" Tapi sayang."
Tamarin yang menyentuh pipi kanan suaminya dan melekatkan pandangan " Sudah ... kita sebaiknya masuk kamar."
Membuat Fox tidak bisa menolak titah istri yang sangat dicintainya itu. Meskipun baru saja mereka menikah. Namun perjuangan cinta keduanya mengalahkan Romeo dan Juliet.
Fox dan Tamarin kemudian melangkah pergi menuju kamar Fox yang berada di lantai dua meninggalkan ayah dan ibunya yang menjadi penonton kemesraan mereka berdua.
Lirikan dari sudut mata kiri Fox tertuju kepada ayah dan ibunya saat dia dan Tamarin menaiki satu persatu anak tangga untuk menuju lantai dua.
Setelah jejak bahkan punggung keduanya lenyap dari pandangan mereka. Tuan Kino tidak habis pikir dengan tindakan putranya yang bisa mencoreng nama baik keluarga besar karena telah menikahi wanita melarat seperti Tamarin.
" Lihat itu kelakuan putramu!" amarah Tuan Kino memuncak tepat dihadapan wajah Nyonya Mint. Dia lantas pergi meninggalkan istrinya yang masih berada di ruang keluarga.
Sementara Nyonya Mint ... memandang dari kejauhan pintu kamar milik putranya untuk lima menit. Setelahnya dia bergegas melangkahkan kakinya menyusul suaminya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar.
.
.
Di dalam kamar pengantin. Tidak ada taburan bunga mawar di atas ranjang putih besar. Fox yang masih geram dengan ayahnya.
" Ayah memang tidak pernah berubah. Dia selalu memandang semuanya dengan uang." geram Fox mengeratkan seluruh gigi dalam mulutnya.
" Sudahlah, apa kamu tahu? tidak ada hal yang membahagiakan selain malam ini." Tamarin yang tersenyum lebar memeluk suaminya dari belakang. Menempelkan pipi kiri pada punggung kekar milik suaminya.
Fox yang menyentuh sepuluh jemari milik Tamarin ... lalu memutar badan tanpa melepaskannya. Melekatkan tatapan mereka tanpa jarak. Melonggarkan urat yang sempat menegang karena perkataan panas ayahnya. Fox kemudian memeluk erat tubuh Tamarin dan memberikan kecupan pada puncak kepala yang berada tepat sejajar dengan janggutnya. " Jangan hiraukan perkataan ayahku ya!" Fox yang tak enak hati dengan sikap ayahnya.
" Tidak apa, aku pasti bisa mengambil hati ayah mertua." lirih Tamarin dalam dekapan suaminya.
Fox perlahan melepaskan dekapannya. Memberikan senyum spesialnya kepada wanita yang dicintainya. Hingga malam pengantin tidak begitu suram meskipun tidak adanya restu dan tidak datangnya kedua orang tua Fox untuk menghadiri undangan pernikahannya.
Karena Tamarin sangat mengerti dari awal bahwa jalinan cinta mereka banyak menemukan hambatan. Bisa pada posisi seperti ini saja, dia sudah sangat beruntung. Mengingat dia sebatang kara setelah kepergian mendiang ayah dan ibunya. Dicintai oleh Fox adalah kebahagiaan tersendiri dalam hidupnya. Terlepas Fox adalah anak salah satu konglomerat Indonesia.
Malam yang anggaplah sedikit suram itu berubah menjadi penuh cinta seketika. Perasaan yang sempat bersitegang dan gemuruh panas yang hinggap di telinga semua luruh terlupakan. Bersamaan dengan puncak hasrat Fox yang sudah tidak tahan untuk membelah buah durian.
.
.
" Sebaiknya ayah tidak sekeras itu terhadap Fox." Nyonya Mint yang mengambil piyama berbentuk kimono miliknya.
Tuan Kino yang sudah selesai berganti piyama tidur dan baru akan naik ranjang untuk beristirahat. " Bela saja terus anakmu!" ujarnya dengan mengatur posisi tidurnya.
Nyonya Mint hanya bisa menghela nafas panjang dan menggeleng kepala berulang jika mengahadapi suaminya itu. Dengan maksud memberikan kebebasan pada putranya untuk menentukan pilihan hidupnya dengan siapa dia harus memperjuangkan cintanya.
.
.
Keesokan hari.
Tamarin menggeliat di balik selimut berwarna putih tebal. Isi kepalanya ... tertulis dia tinggal di rumah mertua. Meskipun dia tinggal di rumah bak istana yang dikelilingi banyak asisten rumah tangga. Dia enggan berpangku tangan, meskipun suaminya tidak memperbolehkan dia menyentuh pekerjaan rumah sekecil apapun itu. Namun jika mengingat ayah mertuanya yang galaknya minta ampun, itu membuat Tamarin harus berpikir keras untuk mengambil hati ayah mertuanya.
Tamarin yang menempelkan bibirnya ke kening pria baik yang sudah menjadikannya istri. Memberikan sentuhan ciuman manis untuk pria yang baru satu malam resmi menjadi suami untuknya.
Tamarin yang pergi mandi dan berganti pakaian lalu keluar kamar menuruni anak tangga menuju lantai dasar. Menghampiri para asisten rumah tangga yang sibuk mengerjakan tugas rumah. Tamarin memilih dapur untuk tangan nya bertugas karena sedikit banyak masakan nya sangat disukai oleh Fox meskipun itu hanya nasi goreng.
Tamarin memaksa untuk dirinya hanya sekedar membantu di dapur meskipun bibi tidak memperbolehkan karena takut jika dirinya kecipratan minyak dan pasti suaminya akan menegur bibi.
Karena Tamarin terus mendesak, bibi akhirnya menyerah dan memperbolehkan Tamarin membantunya memasak di dapur.
Tamarin dan beberapa asisten rumah tangga akhirnya memulai aktivitas masak di dapur untuk persiapan makan pagi sekeluarga.
Hingga semua masakan sudah terhidang sempurna di atas meja makan. Wajah cantik Tamarin terlihat puas dengan apa yang dia kerjakan meskipun itu adalah hal sepele dan sudah sering dia kerjakan.
Sampai dimana langkah Tuan Kino dan diikuti Nyonya Mint yang berada di belakangnya sampai di dekat meja makan.
" Selamat pagi Tuan ... Nyonya." tidak sungkan untuk Tamarin sedikit membungkuk dan memberi salam penghormatan kepada pemilik rumah yang sekarang menjadi tempat tinggalnya. Terlepas sebenarnya dua sosok yang berdiri itu adalah ayah dan ibu mertuanya.
Wajah terkejut keduanya. Mengapa bisa Tamarin sudah sepagi ini bangun dan meninggalkan suaminya yang masih berada di dalam kamar.
" Tamarin." Nyonya Mint yang menghampiri menantu dari putra kesayangannya dan memberikan pelukan hangat dengan mengelus punggung milik Tamarin.
" Nyonya Mint." balas Tamarin yang menerima pelukan hangat ibu mertuanya itu. Pelukan penerimaan yang terasa teduh sekaligus sedikit menenangkan hati Tamarin ketika ayah mertuanya bersikap dingin kepadanya.
Nyonya Mint perlahan melepaskan pelukannya. Sepasang bola mata keduanya saling bertukar tatap. Jangan panggil saya Nyonya Mint! panggil saja, aku ibu mertua." ujar Nyonya Mint kepada menantunya.
" Tapi Nyonya ... "
" Sst ... " Nyonya Mint melepaskan pelukan terhadap Tamarin. Dengan masih memegang kedua pundak menantu barunya itu yang terlihat baik seperti tidak ada niatan jahat seperti ingin menguasai uang putranya. Melekatkan pandangan tepat pada retina mata Tamarin. " Seperti kataku, panggil ibu mertua."
Tamarin yang merasa tersanjung, sedikit lebih lega bahwa pernikahannya tidak sesuram yang dia bayangkan. Masih ada orang yang menerima keberadaannya masuk ke dalam keluarga ini. Tidak lain tidak bukan adalah ibu mertuanya.
" Duduklah! atau panggil suami mu untuk sarapan pagi bersama." Nyonya Mint memberi titah kepada Tamarin lewat gerakan dagu lancipnya.
Tidak selang lama, Fox melipat ujung kemeja yang dikenakannya. Menuruni anak tangga melihat istri nya sudah berdiri dan berkumpul bersama ayah dan ibunya sambil mengenakan jam tangan mewah untuk menunjang penampilannya.
Sepasang mata Tamarin dan juga Nyonya Mint tertuju pada sosok pria yang sedang menatap mereka dari ketinggian anak tangga. Fox sepertinya lebih santai menyikapi sikap ayahnya karena yakin jika istrinya itu akan pandai mengambil hati ayahnya.
" Itu dia!" Jari telunjuk beserta lirikan mata yang dia tujukan kepada Tamarin sebagai tanda keakraban menantu dan ibu mertua pagi ini.
Sementara Tuan Kino yang tidak suka dengan sikap istrinya yang dengan mudahnya menerima Tamarin untuk masuk dan bergabung dalam keluarga besarnya. Sikap Acuh dan dingin jelas terlihat dan tergambar dari raut wajah tidak suka yang ditunjukkan oleh Tuan Kino kepada Tamarin yang mendapat perlakuan manis dari Nyonya Mint.
Tuan Kino lantas menggeser kursi makan dan menyatukan genggaman sepuluh jemari yang dia letakkan di atas meja.
" Pagi Bu ... " Punggung tangan milik Nyonya Mint yang diraih oleh Fox putranya dan diciumnya. " Pagi sayang ... Cup." Fox yang lanjut mengecup kening istri yang baru dinikahinya belum ada dua puluh empat jam itu.
" Apa kamu mau ke kantor Fox? kan baru saja resmi menikah, bukannya honey moon." ledek Nyonya Mint kepada putranya yang seperti enggan meninggalkan pekerjaannya.
" Maunya sih begitu Bu, tapi ... "
" Ehem." Dehem pertama yang keluar dari mulut Tuan Kino sembari memegang garpu di atas piring yang belum terisi nasi ataupun roti tawar sebagai sarapan paginya. Lirikan mata kecoklatan milik Tuan Kino itu tertuju kepada semua anggota keluarga yang masih berdiri di samping kursi makan dan belum mendudukinya. " Sampai kapan aku harus menunggu kalian untuk sarapan?" nada pelan namun tajam syarat akan sindiran itu membuyarkan jawaban Fox kepada ibunya.
Jawaban mengapa dia tidak bulan madu adalah karena ayahnya pasti akan mengobrak abrik jadwal bulan madunya dengan Tamarin dan membuat bulan madu berantakan dan berakhir dengan kekesalan karena ayahnya pasti akan melancarkan sejuta cara untuk bagaimana dia tetap bekerja seperti hari ini yang nanti tepat sampai di kantor, dia sudah ada agenda meeting dengan perusahaan Singapura. Siapa lagi yang mengaturnya? kalau bukan ayahnya.
" Oh," Nyonya Mint tersenyum tiga senti. " Maaf ayah kita hampir lupa." Nyonya Mint lalu mengambil tempat untuk duduk dengan diikuti oleh Fox dan Tamarin yang duduk di samping suaminya.
Sikap Tamarin yang begitu manis mengambilkan nasi goreng buatannya dengan dibantu oleh bibi saat memasaknya membuat Nyonya Mint tersenyum bungkam tanpa menunjukkan deretan gigi putih yang berjajar rapi di mulutnya.
Begitu juga dengan Nyonya Mint yang menawarkan nasi goreng atau makanan lain atau juga roti tawar oles selai kacang kesukaan Tuan Kino suaminya yang akhirnya Tuan Kino meminta nasi goreng karena tampilannya sangat menarik karena sangat cocok dengan omelette yang tersaji di atas meja.
Suasana untuk sepuluh menit itu hening karena masing-masing diantara mereka sibuk untuk mengambil menu sarapan pagi. Hanya beberapa kali alat makan yang saling bersentuhan antar alat makan lainnya, sehingga menimbulkan bunyi pengganti selingan dari suara masing-masing orang yang terdiam menikmati makan.
Fox yang sudah beberapa sendok dan hampir menghabiskan nasi goreng yang menurutnya tidak asing di lidahnya. Sering waktu di kampus ketika mereka masih berpacaran, Tamarin selalu membuatkannya bekal makanan termasuk nasi goreng yang sedang dia nikmati pagi ini. Bedanya, nasi goreng pagi ini lebih banyak isi di dalamnya namun rasanya tetap juara di lidahnya.
" Hem, nasi gorengnya enak. Omelette nya juga. Semuanya enak." Dengan cepat Fox meletakkan alat makan di atas piring tanpa sedikitpun tersisa makanan yang tadi diambilkan oleh Tamarin. Dia kemudian menyambar satu gelas air putih yang tersaji di hadapannya dan meminumnya.
" Iya, tumben bibi buat nasi goreng spesial seperti ini dan juga omelette yang ngalah-ngalahin makanan hotel bintang lima." ujar Nyonya Mint yang selesai juga menikmati makan pagi nya. " Iya kan yah?" tanya Nyonya Mint yang menoleh ke arah suaminya yang masih menikmati nasi goreng berikut dengan omelette nya.
" Hem." Anggukan kepala berulang yang coba dijelaskan oleh Tuan Kino.
Sementara Nyonya Mint bisa membaca dan menerjemahkan jika Tuan Kino sangat menyukai nasi goreng dan omelette sebagai sarapan pagi ini.
" Ini pasti bukan bibi yang masak. Kamu kan sayang?" Fox yang menoleh ke arah kepala yang sedang tertunduk dan terlihat jelas belahan rambut kecoklatan milik Tamarin.
" Bukan, bibi yang masak. Aku hanya bantu saja. Mana mungkin aku bisa masak seenak ini." kilahnya Tamarin yang menatap suaminya dengan penuh keyakinan.
Sayang, kenapa kamu bilang sih kalau aku yang masak. Kalau ayah kamu tahu aku yang masak. Aku yakin dia pasti akan memuntahkannya di muka ku. gumam Tamarin dalam hati dengan gemas ingin membungkam mulut suaminya dengan sepuluh jemarinya.
" Oya ... Bi ... " Panggil Fox kepada salah seorang kepala asisten rumah tangga yang menangani dunia masak memasak.
" Iya Den." jawab bibi sambil berlari menuju meja makan.
Tamarin seketika panik. Tidak percaya jika Fox akan mempermasalahkan hal sepele pagi ini. Hanya perkara nasi goreng dan omelette saja, dia harus panggil bibi untuk meyakinkan nya siapa yang membuatnya.
" Siapa yang buat nasi goreng sama omelette nya?"
" Em-" bibi yang matanya lirak-lirik ke arah nona Tamarin yang sedang duduk di samping den Fox.
" Jawab."
Tamarin yang menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kepada bibi untuk tidak berkata jujur. Karena jika dia jujur hancurlah Mina. Tuan Kino pasti akan memuntahkannya dan enggan lagi sarapan satu meja dengan menantu melarat ini.
Please bibi! come on! huft. you can lie. harapan dalam hati seorang Tamarin.
" Sudah-sudah. Fox, ini hanya perkara nasi goreng dan omelette, tolong kamu jangan memperbesar masalah. Siapa yang memasaknya tidak penting. Yang terpenting, kita semuanya kenyang, masakan nya enak dan sekarang kita berangkat ke kantor." sahut Nyonya Mint yang berusaha mengubah situasi sedikit tegang berubah kendur.
Hah ... lega Tamarin ternyata Nyonya Mint lebih paham akan situasinya dibanding Fox suaminya.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Ristieriswanharti
tokohnya nama² permen hahahaa
mungkin author nya penyuka permen
2024-11-22
0
Halimah lim
mau suka tapi nama" tokonya bikin geli.lain x thor kalau bikin nama tokohnya yg bagusan biar pembaca jg semangat
2022-12-10
1