Ketika Tuan Kino menunggu lift terbuka, Fox pun berjalan menuju lift dimana Tuan Kino berdiri mendorong kursi roda Tamarin. Lift pun terbuka dan Tuan Kino masuk dan Fox yang terlambat sekitar satu menit kemudian naik menggunakan lift yang berada di sebelahnya dan langsung menuju lantai puncak.
Mereka sama-sama menaiki lift menuju puncak apartemen namun menggunakan lift berbeda dan bersebelahan. Tamarin yang tubuhnya masih lemas bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Setelah berada di lift yang bersebelahan untuk beberapa menit kemudian. Lift yang di dalamnya ada Tuan Kino dan Tamarin terlebih dahulu terbuka. Tuan Kino kemudian mendorong kursi roda Tamarin keluar dari lift dan menuju apartemen miliknya.
Selang lima menitan lift yang didalam nya ada sosok Fox terbuka. Terlambat sedikit, karena ada orang yang menekan tombol dan bergabung dengan lift yang dimana ada sosok Fox yang sedang berdiri di dalam lift.
Dengan cepat Fox yang dengan gelisah memegangi ponselnya karena baterainya habis. Pekerjaannya sedikit terganggu karena dia lupa membawa charge saat memantau proyek di luar kantor. Mau tidak mau, dia akan mencharge ponselnya di apartemen miliknya.
Dia yang berjalan menuju lorong apartemen yang hanya terdapat ruangan ekslusif yakni terdapat tiga buah apartemen pribadi untuk ayahnya, ibunya dan dirinya.
Fox samar-samar merasa seperti pintu apartemen milik ayahnya baru saja ditutup. Dia berdiri dan memperhatikan terus pintu apartemen milik ayahnya untuk sesaat. Tapi kemudian dia menepisnya karena tidak mungkin ayahnya berada di sini. Dia lantas berjalan meninggalkan depan pintu yang baru saja dia tatap untuk sepersekian detik.
" Istirahat disini dulu ya Tamarin." Tuan Kino yang memindahkan tubuh Tamarin di atas ranjang apartemen miliknya.
Tuan Kino yang memandangi lekat wajah menantunya itu dan membelai rambut kepala menantunya dengan jari telunjuk kiri miliknya. Merapikan rambut milik menantunya yang menutupi sekitar wajah dan matanya.
Tidak menyangka, untuk kedua kalinya dia berada sangat dekat dan sangat intim dengan menantunya. Banyak kesempatan yang sulit untuk dia kendalikan terlebih dirinya yang haus akan belaian dari Nyonya Mint yang sibuk dengan pekerjaannya dan karirnya.
Sengaja Tuan Kino tidak menyalakan lampu bahkan membuka jendela apartemen miliknya. Dia tetap tidak bergeming dari memandangi wajah menantunya dan duduk di tepi ranjang hingga tak berjarak dengan tubuh menantunya yang sedang terbaring di dekatnya.
" Sayang." lenguhan Tamarin yang memanggil-manggil suaminya Fox. Entah sadar atau tidak sadar Tamarin langsung memeluk tubuh kekar milik ayah mertuanya yang hanya bisa menelan ludah dengan nafas yang sangat sulit.
Tamarin dengan spontan langsung mencium bibir Tuan Kino yang dia pikir adalah Fox suaminya.
Entah mengapa hasratnya bercinta begitu menggelora setelah dia merasakan sentuhan hangat dari pria kekar di depannya yang dia kira adalah Fox suaminya.
Gelapnya ruangan memang membutakan Tamarin yang keinginan bercintanya memuncak di ubun-ubun kepala.
" Tamarin." lirih Tuan Kino yang tidak berdaya karena pakaian nya dilucuti secara brutal oleh kedua tangan nakal Tamarin.
" Aku sudah sembuh sayang, percayalah. Aku sudah tidak tahan lagi." seru Tamarin dengan sangat antusias dan agresifnya memainkan bibir dan jemari nakal yang sudah dia mainkan sejak tadi.
Sementara Tuan Kino yang merasa entah beruntung atau harus merasa bersalah dengan putra dan istrinya atau bahkan Tamarin juga karena dengan sangat menyukai permainan ranjang dengan menantunya.
Tuan Kino yang tidak ingin mengecewakan Tamarin. Tuan Kino bermain sangat lihai dan mungkin bahkan Fox tidak pernah bisa melakukannya.
" Sayang mengapa sepertinya ada yang berbeda dari permainan kita sebelumnya?"
" Tapi kamu suka kan?" tanya Tuan Kino yang terus memacu adrenalin nya sampai olahraga siang ini berlanjut hingga sore hari dan berlangsung sangat lama keduanya hingga berakhir dengan kata puas dan saling memuaskan.
Hingga tubuh keduanya lemas dan berakhir dengan terpejam nya masing-masing mata mereka dengan pelukan hangat lengan kekar milik Tuan Kino kepada Tamarin dibalik selimut tebal berwarna putih.
Lenguhan pertama dari Tamarin setelah membuka matanya perlahan. Meminggirkan lengan kekar milik suaminya dia kira.
Jari telunjuknya dia pergunakan menggerayangi tombol lampu supaya kamar lebih terang.
" Sayang bangun!" dengan refleknya dia bicara dengan keadaan tubuh polos dan berdiri sambil merapikan rambut semi coklat miliknya.
" Ehm ... " reaksi Tuan Kino memicingkan mata.
" Aaaaaa." jeritan kagetnya minta ampun dari seorang Tamarin yang melihat wajah ayah mertuanya.
Rasanya ingin pingsan, apalagi nafasnya sesaat bagaikan terhenti karena tubuhnya yang polos sudah tidak bisa dia tutupi. Tidak ada kesempatan untuk berlari atau bahkan menghindar dari kenyataan sepasang mata ayah mertua yang tertegun melihat tubuh polosnya.
Cetek
Suara tombol lampu yang coba dia tekan kembali untuk dia padamkan. Langkah kakinya mencoba menggerayangi apapun yang bisa untuk menutupi tubuh polosnya. Suara sumbang diikuti sesak sengal tidak karuan yang coba dia atur untuk tidak panik menghadapi kenyataan ini.
" Untuk apa anda di sini? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa anda di sini?" pertanyaan cepat dengan nafas sengal panik itu memberondong habis pria yang saat ini masih duduk di atas ranjang.
" Tamarin akan saya jelaskan." Tuan Kino yang mencoba untuk bicara namun semuanya di potong oleh perkataan Tamarin yang panik dengan sendirinya.
" Tidak ... tidak ... bagaimana dengan Fox suamiku, bagaimana? bagaimana ini?" Isak tangis Tamarin mulai keluar terdengar.
" Tamarin kamu tenang dulu Tamarin!" Tua Kino berusaha menenangkan Tamarin yang panik.
" Bagaimana bisa tenang?" sentak Tamarin yang tidak menggubris kalau sedang berhadapan dengan ayah mertuanya.
Cetek
Suara tombol lampu yang dia tekan dan hidupkan kembali.
" Aaaaa." jerit Tamarin kembali terkejut karena ternyata dia memakai kemeja ayah mertuanya. " Hah ... hah ... hah ... " nafasnya sengal kembali. Kedua tangan nya menutup matanya hingga bingung apa yang harus dilakukannya.
" Itu karena kamu panik Tamarin." Tuan Kino yang ingin tertawa kecil namun menahannya.
" Hikz ... hikz ... hikz ... " Isak tangisnya pecah menggema ke seluruh sudut apartemen. Tubuhnya terkulai luruh hingga tak berdaya lagi dan akhirnya menangis di atas lantai.
Ayah mertuanya juga ikut bingung melihat Tamarin yang menangis tidak kunjung berhenti. Jari-jari tangannya ingin mencoba menyentuh rambut kepala atau lengan atau bahu atau apa saja yang bisa menjadikannya tenang dan tidak menangis lagi.
Namun Tuan Kino mengurungkannya karena menurutnya menantunya itu butuh waktu untuk sendiri.
Sementara dia membiarkan Tamarin menangis seorang diri dan Tuan Kino bebersih di dalam kamar mandi.
Fox yang sudah selesai mengisi penuh baterainya kemudian keluar dari apartemen dan berjalan melewati lorong untuk menuju lift.
Seperti tadi ketika dia naik apartemen miliknya. Dia juga harus naik lift kembali untuk menuju lantai dasar dan menekan tombol bertuliskan huruf G yang berarti Ground sebagai lantai paling bawah dan langsung tertuju pada parkiran mobil.
Namun seketika matanya membelalak karena dikejutkan oleh pegawai-pegawai dari toko brand ternama yang membawa paper bag cukup banyak dari masing-masing brand yang ingin naik entah menuju ke lantai berapa.
Sementara dia harus turun dari lift dan meninggalkan para pegawai dari masing-masing brand ternama melanjutkan entah naik ke lantai berapa mereka akan membawa belanjaan yang sangat banyak itu, hingga memenuhi lift.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
naisa strong
😂🙏 maaf ya kakak, Oya kak baca juga Karyaku yang Delapan Tahun Pernikahanku 😘
2022-11-09
0
Nunung Sutiah
belibet bacanya,..
2022-11-09
0