Owned By The Devil

Owned By The Devil

[OBTD] BAB 1 : First Meet

JASMINE menatap pantulan dirinya pada cermin besar yang menyatu dengan lemari bajunya. Saat ini dia tengah berada di walk-in closet miliknya. Dia memoleskan bedak tabur di kulit cerahnya serta memakai pemerah bibir agar wajahnya semakin terlihat segar. Dia juga menyemprotkan parfum aroma vanila ke tubuhnya.

Saat dirasa masih ada yang kurang, dia berjalan ke arah meja kaca besar di yang terletak di tengah ruangan dan mengambil salah satu dari sekian banyak aksesori koleksinya. Dia mengaitkan sebuah kalung di leher jenjangnya.

Sempurna. Penampilannya kian memukau malam ini.

Kemudian Jasmine mengambil tas selempang hitam bertali panjang dan mengalungkan benda tersebut di pundaknya. Dia keluar meninggalkan ruangan bernuansa abu-putih itu dan melangkahkan kaki menuruni tangga. Di sana Jasmine melihat Altair yang sedang memainkan ninetendo-nya sambil berbaring di sofa.

"Alta, bunda ke mana?"

"Ke rumah tante Sabiya," balas Altair tanpa menoleh.

"Kalo gitu gue cabut dulu. Mau ke Trendy's bentar."

Altair menoleh kearah kakaknya. "Kalo pulang jangan lupa beliin nasi goreng depan komplek. Potongan cabe rawitnya banyakin," ucapnya lalu kembali sibuk pada ninetendo-nya.

"Hmm." Jasmine hanya berdehem singkat lalu menuju ke garasi mobil. Tenang saja, beberapa bulan yang lalu dia sudah mendapatkan SIM-nya setelah lolos mengikuti tes mengemudi.

Dia menjalankan mobilnya menuju Trendy's. Hanya memerlukan waktu 20 menit saja untuk sampai di sana. Dia memarkirkan mobilnya di area parkir mobil yang luas. Dia turun dari mobilnya kemudian berjalan ke area gemerlapnya kafe dua lantai tersebut.

Trendy's adalah sebuah kafe indoor-outdoor yang pelanggannya kebanyakan para muda-mudi yang gemar keluar malam. Trendy's selalu menjadi pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat tongkrongan karena semua menu masih ramah di kantong pelajar.

Kafe yang penuh estetika itu tak pernah sepi pengunjung sejak pertama kali dibuka hampir dua tahun lalu; semakin malam justru semakin ramai. Selain itu, banyak anggota band dari berbagai sekolah yang gemar manggung di sana. Trendy's benar-benar tempat yang mengasyikkan.

Terdengar bunyi lonceng ketika Jasmine membuka pintu masuk. Membuat seseorang yang sedang berbincang di samping meja resepsionis menoleh ke arahnya.

"Yoo, Jasmine!" Rakas menyapa sambil memasang senyum lebar.

"Loh, Bang Rakas?" Jasmine terkejut ketika melihat pria dengan kemeja putih tersebut. "Gue kira lo masih di Bali. Kapan pulang?"

"Iya, seminggu sebelum libur semester selesai, gue sempatin buat balik. Trendy's nggak bisa gue tinggal lama-lama," balas Rakas. Pemuda berusia 23 tahun tersebut adalah pemilik Trendy's. "Abang lo apa kabar? Udah lama gue nggak ketemu sama dia."

"Masih sibuk kuliah sama bimbingan anak didiknya. Main aja ke apartemennya kalo mau."

"Sip, nanti gue bakal mampir. Omong-omong, temen-temen lo udah pada nunggu dari tadi. Langsung ke rooftop aja. Jauzan emang gila. Sok kaya banget bisa booking rooftop malam ini cuma buat acara kalian," kelakar Rakas sambil tertawa renyah.

Jasmine hanya bisa tersenyum kikuk mendengar perkataan Rakas.

"Yaudah, kalau gitu, gue ke atas dulu, ya, Bang," kata Jasmine pada Rakas.

Setelah mendapat anggukan dari Rakas, Jasmine segera berlalu menuju atap bangunan tersebut. Di sana sudah ada Jauzan, Kaisar, Jonathan, Camelia dan Shana yang menunggu kedatangannya sedari tadi. Mereka berlima duduk melingkar pada meja besar penuh makanan dan minuman.

"Hoi! Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga!" Kaisar berteriak pada teman-temannya, membuat empat remaja lain yang tadinya masih sibuk berbincang menoleh ke arah Jasmine dan ikut bersorak menyambut kedatangannya.

Jasmine berjalan ke arah mereka kemudian menepuk pelan muka Kaisar membuat cowok dengan head-band di kepalanya itu mengaduh pelan.

"Berisik, lo!" Jasmine mendengus pelan.

"Jadi cewek nggak boleh galak-galak, honey!" Kaisar berkata sambil memberengut lucu. Oh, ekspresinya yang lucu benar-benar tidak selaras dengan wajahnya yang maskulin.

Jasmine hanya memutar bola mata dengan malas ketika mendengar panggilan yang justru terdengar menggelikan di telinganya.

"Duduk." Jauzan menyambar pelan lengan Jasmine agar dia duduk tepat di sampingnya. Gadis itu hanya patuh dan langsung mendudukan diri di samping lelaki berdarah campuran tersebut.

Jasmine duduk sambil bersila diatas kursi. Teman-temannya sudah terbiasa melihat Jasmine dengan kebiasaan anehnya itu.

Jasmine menyelipkan rambutnya yang tertiup angin ke belakang telinga agar tidak menutupi wajah. "Jadi, ada tujuan apa kita ngumpul di sini?"

"Kita mau ngadain farewell party buat lo, Jel," balas Shana. Teman sebangku Jasmine selama dia bersekolah di SMA Gellius itu memasang ekspresi sedih. Bahkan mata gadis berwajah imut itu sudah berkaca-kaca.

"Shana, gue bukan mau pindah negara atau bahkan benua. Gue cuma mau pindah sekolah dan itu masih satu kota," kata Jasmine sembari memutar kedua matanya.

"Tapi beneran, deh, Jel. Nyadar nggak kalo lo udah bikin heboh satu sekolah? Anak-anak pada nggak rela kalo lo pindah. Hampir aja mereka mau demo di depan rumah lo. Untung udah gue sumpel mulutnya biar nggak macem-macem!" Jonathan menyahut setengah berkelakar.

"Nggak usah ngarang, lo! Mereka mana berani, anjir! Lo kan tahu sendiri ayahnya Jela wataknya kayak apa!" Shana berseru.

"Inget nggak kalian, waktu kita pertama kali main ke rumah Jela?" Kaisar merinding ketika mengingat suatu hal.

"Yang waktu itu lo sempet ngompol gegara kita disuruh ngasih makan Milktea, Choco, Boba sama Honey?" Jauzan tergelak.

"Mampus! Kan gue udah bilang, terlalu ngelatih mental kalo kalian main ke rumah gue." Jasmine terbahak ketika teringat memori itu.

"Gue pikir itu nama anjing apa kucing gitu, kan! Eh, ternyata itu nama buat---"

"Uler sanca, labrador retriever, buaya sama macan peliharaan bapaknya Jela!" Shana memotong ucapan Kaisar sambil bergidik.

"Emang rada-rada yang namain hewan buas pake nama unyu kayak gitu," ucap Jonathan.

"Itu idenya Lucas." Jasmine tersenyum tipis. Agak enggan menyebut nama saudara tirinya.

"Pantes. Emang dasar jiwa-jiwa psiko hello kitty!"

Jasmine menoleh ke arah Jauzan. "Btw, gue jadi nggak enak. Kata Bang Rakas, lo---"

Jauzan berdesis pelan memotong perkataan Jasmine, lalu tangan kirinya mengusap pelan kepala Jasmine sembari tersenyum. "Nope. Lo nggak perlu ngerasa nggak enak."

"Udah, nikmatin aja. Besok status lo bukan murid Gellius lagi, Pit," kata Jonathan. Dia gemar sekali mengolok Jasmine dengan sebutan Sipit walau mata gadis tersebut tidaklah sipit sama sekali. Bahkan jika gadis itu tersenyum, matanya akan membentuk bulan sabit yang terkesan manis.

"Jo, mata gue nggak ada sipit-sipitnya masih aja manggil gue kayak gitu," dengus Jasmine.

"Panggilan sayang, asek lah!"

"Mau mati lo?" Jauzan menatap tajam Jonathan.

"Ehehe, cuma bercanda, Bos!" Jonathan mengkeret di tempatnya.

"Kalian nggak perlu khawatir. Gue bakal jagain Je dari para dementor dan patogen di Duaja Wijaya," sela Camelia sembari menikmati bakso bakarnya. Dia adalah salah-satu murid di SMA Duaja Wijaya.

"Awas aja kalo Jela sampe kenapa-napa. Gue jadiin prekedel terus gue deportasi lo ke Krusty Krab!" Kaisar mengancam dengan nada berkelakar.

"Alah, bacot amat lo jadi cowok!" Shana mencerca Kaisar dengan ganas.

Kaisar mendelik menatap kembaran tak identiknya itu. "Eh, kutil. Mulai durhaka, lo, ya, sama Abang sendiri!"

Shana menjulurkan lidah mengejek. "Sori. Kayak gue peduli aja."

Kaisar mencengkram pelan kedua sisi wajah Shana. Membuat wajah gadis berpipi tembam itu sedikit terlihat aneh. "Ngomong kasar sekali lagi, gue aduin ke papi biar jatah duit jajan lo bulan ini dikasih semua ke gue!"

"Enak aja! Kalo lo ngerasa kere ya tinggal jaga lilin kayak biasa! Biar Jojo yang jadi babinya," seloroh Shana setelah berhasil melepaskan cengkraman tangan Kaisar dari pipinya.

Jonathan melotot. "Heh! Sembarangan kalo ngomong. Yakali gue keliling komplek sambil bilang di kobok-kobok airnya di kobok-kobok."

"Ya bagus, dong! Kali aja cewek-cewek yang demen mangkal depan komplek pada mabok denger suara lo. Bisa lo culik terus bawa pulang, dah, tuh. Biar jadi mantunya bunda Agesa!"

"Lo kira gue hiholo."

"Gigolo, Jon! Bukan hiholo!"

"Itu namanya typo, Mbem!"

"******! Lo tuh pengen banget, ya, gue ngomong kasar di sini? Hah?"

"Halah, jadi cewek nggak usah sok jaim, lo. Kalo mau ngomong kasar, ya ngomong aja kali!" Balas Jonathan lagi.

"Nyebelin!"

Semua tergelak ketika melihat wajah Shana yang semakin memerah lucu. Di antara mereka berlima memang Shana, Kaisar dan Jonathan lah yang paling bisa mencairkan suasana.

Jasmine menatap teman-temannya yang masih tergelak penuh canda dengan tatapan menerawang. Seandainya dia bisa menolak perintah orang tuanya. Besok dia harus kembali beradaptasi lagi dari awal. Tapi, setidaknya dia merasa beruntung karena di sana masih ada Camelia, sepupunya.

"Eh, foto, yuk. Terus share ke sosmed!" Shana berseru tiba-tiba. Dia meraih ponselnya dia atas meja dan membuka aplikasi kamera. "Jel, coba pose, terus nanti upload ke sosmed lo. Nanti biar gue repost di akun resmi Gellius."

Jasmine berdecak malas. "Nggak mau. Lo, kan, tahu sendiri kalo gue males banget buat kayak begituan."

"Lo kalo disuruh foto susah banget, dah!" Timpal Jonathan.

"Gue nggak terbisa pose, Jo!"

"Buruan pose!"

"Gak!"

Kaisar berdecak. "Zan, coba bilang ke Jela biar mau foto. Foto terakhir sebagai anak Gellius, nih!" Usulnya yang diangguki oleh Camelia dan Shana.

"Lebay amat lo. Nggak usah maksa bisa nggak?" Jasmine berkata sambil menatap kesal ke arah Kaisar.

Jauzan mengambil ponsel milik Jasmine dan membuka sandinya tanpa bisa Jasmine cegah. "Biar gue yang fotoin. Nurut."

"Jauzan, please!"

Jauzan menatap Jasmine dengan lembut. "Jangan buat mereka kecewa sama lo. Foto bareng aja, Mine."

Jasmine berdecak nyaring. Tapi kemudian dia hanya bisa pasrah. Lelaki itu terlalu keras kepala untuk di lawan. "Jangan cemberut."

Jasmine memutar berdecak malas. "Ya udah, iya!"

Jasmine segera berpose sambil tersenyum ke arah kamera. Bisa dilihatnya Jauzan yang ikut tersenyum manis ketika melihatnya berpose.

"Jela kalo sama Jauzan nurutnya minta ampun!" dengus Jonathan.

"Ye, sewot aja lo. Dasar jomlo!" sinis Camelia.

Jonathan mengambil kaca milik Shana yang tergeletak di meja lalu mengarahkannya je muka Camelia. "Wesh, ngaca dong lo, ngaca! Kayak lo punya mantan sebanyak gue aja!"

Camelia memberengut. "Dih, punya mantan banyak aja bangga!"

"Woo ya harus dong, Mbaknya!" Jonathan tersenyum dengan bangga.

"Cantik," ucap Jauzan ketika melihat foto hasil jepretannya. Dia menyerahkan ponsel pada pemiliknya.

"Apa sih!" Jasmine menyahut dengan malu-malu.

"Nah, sekarang kita foto bareng-bareng," seru Camelia.

Mereka mulai sibuk berpose dengan berbagai macam gaya.

Shana berseru, "Buruan posting, Je! Mau gue repost sekarang juga!"

"Iya-iya! Bawel banget jadi manusia." Jasmine memutar bola matanya sebal, tapi tak urung untuk segera memposting beberapa hasil jepretan di akun sosmednya.

Mereka terus berbincang-bincang membahas hal random mulai dari Togong, kucing milik Shana yang suka nabur benih sembarangan sampai membahas deretan mantan Kaisar yang membentuk aliansi untuk menghancurkan hubungan Kaisar di masa depan hingga membuat lelaki dengan rambut sedikit gondrong tersebut menjadi jomlo bapuk.

"Gue ke kamar mandi dulu, ya?" Ucap Jasmine tiba-tiba.

"Mau gue antar?" Tawar Jauzan yang mendapat gelengan dari Jasmine.

"Nggak perlu. Cuma sebentar kok."

Jauzan mengangguk singkat. "Oke. Take your time."

Jasmine tersenyum sebelum berlalu pergi. Dia menurun tangga ke bawah lalu belok ke kiri di mana kamar mandi berada. Dia membasuh tangannya di wastafel dan berumur setelahnya.

Baru saja dia hendak mengambil tisu yang terdapat di samping wastafel, tapi gerakan tangannya terhenti ketika dia mendengar sebuah suara yang aneh di salah satu bilik kamar mandi. Jasmine menolehkan kepalanya penasaran.

Jasmine tidak sepolos itu untuk tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh orang-orang itu. Bukan suara *******, tapi lebih ke geraman tertahan dan bunyi yang dihasilkan ketika dua orang saling berc---oh, dia menghentikan pikiran kotornya.

Sangat menjijikan.

Jasmine menyenderkan punggung di ujung wastafel kemudian memasang senyum miris menatap tempat di mana suara itu berasal. Di bilik paling pojok.

BLAK!

Suara pintu menjeblak sedikit nyaring. Jasmine melotot melihat seorang gadis seumurannya keluar dari bilik tersebut. Gadis itu menatapnya dengan sinis seakan-akan dia telah mengusik kegiatannya.

Hell ya. Memang apa yang Jasmine lakukan? Gadis itu menghentakkan kakinya, membuka pintu lalu keluar dan menutup pintu dengan sedikit sentakkan.

Apa maksudnya itu? Benar-benar tidak masuk akal.

Jasmine mengangkat sebelah alisnya dan memandang pintu hitam yang sudah tertutup itu dengan sorot remeh.

Jasmine hendak beranjak dari tempatnya sebelum sebuah tangan kekar menahan pinggangnya dan menyeret tubuhnya hingga menempel di tembok.

"AKHHH!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Halo, jika kalian suka dengan cerita ini, jangan lupa beri feedback dan follow penulis biar gak ketinggalan update-an yaa, terimakasih🥰 Jangan sungkan untuk berkomentar di lapak ini wkwk see u next chapter!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!