Tak berselang lama Kim keluar dari ruangan, dan menghampiri Karin yang tlah berdiri menyadari kehadiran dirinya.
"Slamat siang Tuan, ada yang perlu saya bantu.?" Tanya Karin yang melihat kearah Kim.
"Nee, ikut saya sekarang. Saya tunggu dibasemant. Langsung masuk mobil saya begitu kamu sampai." Tuntas Kim yang langsung pergi meninggalkan Karin.
Karin yang kalang kabut dibuat Kim, langsung bersiap² dan lari menuju basemant yang diperintah Kim.
......................
Begitu sampai basemant tanpa basa basi Karin mencari sejenak dimana mobil Kim, begitu ketemu Karin langsung membuka pintu mobil mewah milik Kim. Dan duduk diKursi depan.
"Kenapa kau langsung duduk didepan hem.?" Ketus Kim yang melirik tajam kearah Karin, Karin yang bingung langsung gugup dan tertunduk malu.
"A-ah mian-hae tuan saya tidak sengaja, kalau begitu saya pindah kebelakang saja." Jawab Karin yang segera bergegas keluar, namun lebih dulu Kim menahan lengan Karin.
"Tak perlu, tetaplah disini. Karna saya bukan supirmu." Sahut Kim lebih ketus dari sebelumnya.
Karin yang mematung karna kalimat Kim, ia hanya bisa pasrah dengan situasi tak mengenakkan ini.
......................
Hanya keheningan yang terasa didalam mobil. Kim yang memang dingin dan Karin yang ingin membuka obrolan terlebih dulu, namun ia bingung harus mulai dari mana.
"emm Mian-hae tuan Kim. kalau saya boleh tahu, akan kemana kita sekarang." Tanya Karin sembari memandang kearah depan jalan.
"Aku mau makan siang diluar, aku bosan dengan menu makanan diPantry kantor." Jawab Kim seraya memutar setir mobil mengarah kesebuah Caffe disebrang jalan.
......................
Setibanya diCaffe, Kim langsung memesan menu makanan yang tersedia dibuku menu.
Kim memerhatikan Karin kebingungan dengan menu yang tersedia dibuku.
"Menunya samakan dengan pesenan saya." Perintah Kim pada pelayan, belum sempat di'iyakan oleh pelayan. Karin langsung memotongnya.
"A-ah ani-da.. Aku pesan cake coklatnya satu. Dan coffe tanpa gulanya satu juga." Jawab Karin seraya memandang pelayan disampingnya.
Kim yang melirik malas membuat Karin tak enak hati, karna menolak bantuannya.
"Mianhae tuan, ta-pi say.." Belum selesai Karin menyelesaikan kalimatnya, sudah keburu dipotong oleh Kim.
"ye-yee.. Aku tau kau sedang diet karbo, tak perlu merasa bersalah dihadapanku karna menolak bantuanku saat kau kebingungan memilih menu tadi. Tuntas Kim yang membuat Karin ingin meneriaki lelaki yg kepedean didepannya.
"Woii b*go... Bukan itu sompl*k. Yakali gue ikut lu makan menu yang ada daging h*ramnya." Batin Karin yang ingin mengeluarkan larva panas, namun tetap tertahan karna Karin mengontrolnya.
Makanan pun sampai, Kim dan Karin langsung menyantap pesenan mereka tanpa membahas obrolan apapun.
...Setelah selesai makan, Kim langsung memanggil pelayan dengan isyarat, tangan diangkat dengan menunjukkan jari telunjuk, tanda ia meminta bill....
Saat transaksi selesai, Kim lantas berdiri yang langsung diikuti Karin dibelakangnya.
"Ikuti aku, kita akan kesana sebentar." Tunjuk Kim mengarah kesebuah mall disebrang jalan.
"Nee tuan.." Karin yang mengangguk dan setia mengikuti langkah Kim yang terbilang cepat untuk seukuran langkah wanita.
Mereka menunggu sejenak didepan lampu jalan yang menunjukkan warna merah. Tanda berhenti, ketika lampu sudah menunjukkan warna hijau.
...Kim langsung menarik tangan Karin dan mencengkramnya dengan erat. Sontak hal itu membuat Karin terkejut sekaligus heran....
"Bagaimana bisa seorang Kim secara tiba-tiba menunjukkan sikap sehangat ini. Dan terkadang bisa berubah menjadi dingin bahkan tempramen dalam kurun waktu dekat." Ucap batin Karin seraya menatap Kim dari samping, yang diiringi langkah kaki mereka menyebrangi jalan.
......................
"Pak Kim kita sudah melewati penyebrangan dan sudah masuk kedalam." Sahut Karin yang tak direspon oleh Kim, Kim terus memegang tangan Karin, sampai akhirnya Karin memanggilnya cukup keras.
"SEON-SAENG-NIM." Teriak Karin yang langsung direspon Kim secara tiba tiba, Kim berhenti dan melirikkan tajam kearah Karin.
"Aku tidak Tuli Karin-shi." Jawab ketus Kim yang membuat Karin tertunduk tak enak.
Kim kembali melanjutkan langkahnya memasuki salah satu store ponsel. Pegangan tangan mereka terlepas ketika memasuki store tersebut.
Karin melihat ponsel yang dipajang dimeja kaca dan tak begitu menghiraukan Kim yang tengah ditanya oleh pegawai disana.
"Berikan aku ponsel keluaran baru." Minta Kim yang langsung direspon hangat pegawai store.
Kim melirik kebelakang guna memastikan Karin yang berada tak jauh dari dirinya.
Kim yang sudah selesai dengan transaksinya. Langsung menghampiri Karin memegang lembut pundak Karin dengan kedua tangannya.
"Ayok nyonya Kim, urusanku sudah selesai disini." Ajak Kim yang membuat Karin tercengang kata kalimat Kim yang memanggilnya NYONYA KIM.
"Apa? Nyonya.?" Gumam Karin dalam bahasa IND yang tanpa disadari gumamnya iti membuat Kim berdecak kesal secara spontan.
......................
...Skip Di Mobil...
"Tuan Kim." "Karin-shi."
Sahut mereka bersamaan yang membuat wajah keduanya memalingkan muka sesaat lalu diam.
"Kau duluan." Lanjut Kim memerintah Karin.
"Nee Tuan. Ada yang ingin saya sampaikan, sebelumnya maaf jika saya lancang dalam berkata." Jawab Karin dengan perasaan gugup.
"Katakan, aku akan mendengarnya." Sahut Kim seraya menurunkan senderan kursi mobil dan merebahkan punggungnya disana.
"Mianhae-oh kalau saya sudah membuat Tuan marah dipagi hari tadi, karna sarapan yang salah saya berikan untuk tuan. Saya tidak teliti sewaktu membaca biodata tuan Kim, apa saja yang tuan Kim suka dan tidak suka. Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Jadi, tolong maafkan saya." Tuntas Karin seraya menundukkan kepala menghadap Kim yang sedang menyandarkan punggungnya dikursi mobil.
Kim yang tertengun atas permintaan maaf Karin yang tulus, ia hanya bisa melamun kesembarang arah tanpa merespon perkataan Karin.
"Apa Tuan masih marah? saya janji tidak akan mengulanginya lagi." Tegas Karin dengan suara terdengar bergetar karna menahan tangis.
Kim yang menyadari ada perubahan dari nada bicara Karin. Ia bangkit dari sandarannya, menghadap Karin dan langsung menarik lembut Karin masuk kedalam dekapan Kim.
"Jangan menangis, aku memaafkanmu Karin-shi." Ucap Kim dengan suara lembut seraya mengelus lembut kepala belakang Karin.
Tangis Karin pecah saat sikap lembut Kim ditunjukkan untuknya.
"UuWaAaaa.. Hiks.. Hiks.., gomawo-yo tuan mau memaafkan saya." Ucap Karin dengan wajah yang masih mendekap ditubuh Kim.
"Aishhh, aku sudah memaafkan mu. Jadi berhentilah menangis." Ketus Kim seraya mendorong pelan tubuh Karin.
Karin yang masih terisak mencoba untuk diam, meski isakkannya masih sedikit terdengar.
"Kalau sudah tenang mari kita kembali ke kantor." Ucap Kim sembari memasangkan sabuk pengaman untuk Karin.
"Nee tuan, terimakasih." Ucapan Karin yang berterimakasih karna tlah dibantu pasangkan sabut pengaman.
Slama diperjalanan memang tak ada obrolan diantara mereka, hanya saja lirikkan mata mereka tak bisa bohong. Ntah apa yang mereka pikirkan, ketika pandangan mereka bertemu. Keduanya saling gugup dan tersipu malu.
...----------------...
...Skip basemant kantor....
"Terimakasih tuan." Ucap Karin seraya ingin membuka pintu. Belum sempat Karin membuma pintu, dengan cepat Kim menahan tangan Karin.
"Karin-shi ada sesuatu yang ingin ku berikan." Tatap Kim sembari meraba kursi belakang, mengambil paper bag berisikan ponsel baru untuk Karin.
"Ambil ini, tidak ada penolakkan. Tegas Kim seraya memberi paper bag itu.
"A-ah tuan... anda tak perlu repot² begini, lagi pula aku bi.." Belum selesai Karin bicara, ia terdiam dan terkejut akan situasi ini, ia teringat suatu kejadian yang membuatnya sangat emosi kemarin.
"Tuan, kau...??" Sambung Karin yang menatap tajam Kim.
"Mianhae-oh, aku tidak tau kalau aku melindas ponselmu. Tadinya aku tak berniat menggantinya, namun karna aku melihatmu menangis disepanjang jalan. Aku jadi merasa kasihan padamu. Itu saja tidak ada yang lain." Jelas Kim yang terlihat gugup saat berbicara. Seperti bukan direktur yang Karin kenal yang terkenal akan sikap dinginnya.
"YA! tuan. Kenapa kau tidak bisa memelankan laju mobilmu, kalau aku yang terlindas bagaimana? Lalu apa tadi? Disepanjang jalan? YA.! Kau menguntit ku..!" Sentak Karin pada Kim dan melayangkan cubitan did*da bidang Kim, yang membuat Kim meringis kesakitan.
"SssTttt.. Sakitnya.." Ringis Kim sembari menekan pu*tingnya yang Karin cubit barusan.
"A-ah mianhae tu-an, aku tak se-ngaja.. Aku reflek melakukannya." Ucap Karin terbata dan mecoba mengelus d*da Kim yang ia cubit.
Degg.. Deg..
Sentuhan Karin membuat Kim merasakan ada gejolak aneh didalam sana. Sikap Karin saat ini, memancing Kim yang menginginkan lebih dari sekedar cubitan.
Cup..
Kec*pan bibir Kim mendarat diatas bibir sexy Karin. Karin yang terkejut spontan memundurkan tubuhnya menjauh dari Kim.
Suasana menjadi canggung, hanya kekosongan yang mengisi ditengah tengah mereka.
"Saya permisi tuan,. Anda bisa memotong gaji saya bulan depan, karna kejadian kemarin tidak ada yang salah dan benar, ini murni ketidak sengajaan, dan tolong ingat 1 hal tuan, anda tidak punya hak atas diri saya, jadi tolong pahami batasan antara kita." Tuntas Karin yang membuat Kim berdecak kesal.
Sifat keras kepala Kim yang tidak bisa menerima penolakkan. Membuat dirinya emosi.
Dengan cepat Kim mengunci pintu mobil dan langsung menarik tubuh Karin kekursi belakang. Kim mendekap erat tubuh Karin yang memberontak, sampai tak ada celah lagi untuk Karin.
Kim kembali mencium rasuk bib*r Karin, Karin yang memberontak perlahan melemah dan pasrah, karna tenaga Kim lebih kuat darinya. Dan tak terasa tautan bib*r Kim yang tadinya k*sar, kini melemah dan berupaya selembut mungkin saat mel*mat bib*r sexy siJanda muda itu.
Dan tak dipungkiri, Karin pun tebuaiii akan sentuhan bib*r lembut milik Kim. Perlahan tapi pasti, Karin mencoba membalas dan menyesuaikan permainan l*dah Kim yang terus memaksa masuk kedalam.
Kim mengangkat bok*ng Karin keatas pangkuannya. Karin yang peka langsung naik keatasnya, tangannya melingkari leher Kim dan menyentuh beberapa titik bagian sensitif disana, yang membuat Kim mengeluarkan des*han kecil "Emmh". Dan saat ci*man Kim berhenti lalu hendak melanjutkan kecupan keleher Karin. Suara dering ponselnya terdengar.
Dreddd.. Dreddd..📱📱
Kim tak memperdulikan itu, ia melanjutkan kec*pannya dileher jenjang Karin. Dan ponsel itu terus bergetar..
"Angkatlah dulu tuan.., mungkin itu penting." Sahut Karin yang menangkup pipi Kim agar menghindar dari lehernya.
Kim berdecak kesal karna merasa diganggu. Saat mengangkat panggilan itu, Kim perlahan menurunkan Karin dari pangkuannya, memberi kode pada Karin untuk diam. Slama melakukan panggilan itu. Karin yang merasa sudah terlalu lama menunggu. Akhirnya memutuskan untuk keluar secara perlahan agar tak menganggu Kim yang sedang berbicara dibalik ponselnya.
Namun dengan cepat Kim menahan tangan Karin.
"Kita sambung lagi nanti." Ucap Kim seraya memutuskan panggilan itu.
"Kau ingin kemana.." Tanya Kim yang kembali mendekatkan wajahnya keleher Karin.
"Emm-h.. tuan, saya rasa ini cukup, saya harus kembali. Ada banyak pekerjaan yang belum saya selesaikan." Jawab Karin, yang melebarkan telapak tangannya, guna menahan wajah Kim yang terus berada didalam lehernya.
"Hem, baiklah kalau begitu, kau boleh pergi." Sahut Kim yang memberi kode untuk Karin keluar lebih dulu.
Karin yang mengerti langsung keluar dan meninggalkan Kim yang masih berada didalam mobil.
"Hufh.. Ternyata kau sama saja Karin-shi,. Sama-sama mudah diluluhkan." Gumam Kim yang memandang sinis Karin yang semakin jauh meninggalkan basemant.
......................
Terimakasih udah mampir guys. Jangan lupa dukungannya ya.😁👍
Sehabis ini aku mau bahas tentang kehidupan Choki ya.. Semoga suka ya, slamat membaca guys😊👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments