Siapa sangka, Zahra yang selalu berwajah galak dengan tatapan tajamnya itu bisa tertawa ceria di depan Hanna.
Bibir cantik Hanna sesekali tertarik ke atas membentuk senyum tipis ketika mengingat kebersamaannya dengan Zahra semalam.
"Ck, ternyata dibalik wajah galaknya ada sisi semacam ini," gumam Hanna sambil tersenyum.
Hanna melirik jam diatas nakas dan ternyata masih terlalu pagi untuk bangun. Akan tetapi, ia tidak bisa memejamkan matanya lagi.
Hanna yang mulai bosan pun memilih bangun dan lari pagi. Menikmati weekend tanpa bekerja memang tidak terlalu buruk. Tapi, Hanna juga butuh mencari uang untuk menafkahi dirinya sendiri.
"Wah wah wah, siapa ini?" ucap seseorang.
Hanna yang tengah berlari langsung menghentikan langkahnya ketika ada seorang pria yang berlari mundur setelah melewatinya.
"Kau makin lusuh saja sekarang,"
Dengan wajah malas Hanna berbalik untuk pulang. Namun, pria itu malah terus mengikuti Hanna.
Semakin lama, ocehan pria yang membuntuti Hanna semakin menyinggung perasaannya. Selain itu, ia juga terus menyombongkan diri dengan harta orang tuanya.
"Hei, kenapa diam saja?" tanya pria itu.
Dengan hati dongkol, tapi tetap cool Hanna menjawab, "Kau bicara apa? Aku tidak mengerti bahasa binatang. Sekarang, boleh tolong menjauh dariku?"
Pria itu pun terlihat kesal karena ocehannya sedari tak dianggap sedikitpun oleh Hanna.
Dengan wajah puas Hanna berlalu meninggalkan pria yang masih membeku karena kesal.
"Kau! Dasar wanita tidak tau diuntung!"
Hanna menghentikan langkah dan berbalik, "Atas dasar apa?"
"Kalian semua, lihatlah! Dia wanita tidak tahu malu yang sudah berselingkuh dan sekarang memohon-mohon padaku untuk menerimanya kembali," hasut pria itu.
Orang-orang pun semakin berkerumun penasaran. Tak sedikit pula yang mulai mencibir Hanna.
Bisikan-bisikan orang disekitar begitu memekakkan telinga Hanna hingga membuatnya sakit kepala. Hanna langsung berjongkok.
Telinganya berdenging begitu hebat.
"Hentikan," ucap Hanna meneteskan air mata.
Hanna yang biasanya begitu ceria malah meneteskan air mata didepan banyak orang dan seorang pria bajingan.
Hardikan semua orang terhadap Hanna sekarang terasa sangat menyakitkan. Sedangkan pria itu berdiri begitu sombongnya di depan Hanna.
"Kenapa? Bukankah tadi kau masih begitu sombong?" tanya pria itu.
Hanna hanya diam masih terus menutupi telinganya dan berjongkok.
"Kembalilah padaku lalu kau akan baik-baik saja," bisik pria itu kepada Hanna sambil mencoba menarik tangan Hanna.
"Jauhkan tangan kotormu!"
Hanna sontak menoleh. Dengan wajah terkejut ia mendapati seorang pria yang memecah kerumunan dan berjalan kearahnya.
Sorot mata tajam yang begitu akrab itu perlahan-lahan memudar dalam penglihatannya. Hanna pun kehilangan kesadarannya.
Nicholas yang melihat Hanna terkulai tak berdaya di tanah langsung berlari dan menggendongnya pergi.
"Kalian urus bedebah itu," ucap Nicholas kepada dua bodyguard yang ia bawa.
Nicholas tahu keberadaan Hanna dan sedang berada dalam kesulitan karena ia mengirim beberapa mata-mata untuk mengawasi Hanna.
Di dalam mobil, Nicholas terus saja memandangi wajah polos Hanna yang begitu damai dalam pangkuannya.
"Dasar gadis bodoh," ucap Nicholas merapikan rambut Hanna.
Mobil melaju begitu cepat menuju rumah sakit karena Nicholas tak ingin Hanna kenapa-kenapa.
"Alex, cari tau identitas pria tadi. Aku ingin menghancurkannya perlahan-lahan hingga menjadi serpihan," perintah Nicholas kepada Alex.
Alex yang merupakan asisten Nicholas pun hanya bisa pasrah dan menjalankan tugas yang diberikan demi keamanan gaji serta bonusnya.
'Benar-benar iblis psikopat,' batin Alex.
...****************...
"Bos, ini laporan soal pria itu," ucap Alex menyodorkan sebuah map.
Tanpa basa-basi Nicholas langsung membaca semua yang tertulis di dalamnya.
"Benar-benar gadis bodoh," gumam Nicholas menatap Hanna yang masih terlelap diranjang rumah sakit.
"Bagus, rupanya orang grup Santoso. Persiapkan eksekusi penghancuran grup Santoso dua hari lagi," perintah Nicholas tanpa pikir panjang.
Alex melongo, ia hanya diberi waktu selama dua hari untuk menghancurkan grup Santoso. Nicholas memang sudah gila, siapapun yang mengganggu orangnya pasti akan bernasib sial.
Tapi, bukan Alex namanya jika ia gagal melakukannya. Alex selalu bisa diandalkan untuk menyelesaikan masalah apapun kecuali percintaan.
Nicholas menyeringai memikirkan rencana balas dendam Hanna untuk seorang pria bajingan yang sudah mengganggu Hanna.
"Alex, tolong hubungi Zahra untuk kemari dan menjaga kakak iparnya. Aku akan menyusun rencana," ucap Nicholas berlalu pergi.
Alex pun mengikuti Nicholas keluar dan mulai menghubungi Zahra.
"Bos Zahra, pak bos nyuruh bos Zahra ke rumah sakit Wijaya sekarang. Nanti bos Zahra langsung aja ke lantai 12 ruang VVIP nomor 3," ucap Alex.
"Siapa yang sakit? Kenapa aku yang ke sana?" tanya Zahra kebingungan diujung telepon.
"Jangan banyak tanya, datang saja jaga kakak iparmu," serobot Nicholas langsung mematikan telepon.
Zahra langsung menggerutu karena Nicholas mematikan telepon secara sepihak tanpa menjelaskan apapun. Tapi, Zahra jadi penasaran wanita seperti apa yang berhasil meluluhkan hati kakaknya yang begitu dingin dan selalu enggan berdekatan dengan wanita itu.
Zahra jadi bersemangat dan bergegas ke rumah sakit. Dengan penampilan sederhana tanpa pulasan make up di wajahnya, Zahra tetap terlihat begitu cantik.
Sesampainya di rumah sakit Zahra sangat terkejut melihat Hanna yang terbaring lemah di ranjang.
"Alex, kakak mana? Apa yang terjadi? Kalian menindas sahabatku ya?" tanya Zahra membentak.
Zahra begitu khawatir terhadap Hanna.
"Panjang ceritanya bos Zahra," sahut Alex
"Bos Zahra, pak bos ngasih saya kerjaan. Saya balik kerja dulu," lanjut Alex langsung kabur meninggalkan rumah sakit dan menyusul Nicholas.
Zahra pun kembali masuk dan langsung duduk di sebelah ranjang Hanna. Bibir pucat Hanna terlihat begitu kering.
Zahra menggenggam tangan Hanna juga memastikan bahwa denyut nadi di tangan Hanna masih ada.
"Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Hanna," gumam Zahra masih terus menggenggam tangan Hanna.
Karena Zahra sudah tak tahan lagi ingin tahu apa yang terjadi, ia pun menyuruh salah satu mata-mata Nicholas untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada Hanna.
Seorang Zahra tidak akan tahan melihat sahabat satu-satunya kesulitan dalam hal apapun.
"Rico, cari tahu apa yang terjadi hari ini dengan gadis itu. Fotonya sudah ku kirim ke emailmu. Informasinya harus sedetail mungkin. Saya tidak mentoleransi kekurangan apapun. Juga selidiki tentang kehidupannya belakangan ini," ucap Zahra melalui telepon.
Tak lama setelah Zahra menutup telepon, tangan Hanna perlahan bergerak. Matanya yang terpejam juga perlahan membuka. Hanya saja, Hanna masih begitu lemah.
Zahra pun langsung mengambilkan segelas air untuk Hanna. Pasti Hanna sangat kehausan.
"A-aku di mana?" tanya Hanna pelan.
"Jangan banyak bergerak, istirahat saja. Kau aman bersamaku sekarang," sahut Zahra yang kembali duduk setelah mengambil air minum untuk Hanna.
"Minumlah dulu," lanjut Zahra.
Dengan pelan Zahra membantu Hanna untuk minum.
Hanna yang baru tersadar pun sedikit bingung. Dalam ingatan yang samar ia melihat Nicholas berjalan kearahnya, tapi malah Zahra yang sekarang ada di sini menemaninya.
"Zahra, bagaimana aku bisa di sini? Kamu juga, bagaimana bisa tahu aku di sini?" tanya Hanna menyelidik.
Zahra terdiam mencari jawaban yang tepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments