Ethrion keluar dari kamar ganti dengan pakaian rumahan yang terlihat santai. Dia mengusap rambutnya yang basah dengan sehelai handuk berwarna putih. Badannya terasa lebih segar setelah dia membersihkan diri.
Dia berjalan ke arah nakas di samping tempat tidur dan mengambil ponsel miliknya yang terus saja berdering. Dia membuka notifikasi pesan yang baru saja muncul di layar ponselnya.
Malam ini dia dan anggota inti Oberon lainnya ingin membahas masalah antara Oberon dan Proteus.
Kali ini mereka memilih membahas masalah itu di rumah Ethrion alih-alih membahasnya di markas Oberon seperti biasanya.
Dia menaruh handuknya asal kemudian turun ke lantai bawah menuju ke ruang TV.
Di sana ada Samudra, kakak laki-laki Ethrion yang sibuk bermain game konsol dengan hebohnya.
Dahi Ethion mengernyit. Jarang sekali dia melihat Samudra pulang ke rumah karena kakak laki-lakinya itu lebih memilih hidup mandiri dan tinggal di apartemen sejak dia mulai kuliah 4 tahun yang lalu.
"Lo beli PS baru lagi?" tanya Ethrion pada kakaknya. Dia ikut mendudukkan diri di sofa.
"Yoi," balas Samudra tanpa menoleh ke arah adik yang terpaut 5 tahun lebih muda darinya itu.
"Yang lama lo buang kemana?"
"Gue hibahin ke Andreas."
Ethrion berdecih. Andreas adalah salah satu sohib Samudera. Mereka sudah berteman sejak SMA bahkan dulu Andreas sering kali menginap di rumah ini.
Pertemanan antara Samudra dan Andreas benar-benar awet hingga sempat membuat Ethrion curiga bahwa keduanya merupakan sekumpulan makhluk homofili abad 21. Kemana-mana selalu terlihat berdua, bahkan mereka juga membangun bisnis bersama.
Untung saja kecurigaannya terbantahkan ketika satu tahun yang lalu kakaknya membuat heboh dengan membawa seorang gadis dan memperkenalkannya sebagai kekasih di depan seluruh keluarga besar Al Abrar.
Dua bulan setelah itu Samudera resmi bertunangan dengan perempuan yang kini menyandang status sebagai calon kakak iparnya.
Setidaknya, kini dia merasa lega karena Samudera dan Andreas bukan termasuk sekumpulan makhluk homofili berkromosom XY dari abad 21.
Dari arah dapur muncul Bi Imah yang berjalan ke arah Ethrion dan Samudra dengan membawa segelas jus jeruk di atas nampan.
"Den Sagara mau Bibi buatkan cokelat hangat?" tawar Bi Imah begitu mendapati Ethrion. Dia meletakkan segelas jus jeruk itu di depan Samudra.
Ethrion mengangguk.
"Kalau begitu, Bibi buatkan dulu." Bi Imah langsung bergegas pergi ke dapur dan membuatkan segelas cokelat hangat yang menjadi kesukaan tuan mudanya itu.
"Papa, mama sama Thalassa kapan balik dari Auckland?" tanya Samudra. Dia mempause gamenya dan menenggak minuman miliknya hingga setengah.
"Sampai keadaan Thalassa dan grandpa baik-baik aja," jawab Ethrion. Ada gurat penyesalan di wajahnya. Dia mengambil secangir cokelat hangat yang disodorkan Bi Imah lalu menyeruputnya perlahan.
"Gue percaya lo bisa urus masalah ini sampai selesai." Samudera menepuk pelan bahu Ethrion. Dia mematikan Play Station-nya sebelum beranjak pergi ke kamar. Meninggalkan Ethrion yang kini diliputi rasa bersalah yang berkecamuk di dada.
Ethrion menghela napas pelan sembari menyenderkan bahunya di punggung sofa. Samar-samar telinganya mendengar suara beberapa orang dari arah pintu depan.
Anggota inti Oberon sudah datang.
"Hoi, Yon!" sapa Cakra. Dia melakukan tos dengan Ethrion, diikuti yang lain.
Mereka ikut duduk di sofa.
"Wuih, lo beli PS baru lagi, Yon?" seru Abrisam.
"Abang gue yang beli," jawab Ethrion disertai dengusan.
Abrisam menggeleng kagum. "Gila. Abang lo masih doyan aja main game konsol kayak gini."
"Sam! Kita ke sini bukan buat bahas itu!" decak Gasten yang membuat Abrisam mendelik seraya mencebikkan bibir.
"Gimana jadinya, Yon?" tanya Kares yang berinisiatif memulai topik pembicaraan yang sesungguhnya.
"Gue belum yakin sama pelakunya."
"Lobi aja si Jasmine biar kita makin yakin. Dari awal dia masuk ke SMA kita, gue udah mulai curiga sama dia. Jangan-jangan, dia pindah ke sekolah kita emang ada maksud terselubung?" Cakra berkata dengan raut curiga.
"Lo yakin dia ada hubungannya sama Proteus, Cak?"
"Res! Lo liat sendiri kalo tempo hari dia bareng sama anak Proteus di kafe abangnya Rion!"
"Lo jangan asal tuduh dulu. Jasmine orangnya kayak cuek gak banyak omong gitu." Kares mencoba untuk tidak berburuk sangka.
"Justru itu! Inget pepatah, jangan nilai buku dari sampulnya," ucap Cakra menggebu-gebu. "Asal kalian tau, kebanyakan yang kayak Jasmine gitu justru lebih bahaya."
Entah reflek atau apa, manik hitam Ethrion menatap tajam ke arah Cakra yang mendumel. Ingin sekali dia menyumpal mulut Cakra dengan bogeman tinjunya.
Kedatangan Bi Imah yang membawa minuman dan cemilan mengalihkan fokus mereka.
Ethrion segera berdiri menghampiri Bi Imah. "Biar Gara aja, Bi."
"Den Sagara meni baik pisan." Bi Imah mengulas senyum dan menyerahkan nampan penuh makanan dan minuman itu dengan hati-hati. "Kalau begitu, Bibi kembali ke dapur dulu. Mangga, Den."
Ethrion mengangguk. Dia menaruh makanan dan minuman itu di tengah meja sebelum kembali duduk ke tempatnya semula.
Kini mereka kembali fokus.
"Udah, lo nggak usah ngelobi si anak baru itu cuma buat tau siapa leader baru Proteus sekaligus dalang yang bikin Isabelle celaka," jelas Abrisam.
Kares mengangguk setuju. "Lagian, kita udah pegang bukti CCTV dan posturnya mirip banget sama orang itu. Motor yang dia pake juga sama."
"Terus, kondisi Isabelle gimana?" tanya Abrisam.
Gurat kaku tergambar jelas di wajah Ethrion. Dalam sekejap dia bisa merasakan amarah yang meluap di dalam dirinya. "Dia masih trauma."
"Selama ada lo, gue yakin dia pasti baik-baik aja." Gasten menepuk bahu Ethrion, mencoba untuk menenangkan.
Jika menyangkut Isabelle, cowok di sampingnya ini mudah sekali hilang kendali. Apalagi setelah kejadian yang memicu permusuhan antara Oberon dan Proteus kian memanas. Ethrion marah karena gagal menjaga seseorang yang telah memiliki separuh jiwanya itu.
Di tempatnya, Kares mengambil ponselnya dan memutar lagi video CCTV yang terpasang di depan markas. Lalu dia memutar video CCTV yang berada di parkiran Trendy's melalui ponsel Gasten.
Dia menghentikan kedua video itu tepat ketika layar sama-sama menampilkan seseorang yang mengendarai moge berwarna hitam-silver yang terlihat khas dan mencolok.
"Plat motor di video CCTV parkiran Trendy's lumayan jelas. Tapi di video satu lagi malah nggak begitu kelihatan jelas. Mukanya juga ketutup helm," ungkap Kares. Dia telah melihat video itu berulang kali.
"Intinya, yang kelihatan sama persis cuma helm sama motor yang dia pake." Gasten ikut menambahi.
Mereka menghela napas berat. Bukti itu belum cukup untuk mengidentifikasi si pelaku. Mereka tahu kalau itu sama saja dengan jalan buntu!
"Cowok itu, dari gelagatnya, gue rasa dia punya something sama Jasmine," ungkap Cakra menebak-nebak.
Ethrion menggeram ditempatnya. Dia tidak suka dengan apa yang Cakra ucapkan.
"Dia ... gue lupa." Gasten mengernyit. "Siapa namanya?"
Manik Ethrion menggelap. "Namanyaㅡ" Dia mengetatkan rahangnya seraya mengepalkan tangan.
"Jauzan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments