“Maaf Pak. Untuk saat ini belum bisa, karena sangat berbahaya bagi janin yang di kandung ibunya,” Sahut dokter.
Dino mengangguk pasrah, Anggun ikut bergabung dengan mereka.
“Selamat ya Nona Anggun. Kehamilan anda sudah memasuki usia empat Minggu,” Ujar dokter memberi selamat.
“Terimakasih Dokter,” sahut Anggun.
Setelah menyerahkan resep obat vitamin untuk ibu hamil, mereka berpamitan.
Dino masih menunggu obat itu di racik, sedangkan Anggun duduk sambil melamun di kursi tunggu.
“Ayo,” ajak Dino.
Anggun langsung tersadar, lalu mengangguk beranjak mengikuti langkah Dino dari belakang.
Setibanya di mobil, tidak percakapan di antara mereka hingga setengah perjalanan. Anggun sibuk dengan pikirannya, bagaimana jika orang tuanya mengetahui ini.
“Apa kamu masih belum mempercayai bahwa ini adalah anakmu? Hingga kamu ingin melakukan tes DNA!” ujar Anggun memulai pembicaraan.
“Aku bukan tidak percaya. Aku hanya masih ragu,” pungkas Dino.
“Jadi... itu berarti kamu tidak ingin bertanggung jawab?”
“Entahlah!”
“Ck... kamu bicara seolah tidak ada beban. Kamu tidak pernah memikirkan nasibku, bagaimana jika Papaku mengetahui ini? Aku harus bicara apa kepada mereka!”
Mulai meneteskan air mata.
“Aku bahkan berani bersumpah, jika anak ini adalah anak darah daging mu!” tambahnya lagi.
“Huftt... beri aku waktu. Aku belum siap mempunyai anak saat ini,” sahut Dino.
Anggun tersenyum kecut.
“Tidak siap kamu bilang?! Jadi kapan kamu siap? Sampai anak ini lahir?! Hingga semua orang tahu!” geram Anggun melihat kekasihnya itu.
“Cih... sepertinya aku salah meminta pertanggung jawab kepada mu! Kamu itu hanya lelaki pengecut,” kesal Anggun.
“Hentikan mobilnya! Hentikan...!” pekik Anggun.
“Diam!” bentak Dino.
Anggun langsung terdiam.
Hening seketika, Anggun menatap ke luar jendela. Tidak ada percakapan lagi di antara mereka.
Tidak lama, mereka tiba di depan rumah milik orang tua Anggun.
Namun, hendak melangkah keluar pintu mobil terkunci.
“Buka pintunya,” ujar Anggun datar.
“Beri aku waktu,” ujar Dino melemah.
“Sampai kapan? Sampai anak ini lahir?!” menatap tajam Dino sambil tersenyum kecut.
“Secepatnya.”
“Cih...! aku bahkan tidak percaya sedikit pun kepada mu saat ini!” kesal Anggun.
“Terserah percaya atau tidak!”
“Sebenarnya, aku sudah bertunangan!” lirih Dino.
Anggun langsung menoleh ke arahnya.
“Apa? Apa aku tidak salah dengar?” tanya Anggun lagi untuk memastikannya.
“Kamu tidak salah dengar. Aku sudah bertunangan dengan gadis pilihan orang tuaku, kami bertunangan kemarin!” ujarnya menjelaskan kepada Anggun.
“Jadi... seminggu tidak ada kabar. Ternyata kamu bertunangan! Lalu bagaimana denganku, dengan bayi yang ada di kandungan ku ini?!” tanya Anggun setengah berteriak.
“Hubungan kita belum selesai, bukan? Aku...”
“Sudah cukup! Aku akan bertanggung jawab!” bentak Dino.
“Tapi beri aku waktu!” tambahnya lagi.
“Tiga hari! Aku memberimu waktu tiga hari, jika setelah tidak ada kabar, tiga hari aku akan menggugurkan bayi ini!”
“Oh ya. Sejak tadi kamu katakan ingin menggugurkan janin itu, kamu ini ibu macam apa?!”
“Itu salah satu yang membuat aku ragu jika itu adalah darah dagingku. Sekarang jawab yang jujur!” menarik kedua lengan Anggun mencengkeramnya kuat.
“Katakan dengan jujur! Apa janin ini benar adalah darah daging ku?!” tanya Dion.
“Lepaskan, sakit!”
Anggun mencoba melepaskan dirinya dari cengkeraman sang kekasih.
“Jawab!” bentaknya.
“Iya. Aku berani bersumpah, ini adalah darah dagingmu,” jawab Anggun cepat.
Dino melepasnya dengan kasar.
“Jika kamu berani berbohong. Kamu harus menerima akibatnya!” ancam Dino membuat nyali Anggun menciut.
“Keluar!” bentak Dino lagi setelah membuka kunci pintu mobil.
Dengan cepat Anggun membukanya, lalu setengah berlari masuk ke dalam rumah.
Arrgghh !
Dino mengacak rambutnya prustasi.
Dino tancap gas mobilnya dan meninggalkan tempat tersebut.
Anggun masih setengah berlari masuk ke dalam rumah, sambil menaiki anak tangga sesekali menghapus air matanya.
Tanpa anggun sadari jika sang Papa menatapnya, saat itu pak Heri baru saja kembali dari ruangan kerjanya.
“Ada apa dengannya? Sepertinya Anggun habis menangis?” gumamnya dalam hati.
Ia menaiki tangga, berniat ingin bertanya kepada putrinya.
Saat membuka pintu kamar Anggun, putrinya tidak ada di dalam kamar. Sepertinya sedang di kamar mandi, karena terdengar suara air yang mengalir dari dalam kamar.
Ada yang menarik perhatian Pak Heri. Yaitu kertas yang tercecer di lantai, seperti terjatuh dari tas milik Anggun.
“Kertas apa ini?” gumamnya melihat kertas tersebut masih terlipat rapi.
Ia membuka perlahan kertas tersebut dan membacanya dengan teliti.
Nama : Nona Anggun
Positif hamil usia empat Minggu.
Pak Heri mengepal kuat kertas tersebut, menatap pintu kamar mandi yang baru saja terbuka.
Ceklek!
Anggun terkejut melihat papanya ada di dalam kamarnya.
“Apa ini Anggun?!” tanya papanya menatapnya tajam.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Astuty Nuraeni
nah loh tau kan sekarang siapa yang hamil
2022-12-24
0
👑Gre_rr
kau wanita tak tahu malu
2022-11-14
0
Hanum Anindya
hayo ketahuan tuh anggun, syukurin. makanya jangan bohong sama ortu.
2022-11-06
0