Bab 16

Terdengar suara Adzan berkumandang, Icha bergumam dalam selimut.

Dengan malas ia harus duduk, karena harus menunaikan kewajibannya. terlihat Bu Sintya juga Bangun dari tidurnya, karena mereka tidur berdua di kasur yang sama.

“Mama sudah bangun?” ujar Icha melihat mamanya sudah duduk.

“Iya, sayang. Ayo kita Shalat berjamaah,” ajak Bun Sintya kepada anaknya.

Icha tersenyum mengangguk, lalu mereka beranjak dari tempat tidur.

Bu Sintya membangunkan putranya di kamar lain, agar melaksanakan Shalat subuh berjamaah.

Mereka melakukan Shalat berjamaah di ruang tamu, Dika yang menjadi imamnya.

Setelah selesai, Icha dan ibunya berkutat di dapur untuk membuat sarapan pagi.

“Icha sebaiknya mandi saja Nak, biar Mama yang membuatkan sarapan.”

Icha tersenyum lalu mengangguk.

“Terimakasih Ma,” ujarnya memeluk Mamanya dari belakang.

Bu Sintya mengangguk tersenyum, walaupun saat ini ia bersama dengan kedua anaknya. Akan tetapi ia masih memikirkan suami dan putrinya yang ada di rumah.

Ia tidak benar-benar marah, hanya saja kecewa dengan sikap suaminya dan juga Anggun yang ternyata berbohong bahkan tega memfitnah adiknya sendiri.

Mereka sarapan bersama, di ruang tamu. Karena mereka baru pindah ke rumah sewa, hanya memakai peralatan yang seadanya.

Di rumah sewa tersebut, hanya kursi dan tempat tidur di setiap kamar yang di sediakan oleh pemiliknya.

Bu Sintya tampak hanya mengaduk-aduk makanannya, seperti enggan untuk memakannya. Padahal menu sarapan pagi ini nasi goreng kesukaan mereka semua, bahkan rasanya pun tidak terlalu buruk.

“Ma,” panggil Icha menyentuh pundak Bu Sintya.

“Eh iya. Kenapa Nak?” tanyanya sedikit terkejut.

“Mama sedang memikirkan Papa dan kak Anggun ya?” tebak Icha.

Icha sangat mengerti apa yang dipikirkan oleh mamanya saat ini.

“Maafkan Mama nak. Mama sempat meragukanmu, jujur Mama saat ini sangat kecewa,” lirihnya.

“Ma. Kecewa itu manusiawi, tapi jangan sampai berlarut-larut. Tidak baik memendam kekecewaan itu terlalu lama, kak Anggun juga anak Mama.”

Mamanya mengangguk, sedangkan Dika tersenyum mendengar ucapan adiknya yang begitu dewasa.

Bu Sintya memeluk putrinya, begitupun dengan Icha ia membalas pelukan hangat sang ibu.

Seminggu sudah berlalu. Namun, pak Heri belum berani datang menemui istrinya.

Belum ada keberanian menghadapi istri dan kedua anaknya.

Sudah seminggu juga, Anggun mengurung diri di kamar. Setiap hari pembantu di rumah masuk ke kamarnya untuk mengantarkan makanan.

Dino yang berjanji akan bertanggung jawab pun, tidak ada kabar selama seminggu ini. Hingga membuat dirinya semakin terpuruk, apalagi saat ini ia tidak tahu keberadaan Dino.

Sore ini, Icha tidak bisa di jemput oleh Abangnya. Karena baru saja mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan yang cukup ternama.

Karena semenjak kepergiannya dari rumah, Dika memutuskan untuk tidak ingin masuk ke kantor papanya.

Cukup lama Icha menunggu taksi di depan toko tersebut, akan tetapi tidak ada satu pun yang lewat.

“Icha, apa Abang mu tidak menjemput mu?” tanya Fahry yang bersiap ingin pulang.

Namun diurungkannya melihat Icha yang berdiri di pinggir jalan, sambil melihat ke kiri dan ke kanan.

“Abang banyak pekerjaan,” sahut Icha lembut.

“Oh begitu. Biasa jam sore begini, taksi sudah tidak ada. Jika Icha mengizinkan, aku bisa mengantarmu,” ajak Fahry.

Icha menimang ajakan Fahry yang ingin mengantarnya, bahkan ia masih celingukan melihat taksi.

Akan tetapi tidak ada tanda-tanda kedatangan taksi, ia menghela napas.

“Apa aku tidak merepotkan mu?” tanya Icha dengan hati-hati.

“Insya Allah tidak Ukhti,” tutur Fahry.

Akhirnya Icha mengangguk, karena hari juga sudah mulai gelap. Akan sangat bahaya, jika Icha pulang bersama orang yang tidak ia kenal.

Apalagi di kota tersebut, terkenal dengan kasus kejahatan cukup tinggi khususnya pada kaum hawa.

Icha naik ke motor tersebut, duduk di belakangnya. Icha menyisakan jarak di tengah-tengah mereka, untuk pertama kalinya Icha di bonceng oleh pria yang baru ia kenal.

Fahry mengendarai motor dengan pelan. Karena hari sudah menjelang magrib, bahkan adzan magrib pun sudah berkumandang.

Fahry mengajak Icha Shalat di mesjid yang searah dengan perjalanan mereka.

Icha mengangguk.

Setelah selesai Shalat magrib, Fahry lebih dulu keluar dari masjid ketimbang Icha.

Tidak lama Icha juga keluar dari masjid tersebut.

“Maaf, lama menunggu.”

“Tidak apa-apa. Aku baru saja tiba disini,” sahut Fahry kembali menghidupkan motornya.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka, tidak ada percakapan mereka hingga tiba di rumah Icha.

“Terimakasih sudah mengantarku,” ujar Icha memberikan helmnya.

“Sama-sama,” sahut Fahry sambil mengaitkan helmnya di motor miliknya.

Tak lama datang sebuah mobil yang tidak asing baginya, yaitu mobil abangnya Dika.

“Assalamualaikum...”

“Waalaikumsalam...” sahut Icha dan Fahry bersamaan.

Dika keluar dari mobil, melihat Fahry dan Icha juga baru tiba.

“Ada tamu ternyata,” ujar Dika.

“Iya Pak. Maaf saya sudah lancang membonceng adik anda, karena sudah sangat sore tidak ada taksi yang melintas,” ujar Fahry menjelaskan.

Dika tersenyum menepuk pundak Fahry pelan.

“Jangan terlalu formal, panggil aku Dika saja. Terimakasih sudah mengantar adikku ke rumah,” ujar Dika tersenyum.

“Sama-sama,” sahutnya.

“Icha, kenapa tamu tidak di bawa masuk? Ayo kita masuk dulu,” ajak Dika.

Namun, Fahry menolak sebab ia harus segera pulang.

“Maaf, Dika. Saya harus pulang, berhubung malam ini malam Jumat, banyak anak-anak di masjid menunggu saya untuk belajar mengaji bersama,” tolak Fahry dengan sopan.

Dika tersenyum.

“Baiklah. Lain kali kamu harus mampir ke rumah kami,” ujar Dika.

Rumah sederhana yang Dika sewa, walaupun jauh dari kata mewah mereka menempati rumah tersebut dengan sangat nyaman.

“Insya Allah. Kalau begitu saya permisi, assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam,” sahut Dika dan adiknya bersamaan.

“Sekali lagi terima kasih banyak ya Fahry,” ujar Icha.

Fahry tersenyum, lalu mengangguk.

Setelah melihat kepergian Fahry, Icha dan Dika mulai melangkah memasuki rumah.

Namun, di ambang pintu. Langkah mereka terhenti tak kala mendengar suara mobil yang berhenti di depan rumah mereka.

Icha dan Dika berbalik badan. Mereka sangat tahu mobil tersebut, tiada lain adalah Papanya sendiri.

“Papa,” lirih Icha.

Melihat papanya keluar dari mobil, ia menggeserkan tubuhnya ke belakang Abangnya Dika.

Dika menahan tangan adiknya agar tidak bersembunyi.

“Jangan takut,” ujar Dika pelan.

Ia tahu jika Icha masih trauma atas kejadian seminggu lalu.

“Kenapa Papa kesini?!” tanya Dika menatap sang papa yang melangkah mendekati mereka.

Sejenak Dika dan papanya saling berpandangan.

“Dika, izinkan Papa berbicara Nak? Sungguh, Papa sangat menyesal!” ujarnya menundukkan kepala.

Adik kakak tersebut saling menatap, lalu kembali menatap Papanya yang masih berdiri di depan mereka.

“Masuk dulu Pa,” ajak Icha lembut.

Dika lebih dulu masuk ke dalam rumah, meninggalkan Papanya dan Icha di luar. Memang hingga saat ini dirinya masih kesal terhadap papanya.

Terpopuler

Comments

Astuty Nuraeni

Astuty Nuraeni

seneng bacanya...

2022-12-29

1

👑Gre_rr

👑Gre_rr

kata baku salat bukan shalat kak

2022-11-14

0

Hanum Anindya

Hanum Anindya

kalau aku jadi Icha nggak.mau.maafin ayah lah. ayah pilih kasih😡😡

2022-11-09

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 TAMAT
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!