"Nicholas, kemari sebentar."
Nicholas yang baru turun dari kamarnya langsung mengekor Wijaya ke ruang kerja.
"Apa ini? Mamamu memperkenalkan gadis baik-baik dan kau malah memungut seorang gadis liar?" Wijaya menatap tajam ke arah putranya.
Beberapa lembar foto dirinya yang tengah menemui Hanna terpampang nyata di depan mata. Akan tetapi, Nicholas juga bukan orang yang tak punya persiapkan ketika memutuskan untuk pulang.
"Apa? Papa sekarang lebih tertarik dengan uang daripada kebahagiaan? Kalau papa menginginkan pernikahan bisnis atau politik, papa saja yang menikah kalau begitu. Aku tidak mau," ucap Nicholas tak mau menuruti kemauan papanya begitu saja.
"Anak durhaka ini!" Pekik Wijaya mengangkat tangan hendak menampar Nicholas.
"Hentikan! Sekali saja kau menyentuh putraku, jangan harap" ucap Rosa mengancam suaminya.
Wijaya hanya bisa menghela napas. Ia tak mungkin melawan istri tercintanya cuma karena masalah kecil seperti itu.
Dengan emosi yang masih tersisa, Wijaya kembali duduk di kursi kerjanya. Sedangkan Rosa sibuk memeriksa putranya terluka atau tidak.
Zahra yang penasaran pun mengintip ruang kerja Wijaya.
Dengan mata polosnya Zahra bertanya, "Kenapa?".
"Anak kecil keluar saja. Jangan ke sini," ucap Nicholas asal.
Rosa langsung menjitak kepala putranya yang suka berbicara asal.
"Aw! Sakit ma!" Pekik Nicholas memasang ekspresi kesal.
Zahra malah menertawai Nicholas sambil menjulurkan lidahnya. Melihat Zahra meledeknya seperti itu, Nicholas makin kesal.
Rosa hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan putra dan putrinya yang jarang sekali akur. Berbeda dengan Wijaya yang tengah mengalihkan emosinya dengan memeriksa laporan perusahaan.
"Nicholas, Zahra, kalian keluar sana! Jangan berisik," suruh Rosa memberi kode menunjuk Wijaya yang tengah fokus pada laporan.
"Alah, bilang aja mama mau berduaan sama papa..."
"Bener tuh, makannya ngusir aku sama kakak. Iya kan kak," sahut Zahra.
Melihat Rosa memasang wajah galaknya, Nicholas dan Zahra langsung lari keluar ruang kerja.
Sedangkan Rosa, ia memilih duduk di sofa depan meja kerja Wijaya. Ia mengamati setiap detail raut wajah tampan suaminya yang begitu serius bekerja. Dengan tatapan mata berbinar, Rosa menatap suaminya penuh cinta.
"Apa ada kotoran di wajahku?"
"Tidak. Di wajahmu hanya ada keindahan mahakarya Tuhan," jawab Rosa sambil terus memandangi Wijaya.
Wijaya mendengar ucapan istrinya menjadi salah tingkah hingga beberapa kali ia menjadi tak fokus.
"Cie..."
Rosa dan Wijaya sontak menoleh ke arah pintu. Di sana sudah ada dua kepala yang sepertinya ingin terpisah dari tubuh mereka.
Rosa langsung melempar bantal, "Pergi sana! Ganggu aja!"
Wijaya terbatuk menetralkan suasana dan untuk menenangkan jantungnya yang berpacu lebih cepat dari biasanya.
"Sayang, kamu keluar saja sana. Aku Jadi nggak fokus kamu lihatin begitu," pinta Wijaya membujuk Rosa.
Rosa tetap saja duduk dan pura-pura tak mendengar. Melihat gelagat Rosa yang begitu, Wijaya pun menghampiri istri tercintanya.
Hafal sudah Wijaya dengan tabiat istrinya itu. Ia pun menyodorkan dompetnya, "pakailah sepuasmu".
Rosa hanya bergeming menatapi dompet suaminya.
Wijaya menaikkan sebelah alisnya bingung, "kamu maunya apa, sayang?"
Wijaya langsung duduk di samping istrinya dan Rosa bergelayut manja padanya.
"Pa-, eh! Ma-maaf pa, ma!" teriak Nicholas yang masuk disaat yang tidak tepat.
Rosa yang terkejut langsung mendorong Wijaya hingga jatuh ke lantai.
"Kok, papa di dorong ma?"
"Biarin! Mama masih marah sama papa. Nanti papa tidur di luar!" ucap Rosa langsung pergi tanpa membantu suaminya yang masih terduduk di lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments