumben banget lo diantar Kak Reka. Gak kedinginan?" tanya Aurel, karena setahu dia, Reka memang tipe pria dingin semenjak tidak jadi menikah.

Nina memutar bola matanya sambil menghela napas panjang. "Banget. Badan gue sampai menggigil. Mana tatapannya udah kayak malaikat pencabut nyawa dengan sejuta ancamannya."

Aurel dan Vina tertawa bersama. "Durhaka lo ngatain kakak sendiri kayak gitu."

Mereka bertiga mulai berjalan menuju kelasnya.

"Habis Kak Reka nyebelin banget."

"Lagian tumben banget lo gak sama Kak Raffa."

"Gue lagi jaga jarak aman." jawab Nina. Sebenarnya dia juga tidak mau jauh-jauh dari Raffa.

Beberapa saat kemudian terlihat Bayu sedang tersenyum dan menghampiri Nina. Secara otomatis Aurel dan Vina mundur teratur memberi tempat untuk Bayu berjalan di sebelah Nina.

"Tumben gak sama Raffa?" tanya Bayu. Sejak Nina turun dari mobil pandangannya terus mengintai Nina.

"Gak papa. Barusan juga diantar kakak aku yang satunya." jawab Nina sambil tersenyum kaku.

"Oo, btw aku boleh minta nomor kamu."

Nina terdiam sesaat. Apakah ini saatnya dia dekat dengan pria lain.

"Iya boleh."

"Nih," Bayu memberikan ponselnya pada Nina agar dia mengetik nomornya.

Nina segera mengetik nomornya, setelah itu dia mengembalikan ponsel Bayu.

"Oke, thank you." Bayu segera menyimpan nomor Nina lalu mengirim pesan whatsapp pada Nina. "Save nomorku ya."

Nina menganggukkan kepalanya.

Setelah melempar senyum termanisnya, Bayu pun berlalu mendahului Nina karena beberapa temannya telah memanggilnya.

"Ciee, terima PDKT Kak Bayu nih." Vina dan Aurel kembali berjalan sejajar dengan Nina.

Nina hanya menganggukkan kepalanya kecil. Di lorong kelas, dia kini berpapasan dengan Raffa yang sedang berjalan dengan Freya. Raffa hanya tersenyum kecil, begitu juga dengan Nina.

Hal itu membuat kedua sahabat Nina bertanya-tanya. Mereka berdua tak seperti biasanya. Mana mungkin Nina dan Raffa hanya saling senyum kecil saat berpapasan tanpa saling menggoda.

"Lo berantem sama Kak Raffa?" tanya Vina.

Nina hanya menggelengkan kepalanya. Mereka kini masuk ke dalam kelas dan duduk di bangku masing-masing yang berdekatan itu.

"Sebenarnya gue sama Kak Raffa itu..." Nina menghentikan kalimatnya.

"Udah cerita aja. Kita kan udah biasa saling curhat."

"Kita saling mencintai." kata Nina pelan.

Bukannya terkejut, Aurel dan Vina justru tertawa. "Kita sih udah ngerti soal itu. Gak usah diungkapin juga, dari bahasa tubuh kalian berdua keliatan banget."

"Terus masalahnya apa? Toh, kita berdua tahu kalau kamu dan Kak Raffa beda bapak dan ibu."

Nina justru menopang kepalanya dengan tangan. "Ada Kak Reka yang sama-sama kakak kandung kita. Kita juga udah mutusin untuk jaga jarak dan memulai hubungan dengan yang lainnya."

"Sabar ya. Masih ada Kak Bayu, kandidat yang lumayam juga sih. Sebelas dua belas kayak Kak Reka."

Nina menyandarkan dirinya lalu menatap ponselnya yang sepi tanpa pesan dari Raffa.

...***...

"Frey, kamu mau gak jadi pacar aku?" sebuah pertanyaan yang secara tiba-tiba terlontar dari bibir Raffa membuat gadis blasteran Inggris itu membulatkan matanya.

Freya tak pernah mengira, Raffa akhirnya mengajaknya berpacaran. "Kamu serius?" tanya Freya memastikan lagi.

Raffa menganggukkan kepalanya. "Iya, daripada kita dekat tanpa status yang jelas lebih baik kita coba untuk memulai sebuah hubungan. Bagaimana? Kamu mau jadi pacar aku?"

Freya mengangguk yakin dengan senyum yang merekah di bibirnya. "Iya, aku mau. Aku udah lama menunggu momen ini."

Satu tangan Raffa kini meraih tangan Freya dan mengajaknya berdiri. "Kita pulang yuk, aku antar."

Freya menganggukkan kepalanya. Kebetulan kelas mereka memang sudah selesai. Mereka berjalan menuju tempat parkir.

Lagi-lagi sebuah kebetulan itu terjadi. Nina yang sedang berdiri di dekat motor Bayu saling bersitatap dengan Raffa.

"Nin, aku mau pulang sama Freya." kata Raffa. Dia berusaha bersikap biasa saja layaknya adik dan kakak. "Kamu diantar Bayu?" tanyanya sambil menunjuk Bayu yang sedang memakai helmnya.

"Iya Kak." jawab Nina. Tapi pandangannya kini tertuju pada tangan Raffa dan Freya yang saling terpaut.

"Ya udah." Raffa naik ke atas motor dan memakai helmnya. "Bayu, jagain adik gue. Antar dia sampai rumah." setelah Freya naik ke boncengan Raffa, motor itu mulai melaju meninggalkan parkir kampus.

"Kayaknya mereka udah jadian. Udah lama Freya naksir berat sama Raffa."

Bagai ada duri tajam yang menancap di hati Nina. Benarkah Raffa udah jadian dengan Freya? Secepat itu.

"Ya udah yuk, aku antar pulang."

Nina hanya tersenyum sambil naik ke boncengan Bayu. Beberapa saat kemudian motor Bayu mulai melaju meninggalkan kawasan kampus.

"Rumah kamu di Perumahan Kencana Indah ya?" tanya Bayu lagi.

"Iya, Kak." Nina sedikit mendekatkan dirinya agar bisa mendengar perkataan Bayu.

"Kalau begitu kita searah, tapi masih jauh rumah aku." Bayu melaju dengan kecepatan standart agar dia tidak cepat sampai ke rumah Nina.

Nina masih jarang menyahuti obrolan Bayu. Rasanya dia masih sulit dekat dengan pria lain selain Raffa.

Hingga sampai di depan rumahnya, Nina turun dari motor Bayu. "Kak Bayu, mampir ke rumah dulu yuk!" ajak Nina.

"Boleh?" tanya Bayu.

"Ya jelas boleh dong. Ayuk!" Nina sedikit menarik tangan Bayu. Ini kesempatan baginya untuk memperkenalkan Bayu pada Bundanya agar tidak ada lagi tuduhan tentang hubungannya dan Raffa.

Mereka berdua masuk ke dalam rumah Nina yang langsung disambut oleh Bunda Luna.

"Nina, baru aja Bunda mau suruh Ayah jemput kamu."

Nina mencium punggung tangan Bunda Luna. "Kalau siang Nina bisa pulang sendiri Bun. Bisa pesan gojek."

"Loh, dia gojek. Kamu belum bayar?" kata Luna sambil menunjuk Bayu yang berdiri di belakang putrinya.

"Bunda bukan. Ini Kak Bayu. Kating di kampus."

Seketika Luna tersenyum. "O, iya maaf. Soalnya Nina gak pernah ajak teman cowok ke rumah."

Bayu tersenyum ramah sambil bersalaman dengan Luna. "Iya Tante, tidak apa-apa."

"Ya udah, kamu duduk dulu. Kalian sudah makan belum? Sekalian makan siang bareng ya. Bunda siapkan dulu." Kemudian Luna masuk ke dalam rumah.

Bayu dan Nina kini duduk di sofa ruang tamu.

Nina masih saja canggung dengan Bayu. "Sorry ya. Malah dikira gojek barusan."

"Iya, gak papa. Jadi gojek kamu tiap hari sih aku rela. Tapi jangan lupa rate bintang limanya."

Nina tertawa mendengar candaan Bayu. "Oke, nanti aku kasih rate bintang lima."

"Dan juga tips cintanya jangan lupa."

Nina hanya tersenyum dengan pipi yang bersemu merah. Tips cinta? Sepertinya dia butuh token cinta dulu.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Dari coba2 dan akhirnya jadi bumerang,Kenapa juga harus Freya,Freya itu keknya cewek nekat,Belom apa2 lagi keliatan banget ulet bulunya..

2024-10-30

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Gak papa lah itung2 untuk mengetes perasaan masing-masing,Maksud ku perasaan Nina juga Raffa sendiri..

2024-10-30

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

WHAT REKA ITU COWOK?? ASTAGA NAGA KU PIKIR CEWEK..Hadeeuuhh..🤦🤦🤣🤣🤣🤣🙏🙏

2024-10-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!