Woi, ada yang berantem di taman belakang!"
Entah siapa yang menyerukan kalimat tersebut, Cello yang baru saja keluar dari ruang OSIS langsung terdiam selama beberapa detik sebelum berjalan dengan langkah lebar ke lokasi di mana perkelahian itu terjadi.
Sesampainya di belakang sekolah, manik Cello langsung tertuju ke arah di mana empat orang gadis yang menjadi pusat perhatian beberapa murid yang asyik menonton tanpa ada niat melerai sedikit pun.
"Si anak baru?" Cello mengangkat sebelah alisnya dengan perasaan heran ketika melihat Jasmine sedang berdebat dengan Elodie, si ketua ekskul Jurnalistik.
Perseteruan itu terlihat semakin runyam ketika Elodie mendorong Jasmine hingga hampir tersungkur. Untung saja ada Camelia yang sigap menahan tubuh Jasmine, sehingga tubuh gadis itu tidak terjatuh.
Melihat hal itu, Cello langsung beranjak mendekati keempat gadis tersebut.
"Berhenti!" Cello berseru nyaring.
Cello menatap mading yang sudah hancur berantakan. Banyak sobekan kertas yang berserakan di lantai. Dia bertanya-tanya dalam hati, kenapa bisa?
Tidak mungkin Elodie yang menghancurkannya karena Cello tahu seberapa keras usaha gadis itu untuk membangun ekskul Jurnalistik menjadi ekskul nomor satu serta ekskul yang paling di minati seantero Duaja Wijaya.
"Apa perlu gue panggil guru BK ke sini biar kalian kena detensi?" kata Cello dengan nyaring, membuat Jasmine, Elodie serta Iszara dan Camelia menoleh ke arah mantan ketua OSIS tersebut.
"C-Cello?" lirih Iszara.
Di samping Iszara, Elodie menatap Cello dengan tatapan kesal bercampur marah. "Ini bukan urusan lo, jadi nggak usah ikut campur!"
Sedangkan Camelia dan Jasmine hanya terdiam tidak menanggapi.
"Kalian nggak sadar udah bikin keributan dan jadi tontonan di sini?" kata Cello.
Iszara langsung berdiri di samping Cello. "Cell, mending kamu pergi aja dari sini. Masalah mading ini biar aku aja yang urus, oke?"
"Kenapa mading bisa hancur berantakan kayak gini?" Cowok itu mengabaikan Iszara dan memilih menatap Elodie, si ketua ekskul Jurnalistik. "Kalian sadar nggak kalau kalian bisa kena sanksi dari guru konseling karena udah ngerusak fasilitas sekolah."
Elodie menunjuk Jasmine dengan dagunya. "Si anak baru itu yang ngerusak. Bukan gue."
"Heh! Jelas-jelas kalian duluan yang cari gara-gara pake ngepost beginian tanpa izin dari Jasmine!" Camelia berucap sambil melempar sebal gulungan kertas mading ke arah badan Elodie.
"Oke, stop!" Cello berusaha melerai. Dia memijit pelipisnya pelan, merasa pusing karena harus menyaksikan perdebatan para gadis di depannya. "Mending kalian bubar sebelum gue laporin ke guru konseling."
Elodie berdecak seraya menatap Cello tidak suka. Dia tahu ancaman Cello tidaklah main-main. Dia tidak mau berurusan dengan Pak Jo, guru konseling yang disegani semua murid SMA Duaja Wijaya.
Untuk itu Elodie memilih berbalik pergi menuju ke kelasnya. Tapi sebelum pergi, Elodie melirik Jasmine dengan tatapan tajamnya. Lihat saja, Elodie pasti akan membalas perbuatan gadis itu suatu hari nanti.
Camelia melirik Jasmine. "Udah ah, Jel, balik yuk! Empet gue kalo kelamaan deket sama titisan uler keket kayak dia."
Jasmine mengangguk mengiakan sedangkan Iszara memutar mata tidak peduli.
"Eh, tunggu dulu!" Cello segera menyambar lengan Jasmine, membuat gadis itu menghentikan langkah dan menatap Cello dengan raut penuh tanya.
Dahi Jasmine mengkerut halus. "Kenapa?"
"Eh, anu. Gue mau ucapin makasih karena hari Senin kemarin lo udah bersedia jadi pemimpin upacara sebagai pengganti gue," kata cowok berparas tampan tersebut.
Jasmine mengangguk singkat. "Iya."
Cello tercenung ditempatnya. Respon gadis di depannya ini terlalu singkat untuknya. "Makasih juga buat tumpangannya kemarin."
Jasmine lagi-lagi hanya mengangguk singkat. Dia hendak berbalik menuju kelas tapi lagi-lagi ditahan oleh Cello.
"Gue nggak bisa hutang budi sama orang," kata Cello dengan cepat.
Jasmine masih terdiam.
Camelia melihat Cello dengan tatapan aneh sekaligus gemas. "Em, kak Cello. Kakak kalo mau ngomong jangan setengah-setengah. Langsung ke poinnya aja bisa, kan?"
"Kamu apa-apaan sih, Cell? Aneh banget tau nggak!" heran Izara yang merasa aneh dengan sikap Cello.
Cello tersenyum kikuk sambil menatap Jasmine yang juga menatapnya. Dia sendiri juga bingung, karena tidak biasanya dia bertingkah seperti ini.
'Gue kenapa sih?' batin Cello kesal.
"Maksud lo, lo mau balas budi sama gue?" Jasmine cukup pintar untuk menyadari maksud Cello.
Cello mengangguk antusias karena Jasmine paham akan maksudnya. Benar, dia bukan tipe orang yang suka berhutang budi pada seseorang.
"Iya! Jadi, gimana kalau nanti pas pulang sekolah, lo gue traktir makan di Trendy's?" tawar Cello dengan senyum merekah.
"Eh, nggak ya!" Manik Iszara membola. Gadis itu menatap tajam ke arah Cello. "Cello! Maksud kamu apa ngomong ke Jasmine kayak gitu di depan aku?"
Cello sepertinya sengaja mengabaikan Iszara. Dia sama sekali tidak merespon atau pun melirik gadis itu.
"Gimana, deal?" Cello menatap Jasmine dengan perasaan was-was. Dia pasti akan merasa malu jika Jasmine menolak ajakannya di depan semua murid yang melihat.
Camelia mengkode Jasmine dengan gelengan pelan agar Jasmine menolak penawaran sang mantan ketua OSIS tersebut. Camelia paham jika Jasmine mengiakan ajakan Cello, maka hal itu akan membuat Jasmine mendapat masalah.
Seperti yang Camelia tegaskan tadi. Cello itu sudah diklaim oleh Iszara. Tidak ada satu pun gadis yang akan Iszara biarkan mendekati sang kekasih!
Jasmine menghela napasnya pelan dan nampak berpikir sebelum menjawab.
Jasmine jadi teringat hal yang kemarin dia bicarakan dengan Camelia dan Shana tentang Oberon dan Proteus.
Apakah lelaki di depannya ini bisa membantunya mencari jalan keluar?
Setelah berfikir beberapa saat, akhirnya, Jasmine membuat keputusan. Dia akan menerima ajakan Cello. Bukan tanpa sebab, tapi, bukankah segala masalah yang terjadi kemarin akan lebih mudah jika Cello bisa membantunya mencari jalan keluar?
Jasmine tersenyum tipis. "Oke, d--"
"How dare you, J?"
Sebuah suara berat memotong perkataan Jasmine dan membuat gadis itu sedikit tersentak.
Jasmine menoleh cepat ke arah sumber suara dan mendapati seseorang tengah menatapnya dengan raut dingin serta netra yang menggelap.
Camelia, Iszara dan Cello juga menatap ke arah lelaki yang baru saja menghampiri Jasmine dengan aura gelapnya.
"Rion?" lirih Jasmine.
Ethrion menatap Cello dengan dingin. Tidak memedulikan jika Cello adalah kakak kelasnya, Ethrion dengan berani mendorong bahu Cello agar tidak berdekatan dengan gadis yang telah dia klaim sebagai miliknya.
Hanya miliknya.
"Back off, dude. She's mine," kata Ethrion penuh penekanan. Dia segera menggandeng jemari Jasmine dan pergi dari tempat itu. Hal itu sukses membuat Camelia, Cello dan beberapa murid yang menonton tercengang kaget.
[Jauhin dia, dia punya gue!]
Dalam hati, mereka mempertanyakan perihal hubungan apa yang terjadi antara si murid baru dengan lelaki yang menyandang gelar the most wanted boy di SMA Duaja Wijaya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments