Bab 20

Sesuai janji Dika, sore itu ia dan adiknya pulang ke rumah orang tua mereka.

Sesampainya di rumah, orang tua mereka sudah menunggu di teras rumah, kecuali Anggun yang tak terlihat.

“Selamat datang kembali lagi di rumah kita, sayang.”

Icha memeluk sang Mama dengan erat, lalu bergantian ia mencium punggung tangan Papanya.

Dika masih memasang wajah dinginnya, walaupun dengan wajah datar ia tetap mencium tangan orang tuanya.

Mereka masuk ke dalam rumah beriringan, saat di dalam rumah Icha melihat sekelilingnya mencari keberadaan Kakaknya Anggun. Namun, ia tidak menemukan di ruang tengah tersebut.

“Kalian ganti baju terlebih dahulu, setelah itu kita makan bersama.”

Icha mengangguk, akan tetapi Dika lebih dulu melangkah menaiki anak tangga.

Icha mengekori Abangnya, karena ingin ke kamarnya juga.

Namun, langkahnya terhenti saat melintasi pintu kamar Kakaknya.

Ia menatap pintu kamar yang tertutup rapat tersebut, Icha tampak ragu ingin memutar kenop pintunya.

Ceklek!

Icha memutar kenop pintu tersebut, memasukkan setengah kepalanya melihat sekeliling kamar tersebut. Namun tidak menemukan siapa pun, akan tetapi ia melihat pintu balkon yang terbuka lebar.

Icha perlahan melangkah masuk, tak dapat di ungkiri jika dirinya sangat merindukan kakak perempuan tersebut. Walaupun apa yang telah di lakukan Anggun kepadanya, sedikit pun ia tidak membencinya.

Anggun tampak duduk di kursi santai sambil bersandar di bahu kursi, ia menatap kosong ke arah langit.

Selama seminggu lebih ia tidak melihat kakaknya tersebut, Anggun tampak sedikit lebih kurus dari sebelumnya dengan rambut yang acak-acakan.

“Kak,” panggil Icha.

Anggun langsung menoleh ke arah sumber suara.

“Oh, kamu! Aku kira siapa?!” ujarnya datar lalu kembali ke posisi semula.

“Ada apa kemari?!” tanyanya dingin.

“Kak, aku merindukan Kak Anggun.”

“Kalau datang ke kamarku hanya mengatakan itu, sebaiknya kamu keluar!” ujarnya penuh penekanan.

Melihat ucapan dingin Kakaknya, Icha pasrah dengan langkah berat ia menuju pintu kamar.

“Sudah puas kamu sekarang! Pasti sekarang kamu bahagia dan menertawakan penderitaan ku sekarang!” ujar Anggun sukses menghentikan langkah Icha.

“Maksud Kakak?” tanya Icha karena ia memang tidak mengerti apa yang kakaknya bicarakan.

“Jangan berpura-pura bodoh! Oh ya, selamat ya sudah mendapatkan hati Papa kembali!” tersenyum kecut.

Masih dengan wajah datarnya.

“Kak...”

“Keluar dari kamarku. Jangan memasang wajah sedih di depanku, aku tidak peduli sedikit pun!” sedikit membentak.

Mendengar itu, dengan langkah berat Icha terpaksa melangkah keluar dari kamar Kakaknya.

Setelah mendengar suara pintu tertutup, Anggun melangkah masuk dan merebahkan tubuhnya di kamar.

Drrrtt!

Ponselnya bergetar, ia melihat nomor yang tidak di kenal menghubunginya.

Awalnya Anggun mengabaikan panggilan tersebut, karena dirinya memang dirinya tidak mengenal motor tersebut.

“Nomor siapa sih, ini?!” kesal Anggun karena berulang kali menghubunginya.

Ia menggeser layar ponselnya untuk menerima panggilan.

“Halo. Siapa ini?” tanya Anggun sedikit ketus.

“Halo, Anggun. Ini aku,” sahut dari dalam ponselnya.

“Siapa kamu?!”

“Aku Dino,” sahutnya lagi.

“Dino,” lirihnya beriringan dengan air matanya keluar.

“Anggun, apa kita bisa bertemu sekarang?” tanyanya.

“Untuk apa ingin bertemu denganku lagi?! Aku tidak akan percaya dengan pria pembohong sepertimu!” bentak Anggun.

“Anggun, aku bukan bermaksud membohongimu. Beri aku kesempatan untuk menjelaskannya, sekali saja.”

“Aku tidak mau!” ketus Dino.

“Anggun, ini demi anak kita.”

Mendengar kata Dino tersebut, Anggun terdiam. Bahkan mengelus perutnya yang masih rata.

“A-anak kita?” tanya Anggun terbata-bata.

“Iya Anggun. Apa dia masih sehat, kamu tidak membunuh anak kita, bukan?”

“Tentu saja. Kamu pikir aku bodoh, menggugurkan darah dagingku sendiri!” pungkas Anggun.

“Baiklah. Kita bertemu sekarang, di tempat biasa.”

“Iya,” sahut Anggun singkat.

Setelah mengakhir panggilan tersebut, Anggun bernafas lega. Berharap pertemuan dengan Dino kali ini adalah pertanda baik.

Ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, setelah itu ia berganti pakaian.

Anggun memberi sedikit polesan di wajahnya, di tambah lagi polesan lipstik berwarna pink di bibir ranumnya hingga menambah kecantikannya.

Ceklek!

Suara pintu terbuka, bersamaan dengan Dika yang juga keluar dari kamarnya.

Dika melihat adiknya berpakaian rapi.

“Mau ke mana kamu?” tanya Dika terlihat masih kesal di wajah.

“Apa peduli Abang!” ketus Anggun.

“Seharusnya yang marah itu Abang, kenapa kamu seolah-olah menjadi korban! Kamu tidak memikirkan perasaan Icha waktu itu?!”

“Apa Abang pernah membela Anggun?! sejak dulu juga Abang selalu pilih kasih kepada Anggun dan Icha. Apa Abang pernah memikirkan perasaan Anggun?!” pungkas Anggun tidak mau kalah.

“Pembelaan seperti apa yang kamu inginkan?! Kamu sudah mendapatkan kasih sayang sepenuhnya dari Mama dan Papa. sedangkan Icha, selalu di salahkan karena dirimu! Bahkan sering kali menanggung akibatnya karena ulahmu!” bentak Dika.

“Percuma bicara sama Abang! Abang tidak pernah mengerti!” ketus Anggun berlalu pergi meninggalkan Dika yang masih menatapnya tajam.

Tak! Tak! Tak!

Anggun setengah berlari menuruni tangga.

“Mau ke mana kamu?” tanya Papanya melihat Anggun terburu-buru menuruni tangga.

“Bukan urusan Papa!” ketus Anggun melewati papanya.

“Apa lagi yang ingin kamu lakukan?! Sudah cukup, kamu sudah membuat Papa malu karena kehamilanmu itu!” bentak pak Heri.

Mendengar ucapan Ayahnya, sukses menghentikan langkahnya.

“Entah siapa Ayah dari anak yang kamu kandung itu! Tidak jelas,” tambahnya lagi terlihat murka.

“Aku akan membuktikan ke Papa, jika anak ini Ayahnya orang terhormat!” pungkasnya.

“Cih... terhormat katamu!”

“Terserah kalau Papa tidak percaya,” ketus Anggun langsung pergi meninggalkan Papanya.

“Ada apa Mas?” tanya istrinya yang baru datang menghampirinya.

“Anggun mau ke mana Pa?” tanya istrinya melihat punggung putrinya yang sudah menjauh.

“Entah ke mana? Biarkan saja!” imbuhnya.

Pak Heri mengusap wajahnya kasar, akan tetapi netra dirinya dan Dika saling bertemu. Karena posisi Dika saat ini berdiri di anak tangga.

Dika tersenyum kecut, lalu melanjutkan langkahnya melewati Papanya.

Terlihat Icha juga menuruni anak tangga, Bu Sintya mengernyit heran melihat mata Icha yang sembab seperti sedang menangis.

“Kenapa dengan matamu Icha? Apa kamu menangis?” tanya Bu Sintya.

Begitu pun dengan Pak Heri, yang menunggu penjelasan dari Icha.

“Tidak Ma. Sepertinya mata Icha ada debu,” sahutnya berbohong.

Tidak mungkin ia menceritakan tentang dirinya yang menangis, setelah mendengar ucapan Kakak perempuannya.

Terlihat orang tuanya bernapas lega, lalu mereka melangkah bersama ke meja makan.

Dika duduk di kursi dengan secangkir kopi di depannya, sambil melipat kedua tangannya. Namun pikirannya entah ke mana, hingga tidak melihat kedatangan kedua orang tuanya dan juga adiknya yang ikut bergabung bersamanya.

“Abang,” panggil Icha.

Dika tak bergeming sama sekali, masih terhanyut dengan pikirannya.

“Abang,” panggil Bu Sintya.

Membuat Dika langsung tersadar.

“Hah. Eh iya Ma, ada apa?” tanyanya.

“Kamu sedang memikirkan apa?” tanya Bu Sintya.

“Tidak ada Ma,” sahutnya.

“Ma, Abang ke kamar dulu ya. Saat ini Abang tidak lapar,” pamit Dika dengan membawa gelas berisi kopi di tangannya.

“Tapi Abang belum makan sejak siang. Abang berangkat ke kantor pun tidak sarapan!” protes Icha.

Bukannya marah, Dika malah tersenyum melihat perhatian kecil dari adiknya tersebut.

“Jika Abang lapar, Abang akan makan,” sahut Dika.

“Iya Bang,” sahut Icha.

Dika melangkah meninggalkan meja makan tersebut menaiki tangga menuju kamarnya.

“Apa yang terjadi dengan Abang, tidak seperti biasanya,” gumam Icha dalam hati, tak terkecuali orang tuanya juga bertanya-tanya akan tetapi tidak mengutarakannya.

🌹🌹🌹

Sore itu, Anggun tiba di sebuah restoran yang biasa tempat Anggun dan Dika bertemu.

Anggun menatap ke arah laut, karena restoran tersebut ada di bibir pantai.

“Anggun,” panggil seseorang dari arah belakang.

Anggun menoleh ke sumber suara tersebut, ia sangat mengenal suara tersebut.

“Maaf, aku terlambat lagi. Jalannya sangat macet,” ujarnya.

Dino duduk tepat di hadapannya.

“Kamu marah?” tanya Dino melihat Anggun hanya diam saja.

“Tiga hari. Kamu memberiku waktu tiga hari, tapi kamu juga yang mengingkarinya!”

“Maaf, saat itu aku harus ke luar kota dan belum sempat memberimu kabar. Ada masalah dalam proyek pembangunan.”

Anggun membuang wajah tanda tidak perduli.

“Anggun, aku akan bertanggung jawab atas bayi yang kamu kandung.”

“Maaf, ada sesuatu yang belum aku bisa ceritakan kepadamu. Suatu saat nanti kamu pasti akan mengetahuinya,” tambah Dion lagi.

“Apa ada rahasia yang kamu sembunyikan dariku?” tanya Anggun.

Dino terdiam sejenak menatap Anggun lalu menggelengkan kepalanya.

Ia memang merahasiakan sesuatu kepada Anggun.

“Benarkah?” tanya Anggun.

“Malam ini aku akan melamarmu dan menikahimu secepatnya,” ujar Dino langsung mengalihkan pertanyaan Anggun.

Mendengar itu, ada angin surga yang datang menghampiri Anggun. Namun, ia masih memperlihatkan wajah datarnya.

“Aku tidak ingin terlalu berharap! jika kamu terpaksa menikahi ku, sebaiknya jangan lakukan.”

“Aku serius.” Menatap Anggun serius.

“Aku sungguh ingin menikahimu.”

Anggun menatapnya melihat apa ada kebohongan di mata kekasihnya tersebut, akan tetapi ia tidak menemukannya.

“Kenapa diam? Apa kamu tidak ingin menikah denganku?” tanya Dino.

Anggun masih terdiam.

“Baiklah. Aku anggap diammu ini, menandakan bahwa kamu tidak mau.”

“Tunggu,” ujar Anggun melihat Dino yang ingin beranjak dari tempat duduknya.

“Ada apa?” tanya Dion kembali duduk di kursinya.

“Aku mau,” lirih Anggun yang malu-malu.

“Apa, aku tidak mendengar apa yang kamu ucapkan?”

“Aku mau menikah denganmu,” sahutnya lagi.

Dino tersenyum.

“Aku akan datang ke rumah orang tuamu malam ini juga,” ujarnya.

Anggun mengangguk antusias, karena sangat bahagia karena Dino dan dirinya akan segera menikah.

“Tapi...” Dino menggantungkan ucapannya.

“Tapi apa?” tanya Anggun penasaran.

“Aku ingin pernikahan kita di gelar secara tertutup dan juga menikah siri untuk sementara waktu.”

Anggun mengernyit heran, kenapa Dino ingin menikah siri dengannya.

“Kenapa?” tanya Anggun.

“Aku belum menceritakan kepada orang tuaku, karena saat ini mereka sedang tidak ada di rumah. Bahkan kamu sudah hamil, aku tidak ingin ada pemberitaan buruk tentangmu. Itu sangat berpengaruh buruk dengan bisnisku, yang baru saja berdiri.”

Anggun mengangguk tanpa curiga.

“Baiklah,” sahut Anggun.

“Tapi, kamu tidak menyembunyikan sesuatu dariku kan?” tanya Anggun memastikannya lagi.

“Tentu saja,” sahut Dino.

“Oke aku percaya,” sahut Anggun.

Dino tampak bernapas lega.

Anggun memesan makanan untuk mereka, tak lama pesanan mereka datang.

Ia menatap Dino yang sedang sibuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

“Kenapa dia tiba-tiba sangat lembut kepadaku? Tidak seperti biasanya,” ujarnya dalam hati.

“Huh... semoga saja dia berubah dan selalu seperti ini.”

Anggun kembali fokus dengan makanannya.

.

.

.

Terpopuler

Comments

👑Gre_rr

👑Gre_rr

mau dijorokin ke sungai ku tak peduli dg Anggun

2022-11-14

0

Hanum Anindya

Hanum Anindya

aku takut kalau anggun di apa apa kan sama Dino kak. wah ada rencana apa yang yang disembunyikan Dino?

2022-11-11

0

R.F

R.F

2like hadir. semangat

2022-11-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 TAMAT
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!