Bab 14

...WARNING ⚠️...

...Dalam bab ini terdapat adegan kekerasan....

...Mohon bijak dalam membacanya....

...----------------...

[Bos, gadis itu sedang dalam kesulitan. Haruskah kami membantunya?]

[send a picture]

Nicholas yang sedang berolahraga di gym langsung berhenti dan memeriksa ponselnya yang bergetar.

"Sialan!" ucap Nicholas marah.

[Kirim lokasinya, aku akan membereskan bedebah itu sendiri.]

Nicholas pun bergegas dengan membawa Alex dan dua bodyguard.

Ketika melihat Hanna ditindas oleh seorang pria jelek tak bermoral di depan umum, Nicholas semakin marah.

"Kalian urus bedebah itu," ucap Nicholas kepada dua bodyguardnya.

Pria yang tak tahu caranya memperlakukan wanita seperti itu tidak pernah pantas ada di dunia menurut Nicholas. Ia tak akan segan untuk menghancurkan manusia seperti itu.

...****************...

[Alex, langsung ke gudang setelah Zahra sampai di rumah sakit. Tak usah menjelaskan apapun jika dia tanya.]

Tanpa banyak bicara Alex langsung menuju ke gudang. Hampir saja ia ditahan oleh Zahra yang ingin meminta penjelasan.

"Lama sekali. Kau tidak tahu kakiku sudah pegal menunggumu di sini?" gerutu Nicholas ketus.

"Cih, siapa suruh kau menunggu di depan pintu. Di dalam kan ada kursi," gumam Alex mencibir Nicholas.

Nicholas yang mendengar langsung menatapnya tajam. Alex beringsut nyalinya menciut.

Selagi masuk menyusuri gudang, Alex membacakan beberapa informasi mengenai keluarga Santoso dan juga grup Santoso. Grup Santoso yang memang sudah dimbang kehancuran akan sangat mudah untuk disingkirkan oleh Nicholas.

Nicholas menyeringai tahu banyak kelemahan grup Santoso dan kini bukti-bukti pun sudah ada di tangannya.

'Tuan Santoso, jangan salahkan aku bertindak kejam,' batin Nicholas.

Kehancuran grup Santoso sudah seperti bom yang siap meledak kapan saja sesuai keinginan Nicholas.

Di dalam gudang yang gelap, seseorang terduduk disebuah kursi dengan tangan terikat.

"Bagaimana hadiahnya, tuan muda Santoso?" tanya Alex yang muncul dari balik kegelapan.

Dengan wajah dingin Alex yang begitu khas, dia sudah gemetar ketakutan. Ini baru Alex, belum Nicholas atau Zahra yang mengurusnya.

"Si-siapa kamu?" tanyanya dengan tubuh gemetar.

"Siapa saya itu tidak penting, yang pasti tuan muda Santoso sudah mencari masalah dengan bos saya," sahut Alex dengan nada kejam.

"Kalian berdua, beri dia pelajaran."

Kedua bodyguard yang tadi membawa tuan muda Santoso pun mulai mendekat untuk menuruti perintah Alex. Beberapa kali pukulan mendarat di wajahnya.

Darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Wajahnya pun sudah babak belur kebiruan.

Melihat tuan muda Santoso yang sudah tak berdaya, Alex menyuruh bodyguard untuk mundur.

"Apa salahku pada bosmu? Kenapa aku diperlakukan begini?" tanya tuan muda Santoso dengan berteriak.

"Oh, bukankah tuan muda lebih jelas mengenai hal tersebut?" jawab Alex sambil menyeringai.

Alex sekarang hanya bertugas memprovokasi tuan muda Santoso untuk kesenangan Nicholas yang hanya menonton di balik kegelapan.

Nicholas puas dengan tontonan yang Alex berikan untuknya. Sayangnya, itu belum cukup memuaskan bila ia mengingat raut pucat Hanna.

Ketika Alex masih memprovokasi tuan muda Santoso, tiba-tiba ada seseorang yang mendobrak pintu gudang. Tuan muda Santoso sudah kegirangan mengira orang tersebut hendak menyelamatkan dirinya.

Naasnya, itu adalah Zahra yang juga ingin membuat perhitungan kepada tuan muda Santoso yang telah menindas sahabatnya. Nicholas yang melihat raut ganas adiknya pun tak berani menghalangi.

Nicholas tahu betul jika Zahra marah apapun akan menjadi salah. Bahkan, tembok yang diam saja pun salah baginya. Nicholas tentu tidak ingin mengambil resiko dibanting oleh Zahra untuk yang kesekian kalinya.

"Bedebah gila! Kau apakan sahabatku?" tanya Zahra langsung mencekik tuan muda Santoso yang terikat pada kursi.

Alex yang melihat Zahra tak ingin mengampuni tuan muda Santoso pun bergegas melerai. Karena ia masih berguna untuk mencari informasi tambahan mengenai kondisi grup Santoso.

"Bos Zahra, jangan membunuhnya. Dia masih berguna untuk kita," bisik Alex.

Zahra tak kunjung melepaskan cengkeramannya dan Alex langsung memegang tangan Zahra agar melepaskannya.

Untuk beberapa saat Zahra masih enggan melepaskan tangannya, tapi setelahnya ia melepaskan dan berteriak frustasi.

"Zahra, bukan begitu caranya balas dendam," ucap Nicholas keluar dari kegelapan.

"Kakak! Sejak kapan kakak menonton pertunjukan ini?" tanya Zahra dengan wajah kesal.

"Itu bukan urusanmu adik bodoh. Harusnya kakak yang tanya, ngapain kamu di sini?" sahut Nicholas menoyor kepala Zahra.

Zahra gelagapan menghadapi pertanyaan kakaknya. Lantaran ia disuruh untuk menjaga Hanna dan sekarang ketahuan ia meninggalkan Hanna.

Nicholas beralih menatap tuan muda Santoso yang masih terbatuk-batuk setelah dicekik oleh Zahra. Tatapan tajam yang membunuh milik Nicholas membuat tuan muda Santoso tak berani mengangkat wajahnya.

Tak berapa lama, ponsel di saku Nicholas bergetar menandakan adanya panggilan masuk. Di layarnya tertera nama salah satu bodyguardnya.

Setelah mendengar laporan, Nicholas langsung marah-marah. Zahra dan Alex hanya menatap Nicholas bingung karena jarang sekali Nicholas semarah itu.

"Alex, urus dia! Kumpulkan bukti kuat lainnya segera!" perintah Nicholas dengan marah.

"Kau! ikut aku sekarang," bentak Nicholas kepada Zahra.

Zahra yang masih kebingungan hanya menurut tak berani bersuara.

'Apa ini, kenapa aku tak berani berkata sepatah kata pun?' batin Zahra.

Nicholas melajukan mobil miliknya dengan kecepatan tinggi. Zahra tak tahu kakaknya ingin membawanya kemana karena terlihat jelas mood kakaknya sedang sangat buruk.

Terlebih, ia tadi membentak Zahra. Padahal Nicholas tak pernah membentaknya sekalipun ketika Zahra melakukan kesalahan yang membuat Nicholas rugi.

"Kak? Ki-ta," Zahra yang hendak bertanya langsung berhenti ketika Nicholas menghentikan mobilnya.

"Rumah sakit," sahut Nicholas singkat.

Zahra semakin bingung, namun semua menjadi jelas ketika Zahra sampai di depan kamar rawat Hanna.

"Kalian berdua, ikut aku!" perintah Nicholas tegas.

sedang Zahra melihat ekspresi kakaknya yang begitu marah tanpa pikir panjang langsung berlari masuk. Betapa terkejutnya ia melihat Hanna masih tak sadarkan diri dan diperiksa oleh dokter.

"Dok, apa yang terjadi? Bukankah kata dokter semua akan baik-baik saja jika dia tidak ditekan secara psikis?" tanya Zahra sedikit mendesak karena khawatir.

"Dia ditemukan tergeletak pingsan di lantai oleh suster yang bertugas. Sekarang dia baik-baik saja, hanya perlu istirahat."

Dokter dan suster pun berlalu pergi meninggalkan Zahra. Sedang Zahra langsung duduk di kursi samping ranjang Hanna dengan mata berkaca-kaca dan menggenggam tangan Hanna.

"Hanna, maafkan aku. Seharusnya aku tak meminggalkanmu sendirian tadi," ucap Zahra pada Hanna yang masih tak sadarkan diri.

Hanna yang terlihat begitu damai terkadang membuat Zahra begitu was-was. Terlebih Hanna tak kunjung bangun meski sudah lewat dari 3 jam. Dan seharusnya Hanna sudah sadar.

Nicholas sudah pamit untuk mengurusi urusan kantor. Zahra pun sekarang hanya disuruh merawat Hanna dengan baik.

Semua urusan yang berkaitan dengan Santoso akan diurus oleh Nicholas sendiri. Zahra tak diizinkan turun tangan untuk menanganinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!