[OBTD] BAB 2 : Unexpected Day [3]

Suasana di dalam kelas yang tadinya sedikit ramai, kini menjadi hening. Benar-benar tidak ada yang bersuara sampai Jasmine bisa mendengar suara jarum jam dengan teramat jelas.

Semua pasang mata di dalam ruangan serba hitam dan putih ini menjatuhkan atensi penuh kepada dirinya yang masih berdiri dengan anggun dan tenang.

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Silakan kamu memperkenalkan diri," ucap Pak Matteo memecah keheningan. Ruang kelas kembali terdengar sedikit ramai dengan bisik-bisik penasaran yang saling bersahutan.

"Jasmine Lavatera, dari SMA Gellius."

Semua siswa di kelas ini masih terdiam, enggan mengeluarkan suara. Namun, beberapa dari mereka kentara sekali menampilkan ekspresi terkejut.

Mereka mulai berbicara, melontarkan pernyataan mau pun pertanyaan acak yang besar kemungkinan tidak akan Jasmine jawab.

"Alhamdulillah. Nambah lagi yang bening-bening satu," celetuk Abrisam yang mendapat tampolan dari Cakra.

"Berisik, lo, Tokek Albino!" Cakra menyahut kesal.

"Eh, lo yang tadi jadi pemimpin upacara anak kelas 12, kan?" Kalista menatap Jasmine dengan alis mengkerut.

Jasmine hanya menganggukan kepala singkat.

"Loh, gue kira dia anak kelas dua belas," timpal yang lain.

Iszara mencibir. "Heh, buruan ingetin! Kali aja dia salah masuk kelas?"

"Gue tau siapa dia. Pantes kayak familiar sama mukanya," ucap Razzu, si ketua kelas memandang Jasmine dengan senyum miring membuat Mahesa yang duduk di sampingnya mengernyitkan dahi tanda tak mengerti.

Pak Matteo berdehem keras. "Sudah, perkenalan lanjut nanti saja. Jasmine, silakan duduk di bangku yang masih kosong."

Jasmine melihat hanya ada dua kursi meja yang kosong. Pertama, di dekat Camelia, sepupunya yang duduk di barisan ketiga, dekat dengan meja guru.

Kedua, di dekat seorang cowok yang sedari awal Jasmine masuk, dia sudah menghunuskan tatapan mata penuh sorot yang menyiratkan sesuatu padanya. Apalagi sudut bibirnya yang merekah merah terangkat ke atas. Dia duduk tepat di belakang Camelia.

Jasmine terpaku di tempatnya. Dia memaki dalam hati.

Dia adalah Sagara Ethrion Al-Abrar. Si kapten Basket SMA Duaja Wijaya yang merupakan salah satu pentolan sekolah. Didukung dengan bakat, otak encer serta fitur wajah yang rupawan, tentu saja dia dengan mudah mendapatkan popularitasnya.

Terbukti dengan banyaknya penggemar yang kebanyakan adalah gadis muda kurbel alias kurang belaian yang rela menjomlo demi bisa flirting bebas kepadanya.

"Eh, Jel. Sini!" Camelia melambaikan tangan kanannya. Mengkode Jasmine untuk duduk di samping kanannya.

Tentu saja Jasmine segera melangkahkan kaki jenjangnya untuk duduk sebangku dengan Camelia. Tidak peduli dengan tatapan tajam Ethrion yang tak pernah lepas mengamatinya barang sedetik pun.

Bahkan setelah dia mendudukan diri di kursi, dia masih merasakan tatapan Ethrion yang menghunus di balik punggungnya.

Camelia menyapa Jasmine dengan senyum lebar, "Gue seneng banget. Akhirnya lo resmi jadi anak Duaja Wijaya!" Camelia memekik girang sambil menatap Jasmine dengan sorot senang.

"Biasa aja, Li," balas Jasmine cuek.

"Nggak! Ini terlalu luar biasa. Ada untungnya juga buat gue kalo lo pindah ke sini," ucap Camelia. "Gue jadi punya temen buat kongkalikong di antara banyaknya anak ambis di kelas ini."

"Emang lo nggak punya temen di sini?"

"Ada. Cuma pada nggak bisa diajak simbiosis mutualisme! Gak asik banget, kan?"

"Kalo sama lo, sih, jadinya simbiosis parasitisme!"

"Dih, kok gitu! Merekanya aja yang terlalu over ambisnya."

"Tapi ambis yang kayak gimana dulu? Kan ada sisi positif sama negatifnya." Dia menepuk pelan pundak Camelia. "Jangan kebiasaan nilai sesuatu dari satu sisi, Lia."

Camelia mencebikkan bibir. "Iya, gue tahu. Tapi ini ambisnya not in a good way, Jel. Contohnya kayak si Iszara, Ethrion sama Inga. Mereka itu langganan juara kelas. Rangking mereka sejak kelas 10 belum pernah berubah di tiga besar!

Tapi, minusnya Iszara sama Inga itu, mereka gampang banget ngerasa envy! Siap-siap aja kalo dikelas ini ada yang kebanyakan caper ke guru, dijamin bakal abis sama dua titisan medusa itu! Kalo Ethrion, mah, mentok-mentok kelakuan tengil dia yang bukannya bikin emosi malah bikin gemes pengen nyubit!" Camelia berbisik panjang lebar.

Jasmine hanya tersenyum tipis menanggapi. Dan dia pun menyadari bahwa murid yang duduk tepat di belakangnya juga ikut mendengarkan apa yang mereka bicarakan barusan.

Jasmine ingat wajah mesum itu. Mana mungkin Jasmine bisa lupa wajah cowok kurang ajar yang berani mengancamnya dengan alasan konyol seperti kemarin malam hanya karena ketahuan berbuat mesum di toilet!

Little jerk!

Pak Matteo bangkit dari duduknya.

"Baiklah. Sekarang tutup buku kalian dan taruh ke dalam laci." Kemudian Pak Matteo mengambil satu bendel kertas di mejanya. "Kalian tidak lupa, kan, kalau hari ini kita ada brain refreshment? "

"Tidak, Pak!" Mereka menjawab dengan kompak.

Jasmine menatap Camelia dengan tatapan bertanya. "Brain refreshment itu kuis?"

Camelia mengangguk pelan.

"Kuis pemanasan sebelum ***. Biasanya Pak Matteo ngadain BRE sebulan sekali. Kuis ini sebenernya antara penting dan nggak penting, sih. Tapi, ini bisa jadi semacam helper buat nilai kita yang jeblok!"

Camelia mendekatkan bibirnya ke telinga Jasmine.

"Dan gue yakin seratus persen, lo bakal suka banget jenis kuis out of the box kayak gini, Jel."

Kuis out of the box? Hmm.

Mata Jasmine memicing tertarik menatap sepupunya itu, sedetik kemudian dia mengangguk singkat. Dia paham secara garis besar mengenai kuis ini. Dia mendongak ke arah depan ketika pak Matteo memanggil namanya dan bertanya.

"Jasmine, kamu mau ikut kuis ini? Ini hanya kuis untuk mengetes sejauh mana kamu paham tentang Fisika? Hanya berisi 10 soal esai singkat," jelas pak Matteo.

Karena Jasmine masih penasaran dengan sistem kuisnya, jadi dia memutuskan untuk ikut dalam kuis Fisika hari ini. Hitung-hitung untuk penyegaran otak agar sel-sel kelabu dalam otaknya tidak aus. Jadi, Jasmine mengangguk mengiakan.

"Saya ikut sekarang aja, Pak."

"Baiklah kalau begitu. Kamu tahu, kan, kalau Fisika itu tidak hanya menyangkut tentang perhitungan saja?"

Jasmine mengangguk.

"Bagus."

"Tenang aja. Walaupun kebanyakan soalnya random atau di luar materi yang kadang masih kerasa asing. Tapi nggak apa-apa. Lo rileks aja!" Tukas Camelia.

"Iya, Lia. Gue juga santai kok. Yang gugup di sini kayaknya bukan gue, deh."

Jasmine menatap lekat Camelia.

"Tapi lo, Lia."

Camelia menopang dagu dan mencebik putus asa. "Soalnya, kita cuma dikasih waktu 1 menit buat jawab, Jel. Makin seru, sih. Tapi tetep aja bikin senam jantung!"

Semua meja diberikan satu lembar kertas HVS yang kemudian dibelah menjadi dua, sehingga masing-masing siswa mendapat separuh dari kertas.

"Baiklah. Soal pertama."

Semua fokus menyimak pak Matteo yang diam-diam mengeluarkan senyum geli ketika melihat soal yang dia buat.

"Tetapan kesebandingan yang berkaitan dengan gaya tarik-menarik antara dua massa disebut?" Bibir Pak Matteo melengkung ke atas setelah selesai membaca soal.

Para siswa segera menulis jawaban yang menurut mereka betul. Ini baru soal pemanasan tapi lumayan menguras otak.

Tiga puluh detik kemudian pak Matteo menyuruh mereka untuk menutup lembar jawab. Mengintruksi mereka agar berhenti menulis karena waktu menjawab sudah habis. Tak sedikit siswa yang berdecak kesal karena gagal menjawab soal pertama tersebut.

"Baiklah. Kali ini saya mau Iszara yang menjawab," kata Pak Matteo. Dia menunjuk Iszara yang sedang tersenyum puas di kursi mejanya.

Iszara kontan berdehem. "Jawabannya adalah ...,"

Banyak siswa di dalam kelas menahan napas menunggu jawabannya.

"Konstantagravitasi," lanjutnya tiga detik kemudian lalu tersenyum puas. Dia sangat yakin kalau jawabannya benar.

Suara ******* kecewa beberapa siswa menyeru ramai setelah mendengar jawaban Iszara. Jawabannya bahkan tidak sekelebatpun terlintas di otak mereka.

Pak Matteo menjentikkan jadinya puas. "Good job, Iszara. Coba, kali ini ada berapa orang yang berhasil menjawab?"

Oh, sayang sekali. Baru soal pertama hanya 5 dari 31 orang siswa yang berhasil menjawab. Tentu saja mereka adalah Ethrion, Iszara, Inga, Farah dan ... Jasmine.

Si Juara Empat alias Mahesa hanya bisa mencebik kesal di mejanya karena gagal menjawab. Pak Matteo segera mencatat poin untuk kelima siswa tersebut.

"Pertanyaan kedua. Jelaskan secara singkat aja, apa itu efek fotoelektrik."

Satu menit berlalu.

"Ada yang mau menjawab?"

Semua siswa mengangkat tangan.

"Sepertinya ini jadi soal yang paling mudah, ya? Inga, coba sebutkan jawaban kamu."

Inga langsung menyahut dengan semangat. "Efek dari pemancaran elektron suatu benda apabila disinari cahaya berfrekuensi dan berenergi tertentu!"

"Benar!" Ucapan Pak Matteo membuat mereka semua memekik senang. "Bagus! Kali ini semua menjawab dengan benar."

"Lanjut ke pertanyaan ketiga." Pak Matteo sambil menyingsingkan lengan bajunya.

"Satuan tenaga untuk mengukur mesin dan sebagainya yang sama dengan tenaga angkat 75 kg barang setinggi 1 m per detik, disebut apa? Ini gampang banget. Kalau kalian tidak tahu, kebangetan itu namanya," seloroh pak Matteo. "Yang mau menjawab boleh angkat tangan,"

Iszara dan Farah mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Tapi ketika Farah melihat Iszara mengangkat tangan, dia dengan cepat menurunkan tangan kanannya.

"Ya, Farah. Apa jawaban kamu?"

Farah mendongak dengan linglung. "Emm, Day---"

Iszara memotong ucapan Farah. "Pak, saya duluan, tahu, yang angkat tangan!"

Seantero kelas terdiam. Mereka sudah biasa melihat Iszara yang bertingkah kekanakan seperti itu.

"Ehm, i-iya, Pak. Iszara duluan yang mengangkat tangan," ucap Farah terbata-bata.

"Oke, Iszara. Apa jawaban kamu?"

Iszara tersenyum puas, tapi dia sedikit ragu dengan jawabannya. Tentu saja dia tidak boleh menyerah. C'mon, mikir Iszara. "Eng ... daya mutlak, Pak!"

Eh?

Jasmine menoleh ke arah Iszara. Sedetik kemudian dia tertawa pelan, disusul dengan senyum miring yang terbit di bibirnya. Camelia yang melihat itu dibuat heran dan bertanya. Namun, Jasmine hanya menggeleng sambil tersenyum samar sebagai jawaban. Camelia tentu saja mencebik penuh penasaran.

"Deng! Salah!"

Tak sedikit siswa melotot terkejut karena mereka juga memiliki jawaban yang salah, sama seperti Iszara. Sedangkan Iszara hanya bisa mematung di tempatnya dengan wajah memerah. "L-Loh? Terus apa dong, Pak?"

"Coba Farah yang menjawab."

Farah dengan gugup mencoba mengeluarkan suara dengan sedikit terbata. "D-Daya k-kuda, Pak."

"Nah, ini baru benar. Padahal ini materi anak SMP. Gitu aja salah, Zar." Pak Matteo menggeleng heran sambil melihat iszara yang cemberut malu. "Dikasih soal yang sepele, justru malah banyak yang salah menjawab, masa cuma 16 anak yang benar!"

Iszara menggerutu kesal. Rusak sudah image-nya sebagai siswa terpintar di kelas. Dia melotot tajam ke arah Farah yang membuat gadis berkepang itu menunduk takut di tempat duduknya.

Inilah yang dimaksud Camelia. Siswa ambis yang not in a good way seperti Iszara yang dengan mudahnya merasa iri. Hatinya selalu merasa tidak terima jika ada yang lebih unggul dari dirinya.

Iszara merasa bahwa dia harus lebih baik dari teman-temannya. Dan tanpa disadari, dia akan memantau pencapaian teman atau orang-orang di sekelilingnya.

Kalau untuk memotivasi diri sendiri, sih, tak apa-apa. Tapi, kalau dia jadi iri dan merasa tidak senang terhadap pencapaian orang yang lain? Itu nggak baik, pakai banget!

Hampir 15 menit berlalu kini hanya tinggal satu soal yang tersisa.

"Seperti biasa, satu soal terakhir selalu lisan. Siapa yang bisa menjawab, maka, dia yang akan mendapat 2 poin," terang Pak Matteo. "Ada yang tahu, sebutan satuan untuk tekanan atmosfer sebesar 10 pangkat 6 dyne/cm²?"

"Yah, pertanyaannya kok makin ngaco aja, Pak," keluh Cakra.

"Pengetahuan kamu yang kurang luas, Cakra. Ayo jawab, ada yang tahu tidak?"

Mahesa mengangkat tangan. "Weber?"

"Salah!"

Camelia berseru, "Wattjam?"

"Salah lagi," jawab pak Matteo.

Ethrion ikut menjawab, "Abampere?"

"Bukan!"

"Kilowatt?" tebak Razzu, si Ketua Kelas tidak mau kalah.

"Bukan, Razzu. Masih salah!"

"Rayleigh?"

Pak Matteo berdecak. "Salah, Abrisam! Kok, jawabannya malah makin ngawur? Kalian ini gimana, sih? Masa tidak ada yang tahu?"

Iszara mencoba peruntungannya. "Megahertz?"

Pak Matteo memijat pelipisnya. "Unfortunately, belum ada yang benar."

"Kilowattjam?"

"Kilovolt?"

"Kandela?"

Oke. Jawaban mereka makin ngawur!

Pak Matteo masih menggelengkan kepala dalam artian jawaban mereka masih salah. Semua siswa terdiam, melemahkan bahu pertanda menyerah dengan soal terakhir. Siswa sepintar Iszara dan Ethrion saja tidak tau jawabannya.

Pak Matteo menghela napas berat sebelum mulai berhitung.

"Sepuluh ... delapan ... enam ... yakin nggak ada yang mau mencoba menjawab lagi?" Pak Matteo menatap siswanya yang masih berdiam. Dia memijat dahinya pelan. Masa tidak ada yang tahu?

"Tiga

...

Sa---"

"Milibar."

"..."

Seseorang berceletuk ringan membuat semua orang di kelas ini menoleh ke arah sumber suara. Pak Matteo justru mematung di tempatnya. Semua siswa di kelas juga ikut terdiam, mereka menatap ke arah Jasmine.

"Ya, Jasmine? Bisa kamu ulang jawaban kamu?" tanya Pak Matteo.

Jasmine mendongak, matanya bersitatap dengan iris hitam pak Matteo. "Milibar, atau seperseribu bar."

Beberapa detik kemudian, pak Matteo tersenyum lebar, dia menjentikkan jarinya. "Excellent! Jawaban kamu benar!"

Semua siswa di kelas membelakakan mata mereka sebelum memandang Jasmine dengan pandangan tidak percaya. Bertanya-tanya, dari mana anak baru itu tahu jawabannya?

Camelia menyenggol lengan Jasmine. "Kok, lo bisa tau, sih, Jel?"

"Pernah baca," jawab Jasmine singkat, padat, dan jelas. Dia menyenderkan bahu dengan rileks ketika tak sedikit temannya yang menatap tajam ke arahnya.

"Gila, mata Iszara lama-lama copot, tuh, kalo kelamaan melotot!" bisik Camelia. Jasmine hanya mengendikkan bahu cuek.

Pak Matteo memeriksa buku penilaian poin. Senyum sumringah terbit di wajahnya. "Baiklah, sekarang waktunya pembacaan poin." Dia berdehem seraya menyingsingkan lengan baju.

Seantero kelas terdiam dengan gugup.

"Yang tidak saya bacakan, artinya mendapat poin di bawah tujuh."

Kalista memprotes kesal, "Yah, Pak! Kalo begitu nggak usah dibacakan aja sekalian."

"Abrisam, Cakra dan Camelia 7 poin. Mahesa, Razzu juga 7 poin. Iszara 8 poin."

Iszara hampir saja menjerit senang di bangkunya karena poin BRE-nya lebih tinggi dari kuis bulan lalu. Dia membenarkan ikatan pita berwarna merah yang terikat di rambutnya kemudian dia menopang dagu sambil tersenyum puas. Sangat puas! Apalagi dengan banyaknya ucapan selamat yang dia dapatkan dari teman-temannya. Dia benar-benar dalam suasana hati yang bagus!

"Lalu ...," pak Matteo berhenti sebentar. "Ethrion, Ingarisa dan Safara dapat 9 poin."

Apa?! Senyum Iszara perlahan mulai pudar. Dia menoleh tak percaya ke arah Inga yang duduk di sampingnya. Kentara sekali raut bahagia yang memancar di wajah gadis tersebut.

"Weilah, Bos! Ntar pas istirahat kudu traktir kita-kita makan gorengan pokoknya!" seru Cakra yang diangguki oleh Abrisam yang duduk di sebelahnya.

Ethrion hanya tersenyum sok kecakepan sembari menaik-turunkan alis tebalnya sambil sedikit menyeringai. Duhileh, si Kapten damage-nya bukan main bosku. Orang cakep kalau mau sombong dikit tidak ada yang berani memprotes!

Camelia tersenyum agak masam, "It's ok, Lia. Nambah satu poin udah lumayan!" ujarnya menyemangati diri sendiri.

Fara juga menampilkan raut senang, berbanding terbalik dengan muka Iszara yang semakin pias dengan guratan kemarahan yang kentara jelas. Kalau dikalahkan oleh Ethrion, sih, tidak masalah.

Tapi ini? Dikalahkan oleh Inga dan si Peringkat Lima a.k.a si Kutu Buku macam Fara yang tidak tahu diri dengan bangganya berhasil mengalahkan dirinya di kuis BRE kali ini?

Iszara menunduk menahan emosi. Bagaimana bisa dengan lantangnya dia menjawab dengan keliru untuk soal semudah itu? Dia benar-benar malu. Kalau saja dia terlalu terburu-buru untuk menjawab soal tersebut dan memikirkan kembali jawabannya, pasti tidak akan seperti ini hasilnya.

"Akhirnya, ada juga yang dapat poin sempurna," ucap pak Matteo yang membuat seantero kelas memekik tak percaya.

"Hah? Yang bener, Pak?" seru Cakra.

"Gila, gila, gila. Gue tau siapa yang dapet 11 poin," lirih Abrisam.

Cakra menoleh ke arah teman sebangkunya itu. "Serius, lo? Siapa?"

Pak Matteo berseru bangga, "Selamat, Jasmine. 11 poin buat kamu untuk tes hari ini. Brilliant!"

Teman-teman Jasmine terdiam kaku; memasang raut terkejut karena 11 poin itu berarti dia bisa menjawab dengan tepat 10 soal yang ada.

"Tuh, kan! Bener tebakan gue," seru Abrisam.

Mahesa berdecak kagum. "Mantap-mantap, lah, pokoknya!"

"Jadi rumor itu emang bener adanya, ya?" ucap Razzu lirih.

Mahesa menoleh ke samping mendengar lirihan Razzu. "Hah? Rumor apaan?" tanyanya yang hanya mendapat gelengan pelan oleh cowok yang menjabat sebagai ketua kelas tersebut.

"Kebetulan, kali, dia dapet poin segitu banyak!" Iszara memberengut.

"Congrats, Jasmine!" sahut teman-temannya yang lain.

Mereka terus berbicara, seakan tidak peduli dengan Jasmine yang justru terdiam mematung ditempatnya.

Camelia tersadar akan sesuatu. Dia menatap takut-takut ke arah Jasmine yang sedikit meremas kertas lembar jawabnya.

Gawat! batin Camelia.

"J-Jel, tenang. Percaya sama gue kalo semua bakal baik-baik aja," ucap Camelia dengan lirih, seolah-olah takut jika ada orang lain selain Jasmine yang mendengarkan. Dia sangat paham apa yang terjadi dengan sepupunya itu. Teruntuk itu dia mengenggam lembut tangan Jasmine dan mencoba menenangkan.

Sebenarnya ada apa?

Rahang Jasmine mengeras. Dia menatap kosong lembar jawabnya. Seakan-akan dia telah melakukan sebuah kesalahan fatal. Gurat kaku tergambar di wajah cantiknya. Tangannya semakin kuat meremas kertas yang sekarang ini tidak lebih dari sampah baginya.

'Bodoh, lo, Jel! Seharusnya lo bisa nahan diri, bego!' Pikiran Jasmine berkecamuk.

Seharusnya tidak boleh seperti ini. Ingin sekali Jasmine membentak teman-temannya untuk terdiam agar tidak mengucapkan selamat atau apa pun itu yang justru terdengar memuakkan di telinganya.

"Congrats, Flower," bisik seseorang dari belakang tepat di telinga Jasmine.

Jasmine tersentak. Dia mengendurkan tangannya yang masih meremas kuat. Orang itu membuatnya tersadar dari pikirannya yang sempat berkecamuk.

Sedangkan di belakang Jasmine, orang itu mengulas seringaian di bibirnya.

"I found you, little flower."

Coba tebak, siapa yang bersuara barusan?

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!