"Jadi, ada tiga stratifikasi di Duaja Wijaya, Jel." Camelia menyeruput diet coke-nya. Saat ini mereka sedang berada di tengah-tengah pengunjung Trendy's.
"Masa, sih?" Jasmine mengambil tisu untuk menhelap noda di bibirnya. "Atas dasar apa? Kekuasaan, popularitas, prestise atau apa?"
"Jadi begini ...." Camelia berdehem. "Kelompok pertama, si kebanggaan sekolah. Mereka itu siswa kesayangan guru yang sering menang olimpiade.
Kalo nonakademis biasanya kebanyakan dari eskul OR kayak Basket, Football, Voli, Renang sama Bela Diri. Ada juga dari eskul lain kayak Paskibraka sama Kesenian.
Kalo dari segi akademis, medali atau piagamnya pasti dari anak-anak Einstein yang kesebar seantero Duaja Wijaya," jelas Camelia.
Jasmine menyeruput teh lemonnya.
"Terus, apa lagi?" katanya sebelum lanjut memakan seblak.
"Kelompok kedua, ada si Pentolan Sekolah. Kayak Oberon misalnya."
Jasmine mengerutkan dagunya penasaran. "Oberon? Geng motor?"
"Yes, no, maybe. Itu nama klub Basket sekolah kita. Tapi mereka emang kebanyakan punya moge, sih. Ethrion kaptennya. Lo pasti sadar betapa populernya si jelmaan Tokek Belang itu! Bucinnya kesebar di mana-mana!" Entah mengapa Camelia jadi kesal sendiri. Dia memakan vegetable with peanut sauce-nya dengan perasaan dongkol.
Ethrion? Cowok mesum itu populer juga di sekolah. batin Jasmine sambil mengulas senyum sinis.
"Selain Rion, anggota inti Oberon itu ada Cakra, Abrisam, terus anak kelas lain ada Gasten sama Kares. Kares itu ketua OSIS, btw." Sedetik kemudian Camelia menopang dagu sambil tersenyum dengan sorot mata penuh binar kagum. "Kak Cello juga populer banget di sekolah. Cakep, sebelas-duabelas, lah, sama Ethrion. Dia mantan ketua OSIS."
"Mantan ketua OSIS?"
Camelia mengangguk. "Iya. Kak Cello itu mantan ketua OSIS."
Jasmine termenung ditempatnya. Ternyata tadi pagi dia membantu kelas si mantan ketua OSIS. Pantas saja tadi teman sekelasnya pada heboh. Pasti semua siswa perempuan di seolahnya sangat ingin menyaksikan betapa gagahnya Cello ketika menjadi pemimpin upacara.
Miris sekali.
Bukannya menyaksikan cogan kesayangan, mereka malah mendapati Jasmine yang berdiri di tengah aula dengan aura kepimpinannya. Untung tidak ada yang protes secara terang-terangan padanya.
"Nah, kalo yang cewek, kebanyakan dari anggota eskul Perak alias Pemandu Sorak. Gue rasa, setiap anggota Cheers pasti punya semacam daya tarik yang bikin popularitasnya melejit."
"Contohnya ada Signy, Karina, sama Tamara. Mereka anak kelas 12 tapi masih aktif banget di eskul ini, seakan-akan mereka bakal flop pamornya kalo keluar klub Cheers. Makanya, mereka bertiga masih eksis banget di Duaja Wijaya."
"Oh, Karina yang tadi pagi jadi pembawa bendera?"
"Iya. Nah, kalo diangkatan kita itu ada Elodie, Shyani, Iszara, sama gue. Hehe. Gini-gini gue juga populer, loh, Jel. Mungkin sebentar lagi lo bakal masuk ke salah satu kategori yang gue sebutin tadi. Atau bahkan masuk kesemuanya?" Camelia menjelaskan dengan panjang lebar kemudian dia meminum diet coke-nya hingga tandas.
Capek ngomong panjang lebar.
Jasmine menggeleng samar. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak terlibat kegiatan non akademis apa pun nanti. Tidak lagi.
"Kalo yang bad attitude, gitu, ada?"
"Nah, ini yang ketiga. Si Biang Onar." Camelia ikut mencomot seblak milik Jasmine. "Lagi-lagi gue ambil Oberon sebagai contoh."
"Kenapa?"
"Mereka sifatnya emang kadang rada blangsak. Tapi, kalo sampai ada murid yang nakalnya nggak bisa ditoleransi, misalnya kayak ketahuan ngerokok di sekolah, clubing, balap liar atau bikin masalah di luar sampai-sampai mencoreng nama baik sekolah, beuh, bisa kena detensi, skors, bahkan drop out, alias modar riwayatnya, Jel!"
Jasmine tersenyum miring.
"Kalo ketahuan lagi me*** di toilet, bakal diapain kira-kira?" lirih Jasmine nyaris tidak terdengar.
"Apa, Jel? Lo ngomong apa tadi barusan?"
Jaamine hanya menggeleng santai. "Oh. Nggak ngomong apa-apa."
"Hmm. Semoga aja lo betah, deh, sekolah di Duaja Wijaya."
"Betah, kok." Jasmine mengulas tersenyum tipis. "Seperti yang lo bilang. Asal nggak ada dementor sama patogen aja."
Camelia terbahak. Kemudian dia melihat ke arah jam digital yang menempel di tangan kirinya. "Ini para babu ngaret banget! Katanya mau nyusul ke sini!"
"Gue juga nggak ta---" Suara Jasmine terinterupsi oleh seseorang.
"Malam, sayang-sayangku!" Seru Kaisar yang baru saja datang dengan Jauzan dan Jonathan. Mereka ikut mendudukan diri di kursi yang ada.
"Kalian bertiga emang kayak jin tomang, ya? Baru juga diomongin, tiba-tiba udah nongol aja!"
"Itu tandanya sinyal cinta di antara kita levelnya udah maksimal, Mel," seru Kaisar seraya tersenyum jahil yang membuat Camelia bergidik ngeri.
"Maksimal pala lo. Jangan bikin gue tambah geli gara-gara denger gombalan sampah lo."
Kaisar mencebik. "Hilih. Gitu aja marah-marah."
"Apa sih. Gaje lo babi."
Jonathan menengah. "Udah-udah, sesama babi nggak boleh adu mulut."
Camelia kembali tersungut. "Elo tuh kakek moyangnya babi!"
"Emang ada?"
"Ada, lah! Pake nanya. Kan gue udah bilang. Elo!"
"Duh, berisik banget kalian berdua," protes Jasmine dengan sinis yang membuat Camelia dan Jonathan langsung kicep.
Sedangkan Kaisar hanya bisa tertawa dalam hati.
"Emang enak!" Ejek Kaisar tanpa suara, hanya gerakan bibir saja, tapi sukses membuat Camelia menatap sengit ke arahnya.
"Kembaran lo kemana?" Tanya Jasmine pada Kaisar. Kembaran yang dimaksud adalah Shana.
"Emang gue punya kembaran?"
Jonathan memukul kepala Kaisar pelan. "Heh! Berdosa banget lo, Kai!"
Kaisar terkekeh. "Dia lagi ngerjain tugas ke rumah Jemima. Semenjak nggak ada elo, dia jadi pindah haluan ke Jemima, Jel."
Jasmine hanya tertawa kecil.
"How's your life, Mine? Feel better?" tanya Jauzan.
Jasmine menoleh ke arah Jauzan kemudian dia mengangguk. "It's surely fine, Zan. Better than before."
"Kalo si Setan Jahanam itu masih ganggu hidup lo, gue dan yang lain selalu siap bantu, Mine," ujar Jauzan lalu mengusap pelan puncak kepala Jasmine, membuat gadis cantik itu tersenyum manis.
Jasmine terkekeh geli. "Tapi, yang lo sebut Setan Jahanam itu Ayah gue, Zan."
"Ya, kita juga tau seberapa brengseknya Ayah lo itu, Mine."
Jasmine menembuskan napas berat. Dia tersenyum miris. Dalam hati dia membenarkan ucapan Jauzan.
"Gimana hari pertama lo di sana?" tanya Jauzan pada Jasmine.
Jasmine terdiam. Dia menatap Camelia yang juga terdiam menatap ke arahnya. Dia teringat kejadian tadi pagi. Tiba-tiba suasana hatinya langsung anjlok ke level terbawah. Gara-gara kuis dan cowok tengil tidak tahu diri itu, harinya menjadi benar-benar buruk!
Jasmine hanya mengembuskan napas pelan sebelum menjawab. "Gak ada yang spesial, Zan. Biasa aja."
"Beneran gak ada apa-apa?" Jauzan bertanya sekali lagi.
Jasmine terdiam sedetik dan kemudian mengangguk kaku.
"Iya. Gak ada apa-apa, kok. Semua aman, Zan."
'Seenggaknya, sejauh ini aman.' Jasmine membatin dalam hati.
Jauzan mengangguk puas. "Bagus kalau gitu. Kalau ada apa-apa, lo bisa bilang ke gue, Mine. Janji sama gue, jangan sembunyikan apa pun dari gue, oke?"
Jasmine tersenyum manis.
"Iya, gue janji."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments