Nicholas yang tak memiliki banyak pekerjaan di kantor pun berangkat sedikit siang. Dengan santainya ia menyetir ditengah kemacetan.
Suasana hati yang tengah bagus membuatnya sesekali bersiul mengikuti alunan musik di radio. Ia sama sekali tak mengindahkan kemacetan yang cukup panjang itu.
"Nyamannya hidupku hari ini," ujar Nicholas.
Nicholas tak tahu jika ada singa betina yang sudah mulai menunjukkan taringnya karena ia tak datang ke kencan buta yang telah diatur untuknya.
Setibanya di kantor, Nicholas langsung menuju ke ruangannya di lantai paling atas gedung ZN Group.
Betapa terkejutnya ia setelah membuka pintu, "Ma-mama! Mama ada apa ke kantor?"
Nicholas berkata terbata-bata karena tahu pasti mamanya akan mengomel panjang hanya karena ia tak datang kencan buta.
"Anak durhaka! Sudah susah payah mama aturkan kencan buta dengan putri kenalan mama juga," teriak Rosa kepada putranya yang baru datang.
Nyali Nicholas langsung menciut melihat singa betina sedang mengamuk di depannya. Terlebih lagi, semua itu adalah ulahnya.
"Kamu tidak berbakti sekali sama mama. Mama kan juga mau punya menantu dan cucu seperti teman-teman mama," ucap Rosa tak berniat berhenti mengomel.
"Mama tidak mau tau, pokoknya sebelum usia kamu 30 tahun kamu harus menikah," cerocos Rosa lagi.
"Ta-tapi ma...,"sahut Nicholas ingin menentang.
"Kemana kamu kemarin? Membiarkan putri kenalan mama menunggu sendirian di restoran," tanya Rosa dengan tatapan garang.
Nicholas terdiam memikirkan beberapa patah kata untung menenangkan mamanya.
"A-anu ma, kemarin kakak cari Zahra ma. Zahra pergi main sembarangan," jawab Nicholas menumbalkan adiknya.
"Zahra yang mana? Dia masih di Eropa," sahut Rosa ketus.
"Ini buktinya, mama bisa lihat sendiri tanggal kapan foto itu diambil."
Rosa pun langsung merebut ponsel Nicholas dan memeriksanya sendiri. Melihat bukti di depan mata tentulah ia menjadi sangat marah karena kedua anaknya tak memiliki akhlak semua.
"Anak nakal ini, pulang bukannya ngabarin ibunya malah pergi keluyuran," Ucap Rosa berapi-api.
Rosa pun pergi meninggalkan perusahaan dengan sangat marah hingga lupa jika ia sedang memarahi Nicholas.
Nicholas tertawa kecil karena berhasil mengalihkan perhatian mamanya yang pasti akan berkhotbah sehari semalam.
"Maafkan kakak Zahra, kakak terpaksa demi menyelamatkan kelangsungan hidup perusahaan," lirih Nicholas pura-pura sedih.
Tak berselang lama, Zahra menelpon Nicholas dan langsung marah-marah. Zahra yang sengaja tak memberitahu Rosa atas kepulangannya agar bisa bekerja sesuai keinginannya malah jadi kena amukan singa betina yang sedang sensi.
Nicholas dengan acuhnya tetap melanjutkan pekerjaan tanpa mematikan telpon dari Zahra.
"Ini gara-gara kakak! Kita disuruh pulang ke rumah malam ini!" ucap Zahra kesal diujung telepon.
Telepon mati begitu saja, tetapi Nicholas pun menjadi tak tenang jika disuruh untuk pulang ke rumah. Firasatnya tak pernah salah jika ada hal seperti ini.
"Astaga, apa lagi ini?"
"Sial, seharusnya aku tak usah bilang saja Zahra sudah pulang kalau tau akan begini jadinya," ujar Nicholas sambil mondar-mandir.
Ia yang memiliki banyak janji pun mau tidak mau harus mengundurnya. Karena jika kemauan Rosa tidak dituruti bisa-bisa perusahaan akan rata dengan tanah esok harinya.
"Alex, jadwalkan ulang semua pertemuanku malam ini. Aku harus pulang ke rumah," ucap Nicholas kepada asistennya.
"Lalu, bagaimana dengan janji dengan Nona Hanna siang ini?" tanya Alex.
"Ah, yang satu itu biarkan saja. Aku bisa meluangkan waktu sebentar," sahut Nicholas sambil berpikir dan menopang dagu.
"Lex, berikan nomor Hanna padaku," sambung Nicholas sebelum Alex meninggalkan ruangannya.
Alex pun undur diri untuk melanjutkan pekerjaannya. Dalam hatinya pasti menggerutu memiliki bos seperti Nicholas yang selalu bertindak kejam dengan selalu memberikan pekerjaan yang teramat banyak.
"Kuda yang pekerja keras saja memiliki waktu istirahat. Sedangkan aku yang hanya manusia biasa malah disuruh kerja rodi. Bos tidak ada akhlak," gerutu Alex setelah keluar dari ruangan Nicholas.
Nicholas yang sudah memiliki nomor Hanna langsung menghubunginya secara pribadi. Jarang-jarang seorang Nicholas mau repot-repot mengurus hal sepele seperti itu secara langsung. Biasanya ia hanya akan menyuruh Alex atau salah satu sekretarisnya.
"Rumit sekali hidup ini," seloroh Nicholas sembari memijit pelipisnya.
"Aku harus beralasan apa lagi kali ini? Aku benar-benar tak ingin menikah," Nicholas pun menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
Seorang Nicholas yang terkenal kejam tak punya nyali di depan ibunya sendiri. Jika Alex melihat pasti ia akan jadi bahan tertawaan seluruh kantor.
Untunglah, ketika ibunya mengomel Alex belum ada di tempatnya. Jadi harga dirinya terselamatkan.
Hari yang penuh drama itu Nicholas lalui dengan perasaan sedikit dongkol, gelisah dan pusing harus mencari calon menantu untuk mamanya di mana.
Karena Nicholas sama sekali tak berminat untuk menikah. Ia hanya ingin menjaga adik kecilnya sampai tua nanti.
"Atau, aku membayar orang saja untuk pura-pura menikah denganku?" gumam Nicholas.
Alex yang masuk memberikan berkas untuk diperiksa pun bertanya karena mendengar gumaman Nicholas, "Siapa yang mau menikah bos?"
Nicholas langsung gelagapan karena Alex datang begitu tiba-tiba tanpa mengetuk seperti biasanya.
"Itu bukan urusanmu," jawab Nicholas ketus.
Melihat bosnya sedang tidak baik moodnya, Alex langsung pergi setelah meletakkan berkas di meja. Ia lebih memilih menyelamatkan dirinya daripada disuruh lembur lagi.
'Tapi, siapa yang mau memainkan peran ini bersamaku?' batin Nicholas.
"Alex, duduklah," pinta Nicholas.
"Lex, tolong carikan aku seorang gadis cantik yang mau berpura-pura menikah denganku. Aku butuh secepatnya," ucap Nicholas serius.
Alex yang tak tau apa-apa pun bingung dengan apa yang dibicarakan bosnya.
"Maksudnya bagaimana bos?"
"Carikan saja, tidak usah bawel."
Alex hanya bisa menurut karena sudah diancam dengan gajinya. Alex yang selalu suka diberi tugas dengan detail hanya bisa menggerutu karena tugasnya kali ini benar-benar tak bisa ia pahami.
"Entahlah pikiran pak bos kemana. Bos tidak punya akhlak," gumam Alex geleng-geleng kepala.
"Jangan mengutuk bosmu dibelakang," ucap Nicholas sebelum Alex mencapai pintu ruangannya.
Alex dibuat tercengang dengan ucapan bosnya itu. Bagaimana pun juga, ucapan Nicholas sangat tepat sasaran.
Alex pun menoleh dengan tertawa kaku, "Hehehe..."
Nicholas benar-benar seperti monster di mata Alex. Belum lagi ketika sifat kasarnya keluar.
Jam makan siang sudah hampir tiba, Nicholas langsung mengajak Alex menunju ke sebuah restoran bintang 4 tempat Nicholas mengatur pertemuan bersama Hanna.
"Kau tak perlu bicara apa-apa. Tugasmu hanya menemani dan melindungiku," ucap Nicholas kepada Alex tanpa mengalihkan pandangan dari tab di depannya itu.
"Iya, iya. Dasar bos menyebalkan," sahut Alex melirik Nicholas.
Nicholas pun langsung memberinya tatapan tajam ke arah Alex.
"Bonusmu aku potong 20 persen."
Alex bergidik ngeri jika bosnya sedang menjadi iblis. Apalagi keputusannya itu tidak bisa dinego sedikitpun. Benar-benar definisi bos yang suka menindas pegawai.
Apalagi Alex yang selalu menjadi korban penindasan dari bosnya sendiri.
"Permisi Nona, ini meja yang sudah ku pesan untuk seseorang," ucap Nicholas kepada seorang wanita berparas cantik namun sederhana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments