Marry Mr. Nicholas

Marry Mr. Nicholas

Chapter 1

Rona senja yang memanjakan mata membuat Hanna terpaku menatapnya lama. Pantulan ronanya pada air sungai begitu menyilaukan membuat Hana tersadar.

"Astaga! Sudah jam segini. Gawat, pasti bos akan marah jika aku terlambat lagi," gerutu Hanna sembari mengayuh pedal sepeda usangnya.

Jalanan sore yang mulai ramai lalu lalang sedikit menghambat perjalanannya. Cafe Romansa di ujung jalan sudah terlihat. Sayangnya, ia tanpa sengaja menabrak sebuah mobil mewah yang entah milik siapa terparkir sembarangan.

"Sial! Mobilnya lecet lagi," gumam Hanna sambil celingukan mencari si empunya mobil.

Karena si empunya tak kunjung terlihat, Hanna yang terburu-buru pun langsung menulis sebuah pesan di secarik kertas dan meletakkannya.

Sepanjang jalan Hanna terus merutuki kesialannya hari ini. Namun tentu saja tak akan merubah apapun.

Setibanya di kafe, Hanna langsung memarkir sepedanya asal agar tak kena omel dari bosnya. Naasnya, Hanna terlambat 3 menit dan bosnya sudah bersiap mengeluarkan kata-kata mutiara.

"Ma-maaf bos, tadi terjadi kecelakaan sedikit," ucap Hanna hati-hati.

"Maaf, maaf. Kamu ini sudah sering terlambat. Mau berapa kali lagi kamu beralasan seperti itu? Kalau besok kamu masih terlambat lagi, kamu saya pecat. Paham?" ancam bos Hanna.

Meski mendapat omelan dari bosnya, Hanna tetaplah Hanna. Gadis ceria yang selalu penuh dengan energi positif.

Hanna langsung ke belakang untuk mengganti bajunya dengan seragam kerja lengkap dengan apron. Melihat apron berwarna hitam dengan pin bertuliskan namanya membuat Hanna kembali bersemangat untuk melewati satu hari yang melelahkan lainnya.

Kafe semakin ramai, Hanna pun hampir kewalahan melayani pelanggan. Untungnya ia tak bekerja sendirian hari ini.

"Terima kasih Risa, kalo nggak ada kamu kayaknya aku udah mati," ucap Hanna pada teman kerjanya sambil mengambil makanan yang harus ia antar kepada pelanggan.

Cafe Romansa memang selalu ramai jika senja menjelma. Sebagai salah satu kafe viral favorit banyak publik figur tentulah ada banyak hari melelahkan bagi para pegawainya. Tak terkecuali Hanna yang meskipun hanya pegawai part time di kafe itu.

Hanna yang masih mahasiswa di salah satu universitas ternama dengan beasiswa penuh tentulah membutuhkan pekerjaan sampingan untuk menambah uang sakunya.

Seorang yatim piatu seperti Hanna mana bisa meminta uang kepada orang tua seperti teman-temannya yang lain.

"Mbak, saya pesan americano satu. Tolong antarkan ke meja saya ya mbak," ucap salah seorang pelanggan kepada Risa.

Risa pun langsung memberikan pesanan kepada barista agar segera dibuat.

"Hanna, tolong antarkan ini ke meja nomor 5," ucap barista kepada Hanna.

Tanpa babibu Hanna langsung mengantarkan pesanan itu.

"Aduh! jalan pake mata dong," pekik seorang perempuan yang tanpa sengaja tersenggol oleh Hanna.

"Maaf kak, maaf saya tidak sengaja," ucap Hanna sambil menunduk.

Perempuan itu masih saja tak terima meski Hanna sudah minta maaf padahal tak ada yang luka atau kotor sedikitpun.

"Sayang, bahuku sakit," ucapnya kepada pria yang menggandengnya dengan nada sangat manja.

Si pria pun begitu sigap memeriksa bahu pacarnya itu.

"Saya permisi mengantar pesanan pelanggan lain terlebih dahulu. Setelahnya mari kita diskusikan masalah ini. Saya permisi," ucap Hanna masih menunduk.

Hanna pun berlalu pergi mengantarkan pesanan. Terlepas dari salah todaknya dirinya, Hanna hanya tak ingin kehilangan pekerjaannya.

Belum lagi, ia sudah membuat sebuah mobil mewah baret di jalan tadi.

"Hari ini aku sial sekali," gumam Hanna pelan sekali.

...****************...

"Apa-apaan ini!" teriak seorang pria di samping mobilnya.

Sambil celingak-celinguk ia mencari pelaku yang harus bertanggung jawab, ia melihat secarik kertas.

[Aku minta maaf sudah membuat mobilmu tergores. Aku memang tidak punya banyak uang, tapi aku akan bertanggungjawab. Kirimkan tagihan perbaikannya saja padaku. Hanna 0769xxxxxxxx]

Ia pun langsung menelpon asistennya untuk membawakan mobil lainnya dan membawa mobilnnya yang baret ke bengkel.

Seorang pria tak kenal ampun yang diam-diam menghanyutkan itu terus saja menatap nomor ponsel pada secarik kertas.

Seorang Nicholas yang terkenal gila kerja dan cinta uang itu memikirkan apa yang harus ia lakukan kepada orang yang sudah membuat mobilnya baret.

"Berani sekali mengusik Nicholas," gumam Nicholas sambil menancap gas dengan kecepatan tinggi menuju apartementnya.

Sesampainya di apartment, Nicholas meminta sekretarisnya untuk menghubungi Hanna dengan nomor kantor agar ia tak perlu membayarnya.

"Haaah... Sial sekali aku hari ini," keluh Nicholas sambil memijit batang hidungnya.

Bagaimana tidak sial, sudah dimarahi habis-habisan oleh ibunya yang menginginkan seorang menantu dan cucu ditambah lagi mobil kesayangannya baret.

Kalau mobil memang tidak seberapa baginya. Namun, kalau menantu dan cucu ia tak punya ide untuk mendapatkan keduanya secepat mungkin apalagi dengan kepribadiannya itu. Tak ada satu wanita pun yang tahan dengan kepribadiannya.

Bahkan, sudah lebih dari 10 kencan buta yang ibunya rencanakan untuknya dan tak ada satu pun yang berhasil.

"Mama ini, ada-ada saja," lirihnya.

Nicholas yang memejamkan mata sambil bersandar pada sofa pun tanpa sadar tertidur.

Cukup lama ia tidur terduduk. Namun, sesekali ia bergumam dalam tidurnya.

"Aaaa....," pekik Nicholas hingga terbangun.

Keringat sudah membanjiri tubuhnya hingga baju yang ia kenakan pun basah kuyup.

"Menyeramkan sekali," celetuknya sambil merinding.

Rupanya Nicholas yang terlalu memikirkan tentang permintaan ibunya itu membuatnya bermimpi jika ia dijodohkan dengan seorang wanita jelek yang hanya tau menghabiskan uang saja. Dandanan yang tebal bak ondel-ondel terus saja berputar dalam ingatannya membuat bulu kuduk berdiri.

Di tengah lamunan, ponselnya berdering membuatnya terkejut. Melihat nomor kantor yang menelpon, tanpa pikir panjang ia angkat.

"Pak, Nona Hanna tidak bisa lepas tanggungjawab begitu saja katanya. Ia ingin bertemu bapak untuk mendiskusikannya, bagaimana?" ucap sekretarisnya dari ujung telepon.

"Baiklah, aturkan saja jadwal dan tempatnya. Kabari lagi nanti," sahut Nicholas langsung menutup telepon.

Melihat jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 7 malam membuat Nicholas bergegas bangkit dari sofa dan pergi membersihkan diri. Bajunya yang kuyup oleh keringat sudah membuatnya begitu tak nyaman.

Air shower yang hangat begitu memanjakan dirinya dan menghilangkan penat meski hanya sejenak. Karena banyak hal yang perlu ia kerjakan di ruang kerja.

Berkas-berkas menumpuk yang minta segera diselesaikan pun seperti hampir mengamuk.

Nicholas yang tengah mandi tak sadar jika ada seseorang yang menerobos masuk ke dalam apartmetnya.

Mengendap-ngendap perlahan mencari keberadaan Nicholas.

Dengan hati-hati ia melangkah agar Nicholas tidak menyadari keberadaannya. Karena jika Nicholas menyadarinya sedikit saja, nyawanya lah yang menjadi taruhan.

Setelah mandi, Nicholas yang sudah bersiap-siap untuk mengerjakan berkas-berkas di ruang kerja pergi ke dapur terlebih dahulu untuk mengambil minum.

Menyadari adanya perbedaan atmosfir membuat Nicholas waspada.

"Bughhh!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!