Kaisar mendribble bola di tangannya dengan cekatan. Tubuhnya bergerak lihai menghindari lawan dan dengan mudahnya mencetak tiga poin, membuat sorakan kian menggema memenuhi gedung tempat Proteus berlatih basket.
Bunyi peluit dari coach Erick menyita perhatian anggota Proteus untuk mendekat ke arah sang pelatih.
"Oke. Hari ini latihannya sampai di sini dulu. Selalu jaga stamina untuk latihan besok! Mengerti?"
"Yes, coach!" Anggota Proteus dengan serempak membalas. Lalu mereka semua membubarkan diri.
Kaisar berjalan ke arah podium dan mengambil tas hitam miliknya yang ia taruh di sana. Dia mengambil ponselnya dan membuka aplikasi pesan ketika mendapati notifikasi dari Shana.
By : Manusia Laknat Sejak Zigot
"B*ch. Buruan ke kafe depan sekolah. Udah ditunggu sama yang lain!"
Lelaki itu mendekus setelah membaca pesan Shana. Lihat saja isi pesan Shana yang sangat tidak berbobot sama sekali. Untuk itu dia bergegas pergi ke kafe depan sekolah.
Gellius masih cukup ramai oleh siswa siswi yang berlalu-lalang meski waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Langit sedikit berwarna abu-abu yang mungkin saja pertanda akan datangnya hujan.
Ketika Kaisar memasuki kafe depan sekolah, dia langsung melihat Jonathan yang melambaikan tangan ke arahnya. Dia mendekat ke meja di mana Shana, Jonathan dan Camelia sudah menunggu kedatangannya. Kemudian dia menduduki kursi yang kosong di sebelah Shana.
"Ihh, bau kecut!" Shana menutup hidungnya setelah mengendus badan Kaisar. Sedetik kemudian, gadis itu mendapat tempelengan di kepalanya.
"Enak aja! Gue selalu wangi tau!" Kaisar mencebik tidak terima.
Shana cemberut sambil mengusap kepalanya. "Lo bau soalnya gue tau lo jarang mandi!"
Kaisar melotot atas fitnah yang kembarannya lontarkan. "Sembarangan! Gue gak kayak lo ya, mandi cuma kalo mau pergi keluar doang!"
"Dih. Gue nggak kayak gitu ya!" Shana membela dirinya sendiri.
"Berisik." Jauzan bersuara dengan nada berat. Aura suram Jauzan membuat Shana dan Kaisar langsung kicep. Sepertinya suasana hati lelaki tampan itu sedang tidak bagus.
"Baru juga ketemu, udah berantem aja lo berdua," cibir Jonathan yang lelah melihat pertengkaran unfaedah dua makhluk ciptaan Tuhan di dekatnya itu.
"Tiap hari berantem mulu. Sampe gumoh gue liatnya." Camelia ikut menyahut.
"Fine, our bad, sorry. Jadi, hal penting apa yang mau lo omongin, Mel?" Kaisar tidak lagi meladeni Shana dan mulai fokus pada Camelia.
"Iya. Hal penting apa yang mau diomongin? Gue sampe batalin kencan gue sama doi gara-gara dapet chat dari lo," kata Jauzan pada Camelia.
Camelia mengembuskan napas pelan. Mencoba meredakan rasa grogi yang tiba-tiba melanda. Dia melirik Shana yang sudah mengetahui tentang topik utama pertemuan mereka kali ini. Tapi Shana hanya menggendikkan bahu. Sepertinya Shana juga bingung harus mulai pembicaraan dari mana.
Camelia menyeruput minumannya sebelum mulai berbicara.
"Jadi, beberapa hari yang lalu, Jasmine bilang sesuatu ke gue dan Shana. Dan ini ada hubungannya sama lo, Zan" Camelia menatap Jauzan dengan serius.
Dahi Jauzan sedikit berkerut. Dia masih belum memahami apa maksud perkataan Camelia. Tapi dia mulai tertarik dengan topik pembicaraan kali ini karena nama Jasmine yang disebut oleh Camelia.
"Sama lo juga, Kai." Camelia juga menatap ke arah Kaisar.
"Gue?" Kaisar menunjuk dirinya sendiri. Lelaki itu terkejut ketika namanya dibawa-bawa. Apalagi di sangkut pautkan dengan Jauzan. Kaisar tanpa sadar menelan ludah.
Camelia mengangguk. "Sekarang gue tanya. Lo ada cari masalah gak sama Oberon?"
Kaisar terdiam. "Oberon?"
Jauzan menatap Kaisar. "Lo ada masalah apa sama Oberon sampai bawa-bawa gue?"
Kaisar yang merasa tertuduh mulai panik. "T-tunggu dulu, Bos. Maksudnya apa? Gue dan tim gue gak pernah cari masalah sama mereka."
Shana mencebik. "Lo yakin?"
Kaisar mengangguk yakin. "Sumpah. Gue nggak bohong."
"Tapi mereka bilang kalau leader Proteus dalang dari kotak teror yang mereka terima!" Camelia berkata dengan raut cemas.
Jauzan dan Kaisar saling berpandangan.
Kotak teror?
"Kotak teror apaan?" Kaisar benar-benar bingung sekaligus merasa kesal. "Terus kenapa jadi gue yang dituduh?"
"Mereka dapat kotak teror...." Camelia menceritakan sesuai apa yang pernah Jasmine ceritakan padanya. "Dan lo yang jadi main suspect."
[Tersangka utama]
"Bukan gue. Buat apaan gue kirimin mereka kayak begituan? Gak guna banget." Kaisar benar-benar merasa jengkel. Dia merasa direndahkan. "Murahan banget pake kalajengking sama beling!"
"Terus siapa dong kalau bukan lo? Orang itu berani bawa-bawa nama lo, Kai!" Kesal Camelia. "Oberon gak mungkin nuduh tanpa sebab. Gue yakin mereka pasti punya bukti yang kuat dan sayangnya bukti itu mengarah ke leader Proteus. Lo leader Proteus, Kai!"
"Gue emang leader Proteus, Mel. Tapi orang yang neror mereka bukan gue!" Kaisar mengeraskan rahang. Lelaki itu terlihat sedang menahan amarah yang siap meluap. "Gue juga nggak tau siapa. Nggak mungkin juga anggota gue ngelakuin itu."
"Kayaknya ada yang ngaku-ngaku jadi lo, deh, Kai," kata Camelia dengan raut curiga.
Raut Kaisar menggelap. "Berani banget itu orang. Gue harus cari tau secepatnya. Enak aja gue dijadiin kambing hitam."
Shana yang sedari tadi menyimak kini ikut menimpali. "Bahkan mereka sempet nuduh Jauzan. Tadinya Jauzan yang jadi tersangka utama. Cuma, kita kan tau kalau Jauzan bukan leader Proteus. Jadi, gue sama Lia menetapkan lo sebagao main suspect-nya, Kai."
Kaisar terbahak keras. "Apa-apaan, ngaco banget lo!"
Jauzan mengukir seringai tajam. Sorotnya semakin menggelap. "Dasar tikus-tikus sialan."
"Lo tenang aja, Zan. Gue udah suruh Jasmine buat ngomong sama Ethrion soal ini. Dia pasti berhasil bikin anggota Oberon yakin kalau mereka udah salah target kalau bukan lo mau pun Kaisar pelakunya."
Double sialan. Jauzan memaki dalam hati. Seingat Jauzan, dirinya pernah berkata pada Camelia bahwa dia tidak suka jika Jasmine berdekatan dengan Ethrion, cowok kurang belaian yang berani mendekati Mine-nya secara terang-terangan.
Jauzan melirik tajam ke arah Camelia.
"Gue udah pernah bilang sama lo buat jauhin Jasmine dari cowok sialan itu," kata Jauzan penuh penekanan membuat Camelia tanpa sadar menelan ludah.
"I-Iya, Zan. Tapi, kan...." Camelia kehilangan kata-katanya. Dia hanya menunduk dengan raut bersalah.
"Gue gak mau berurusan sama Rion," lirih Camelia.
Shana berdecak. "Gini aja! Mending lo samperin Oberon, Kai. Lo jelasin baik-baik sama Rion kalau bukan lo pelakunya."
Kaisar memandang kembarannya dengan gemas. "Wahai kembaran gue yang otaknya a bit tidak jalan. Mereka punya bukti kalau dalang kotak teror itu adalah leader Proteus alias gue. Sedangkan gue? Gue nggak punya bukti kalau bukan gue pelaku kotak teror sialan itu! Get it?"
Shana seketika cengo, lalu dia mengangguk pelan. Benar juga apa yang dikatakan Kaisar, tapi, "sialan lo! Nggak usah ngatain gue juga kali. Dasar human sok smart!"
Camelia mendesah lelah dan menopang dagu sambil menatap Shana. "Gue yakin seribu persen kalau Kaisar sama Rion bakal tetap ketemu, Shan."
Shana memandang Camelia dengan bingung. "Maksud lo?"
"Kayaknya sebentar lagi Oberon bakal samperin Kaisar. Mereka butuh validasi untuk memperkuat bukti yang mereka punya dan of course harus langsung dari suspect-nya, kan?" jelas Camelia panjang lebar.
Betul. Shana mengangguk paham. Seseorang yang menjadi tersangka atas kejadian kotak teror itu adalah leader Proteus; Kaisar. Anggota Oberon pasti akan segera mencari tau siapa leader Proteus setelah mengetahui bahwa Jauzan bukanlah sang ketua. Setelah Oberon tau bahwa leader Proteus adalah Kaisar, mereka pasti akan segera menemui cowok itu.
Cepat atau lambat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments