" Yang mana yang sakit?" Tuan Kino berusaha menyentuh kaki mulus jenjang milik menantunya itu dengan kedua tangannya.
Tamarin sedikit terkejut melihat aksi ayah mertuanya. Dimana tadi pagi dia diperlakukan begitu rendah dan hina dimata suami dan istrinya, begitu pula dimata semua penghuni rumah dan seisinya termasuk semua benda mati yang tidak bisa bicara dan menolongnya.
Retina matanya tidak berkedip melihat tiga ratus enam puluh derajat sikap ayah mertuanya jauh berbeda dari yang tadi pagi di lihat dan di dengarnya hingga dia menangis dan memutuskan untuk berenang.
" Aku menolong mu karena aku tidak tahu jika yang tenggelam itu kamu." Sanggahan pria gengsi yang sudah sering didengar jika berhadapan dengan musuh jika terlihat kebaikannya.
Kamu tetap baik ayah mertua. Pada kenyataannya, engkau masih terlihat dan membiarkan aku bernyawa. Padahal kamu bisa meninggalkan ku dan tidak perduli dengan nyawaku jika kamu mau. dalam hati Tamarin berbicara.
" Sini." Tuan Kino yang memberikan kedua lengannya di udara.
" Mau apa?" Tamarin yang bingung dengan maksud ayah mertuanya. Namun kedua lengan itu seperti orang yang menawarkan bantuan untuk dirinya di gendong karena kakinya keram tidak bisa di gerakkan apalagi berjalan.
" Ya kalau bisa jalan, lupakan tawaranku." ujarnya dengan menarik kembali lengan yang sudah dia siapkan untuk menggendong Tamarin.
Entah mengapa?
Menatap wajah berikut bola mata kecoklatan milik ayah mertuanya membuat Tamarin sulit menelan ludah dan sulit bernafas seperti biasa. Aliran darahnya terasa berhenti seketika, apalagi mengingat tawaran tak pantas yang tidak semestinya dia tawarkan namun itu adalah pilihan terakhirnya.
Apalagi jika mengingat hubungannya yang tidak diterima olehnya. Membuat seperti semesta berbicara untuk keduanya lebih dekat supaya lebih mengenal satu sama lain sehingga ayah mertuanya tidak sangat membencinya padahal belum mengenalnya.
" Okay." jawab Tamarin untuk melupakan rasa canggung demi melunakkan hati mertuanya yang sekeras batu. Seolah sifat manjanya keluar dan mengulurkan kedua lengan untuk dirinya siap digendong oleh ayah mertuanya.
Dan benar saja, tanpa butuh waktu lama Tuan Kino langsung memapah tubuh Tamarin ala bridal dan Tamarin melingkarkan kedua lengannya pada leher Tuan Kino.
Deg
Suara jantung keduanya seperti berhenti berdetak sementara. Terlebih jika pupil mata saling bertatap untuk waktu kurang lebih satu detik saja. Seluruh saraf tubuh keduanya seperti tak berfungsi semestinya.
Tamarin seperti acuh dan mengabaikan rasa malunya. Itu semata dia lakukan supaya melunakkan hati keras bagai batu milik ayah mertuanya. Dengan begitu, jika keakraban kecil saja dia bisa wujudkan. Hubungan anak antara Fox dan Tuan Kino pasti membaik pula.
Setelah satu detik keduanya merasakan tidak percaya. Mengapa bisa dia yang benci wanita melarat ini? tiba-tiba siang ini dia bahkan memapahnya dengan sangat dekat. Bahkan seperti tidak ada kebencian lagi antar keduanya karena terkikis oleh rasa kasihan karena keram.
Tuan Kino lantas masuk ke dalam rumah dengan berteriak. " Bi, tolong ambilkan minyak tawon untuk mengurut kaki nona Tamarin." perintah Tuan Kino kepada salah seorang asisten rumah tangga.
" Iya tuan." jawab bibi sudah tidak sempat mikir aneh-aneh lagi. Dia langsung mengambil minyak tawon menuju ke lemari penyimpanan obat-obatan dalam rumah besar itu.
Sementara Tuan Kino yang ternyata membawa masuk ke dalam kamar nya dengan Nyonya Mint yang membuat Tamarin sedikit bingung.
Lho, kok aku dibawa di kamarnya. Kenapa tidak di kamarku? Oh mungkin dia tidak terbiasa. Okay ...batinnya Tamarin bermonolog.
Setelah membuka pintu dan untuk pertama kali Tamarin masuk ke dalam kamar Tuan Kino dan Nyonya Mint.
Tamarin yang takjub melihat kamar nya Tuan Kino dan Nyonya Mint yang dua kali lebih eksklusif jika dibandingkan kamarnya yang sudah di anggapnya mewah.
Tamarin mengedarkan sepasang bola mata ke seluruh sisi kamar mertuanya.
" Kamu sebaiknya berbaring di sini dulu. Tunggu bibi selesai ambilkan minyak tawon supaya kaki mu yang keram bisa di urut dan cepat sembuh." ujar Tuan Kino yang meletakkan tubuh Tamarin di atas ranjangnya tepat dimana tepi ranjang tempat dimana dia biasanya tidur.
" Iya tuan terimakasih." jawab Tamarin yang masih tidak enak hati dengan bantuan ayah mertuanya sambil masih mengedarkan pandangan ke sekitar.
Tuan Kino kemudian mengambilkan handuk berwarna putih dan mengulurkan handuk itu kepada Tamarin. " Pakai ini dan keringkan badanmu! lalu kamu pakai ini!" Tuan Kino juga memberikan handuk berbentuk kimono untuk dipakai oleh Tamarin supaya menutupi lekuk tubuh seksi dan bekas jeratan cinta dari suaminya.
Setelah mengeringkan rambut dan badannya, Tamarin langsung memakai handuk berbentuk kimono untuk dikenakannya.
" Tuan Kino." panggil bibi dari balik pintu.
" Masuk bi!" jawab Tuan Kino yang tidak bergeming dari tempat duduknya.
Bibi kemudian masuk ke dalam kamar. " Ini tuan minyak tawon nya."
" Terimakasih bi. Oh ya, buatkan aku kopi hitam lagi!"
" Baik Tuan." Bibi kemudian pergi dari kamar Tuan Kino yang membuat Tamarin terheran kembali.
Lho, kok bibi pergi. Bukannya harusnya dia masih ada disini buat mengurut kaki ku. Sepasang mata membulat dengan lebih terbuka lebar untuk beberapa saat.
Sementara Tamarin yang sedari tadi memperhatikan ayah mertuanya, Tuan Kino lantas menghampirinya yang sedang duduk di tepi ranjang. " Bagian mana yang keram?" tanya Tuan Kino yang kemudian duduk dan memangku kedua kaki jenjang putih bersih nan mulus terlebih kutek berwarna soft menghiasi sepuluh jari kaki yang telanjang milik Tamarin.
Tamarin yang terkejut namun tidak bisa menolak jika kedua kakinya di pangku oleh ayah mertuanya. Bahkan posisi duduk mereka hanya berjarak kurang lebih hitungan centimeter karena sebagian paha juga dia letakkan dalam pangkuan Tuan Kino. Sebenarnya dia ingin berlari dari kamar milik Tuan Kino. Tapi karena kaki sebelah kanannya keram, membuat dia mau tidak mau, suka tidak suka harus tetap nurut dengan ayah mertuanya.
lagi-lagi jantung ini serasa berhenti. Menatap pelipis sebelah kanan dengan tulang rahang berbulu tipis dan bertelanjang dada. Apalagi hanya menggunakan celana boxer berwarna hitam. Tamarin tidak menyangka jika mertuanya yang akan mengurut kaki keram nya.
" Sampai kapan kamu akan melamun?" Tuan Kino yang meluruskan pandangannya ke wajah Tamarin yang masih terkejut.
" Em- maaf Tuan, sebelah kanan." Tamarin yang tadinya belum jernih berpikir dan lupa apa yang ditanyakan oleh ayah mertuanya. Tiba-tiba langsung ingat dan menjawab lancar.
Dengan lembut sepuluh jemari kekar itu mengurut kaki sebelah kanan Tamarin.
" Kalau terlalu keras kamu bilang." ujar Tuan Kino kepada Tamarin.
" Iya." Meskipun posisi kali ini dia tidak nyaman, tapi entah mengapa tangan kekar lembut itu mengurut kaki dan betis Tamarin hingga dia menyandarkan kepalanya di bantal yang dia atur lebih tinggi hingga membuat kedua kelopak matanya terpejam.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments