...Beberapa Saat Kemudian...
"Tarik napas.. Buang.. Tarik lagi.. Buang lagi." Rasa gugup yang sangat gugup membuat Karin melakukan kontrol napas selepas turun dari bus, dan menatap gedung besar nan tinggi dihadapannya.
"Hufth.. Ayok Karin, kamu bisa.. Jangan insecure." Gumam Karin dalam diamnya melajukan langkah demi langkah dan memasuki gedung.
"Annyeong, Ada yang bisa bantu nunna. Tanya resepsionis pada Karin yang menghapiri meja kedatangan.
"A-ah.. Nee, saya ingin bertemu dengan seonsaengnim Kim.
"Apa sebelumnya anda sudah memiliki janji.?" Tanya resepsionis pada Karin, seraya melihat layar komputer didepannya.
"aa-ah, nee.. Saya membaca surat ini dan diarahkan untuk menemuinya ditanggal hari ini." Tuntas Karin sembari menunjukkan surat yang diberikan Gadis beberapa hari lalu.
"Mwo, apa apaan ini.. surat ini sangat spesial, bagaimana ia mendapatkannya." Gumam resepsionis dengan mimik muka yang terkejut saat membaca surat pemberian Karin.
"Mian.. Apa ada yang salah dalam suratnya.? Tanya Karin karna penasaran akibat perubahan mimik muka resepsionis itu.
"O-oh, anida.., anda bisa menunggunya diruangan lantai 3, silahkan naik lift disebelah sana. Kalau penjaga ruangan bertanya, anda bisa langsung menunjukkan surat ini, Tuan Kim di jam sgini kemungkinan ada diruangannya." Jelas resepsionis pada Karin yang langsung paham arahannya.
"aa-ah arasseo.. Gomawo nunna. Tunduk Karin seraya pergi kearah lift.
...----------------...
"Apa semua berkas sudah ditaruh dimejaku.?" Tanya Choki pada asisten yang mengikuti langkahnya dari belakang.
"Sudah Pak, bapak tinggal mengecek dan menandatanginya." Jawab asisten yang tiba² berenti karna Choki juga berhenti.
"Emm. Kamu boleh pergi, saya bisa mengeceknya sendiri." Tuntas Choki yang masuk keruangannya tanpa menoleh kebelakang.
"Ah, iya baik pak.." Terdiam diblakang Choki karna terkejut mendapat sikap dingin atasannya itu. "Huft susah banget sih dapet perhatian pak Choki, udah susah payah dandan maksimal tiap hari boro² dapet perhatian. Dilirik juga enggak." Gumam Miranda dibalik pintu ruangan Choki.
Choki yang sekilas mendengar gerutu Miranda hanya bisa menghela nafas kasar.
Choki menjatuhkan bokong dikursi kebesarannya sambil melonggarkan dasi yang melilit dilehernya. Semenjak ia menggantikan posisi Johan yang telah meninggal beberapa bulan lalu, dirinya sangat sibuk hingga tak bisa sesering dulu mengunjungi panti.
Choki dipertemukan dengan Johan yang dulu mencampakkan ibu dan dirinya. Kehamilan ibunya sangat tak diduga. Posisi ibunya saat itu hanya seorang simpanan Johan. Begitu diketauhi bahwa ibunya mengandung Choki. Johan langsung menyuruh untuk menggugurkan Choki. Namun hal itu tak di iyakan ibunya. Akhirnya memilih pergi meninggalkan Johan.
Singkat cerita, setelah beberapa bulan kelahiran Choki, ibunya menyerahkan ia ke Panti tempat dimana ia bertemu dan tumbuh besar bersama Karin. Ibunya harus melepas Choki karna permasalahan ekonomi yang membelit dan memaksa harus kembali kepekerjaan lamanya (P*K).
Flashback On
20 Tahun berlalu, Choki yang sudah tumbuh dewasa dan mencari pekerjaan dikota, ia melamar kebeberapa perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan. Apapun pekerjaannya, Choki tak pernah memperdulikan itu. Selagi halal ia mau bekerja keras.
Dreddd.. Dredd..📱📱
"Pak, target telah memasukkan data diri untuk melamar keperusahaan Johan Gruop." Sahut seseorang yang memberi info lewat panggilan telvon.
Telvon terputus ..
Tokk..Tokk.. Suara ketukkan pintu dari luar ruangan.
^^^"Ya masuklah.." Sahut pemilik ruangan.^^^
"Morning Sir, saya ingin memberikan info dari suruhan kita, bahwa target sudah memasukkan data diri untuk melamar diperusahaan kita." Tuntas ajudan Johan memberitahu bahwa Choki sudah melamar diperusahaan milik Johan.
"Hemm bagus, terima ia sesuai dengan lowongan pekerjaan yang ia inginkan." Sahut Johan dari balik kursi kebesarannya, tanpa membalikkan diri menghadap ajudannya itu.
"Oke sir, saya pamit undur diri." Seraya membalikkan diri dan pergi meninggalkan ruangan.
"Akhirnya kamu datang nak." Gumam Johan seraya mengelus dada tepat dibagian jantungnya.
...----------------...
Choki langsung ditrima dan bekerja diperusahaan Johan Gruop sebagai Cleanning Servis .
Setelah beberapa minggu Choki bekerja, ia di panggil menghadap Johan diruangannya. Choki yang sempat berfikir, apa ia melakukan kesalahan, atau ia diperintah untuk membersihkan ruangannya.
Tok.. Tok.. Tok..
"Permisi Pak, bisa saya masuk." Tanya Choki yang menunggu didepan pintu.
"Ya, Silahkan masuklah nak." Jawab Johan seraya menatap pintu terbuka.
"Maaf pak ada yang bisa saya bantu..?" Tanya Choki yang sudah berdiri dihadapan Johan.
Johan yang terkejut, bahwa ini pertama kalinya melihat Choki secara langsung. Kenapa kamu begitu mirip seperti dulu waktu dimasa mudaku nak. Batin Johan yang menatap Choki tajam.
"Maaf pak, saya tadi diberitahu pak Irwan soal bapak memanggil saya kemari. Apa ada yang bisa saya bantu pak, atau saya melakukan kesalahan slama bekerja disini pak.? Tuntas Choki membuyarkan tatapan Johan padanya.
"Emm itu.. Ya., saya perlu bantuan kamu saat ini. Bisakah kamu bantu saya untuk membenahi beberapa berkas dimeja saya." Tunjuk Johan kearah meja yang berada disudut ruangan.
"Baik pak saya akan segera kerjakan." Jawab Choki langsung melangkahkan kakinya kearah meja yang penuh dengan tumpukkan berkas tak beraturan.
Choki yang sedang merapihkan berkas-berkas dimeja, Johan menatap Choki tanpa memalingkan pandangannya. Choki yang menyadari akan pandangan itu. Hanya bisa diam dan terus melakukan tugasnya.
"Berapa usiamu nak.? Tanya Johan tiba-tiba membuat Choki berhenti seperdetik dan melirik kilas kearah Johan.
"21 tahun pak." Tuntas Choki sembari melanjutkan pekerjaannya.
"Dimana tempat tinggalmu, dan dengan siapa kamu tinggal." Tanya lagi Johan tanpa memalingkan pandangannya.
"Saya tinggal dipanti dan besar disana pak, saya diserahkan pada saat usia saya belum genap 1 tahun. Jelas Choki yang ingin menutup pertanyaan soal identitas pribadinya. Choki berharap pertanyaan itu tak lagi ditanyakan atasannya. Itu membuat kuping panas kalau disinggung soal keluarga.
"Maaf sebelumnya, kalau saya boleh tau dimana orang tuamu, kenapa kau tinggal dan besar dipanti." Tanya Johan yang membuat Choki hampir naik pitam.
Choki yang menghela nafas kasar langsung menjawab sinis. "Saya tidak tau dimana mereka dan siapa mereka, yang saya tau saya adalah anak yatim piatu, syukurnya saya bisa tumbuh besar tanpa kehadiran mereka."
"Saya permisi pak, berkas dan mejanya sudah saya rapihkan." Timpah Choki yang menundukkan kepala langsung melangkahkan kakinya keluar pintu.
Johan yang melihat emosi diwajah Choki melontar kekeh sinis kepada dirinya sendiri. "Lihat itu Johan, sikap dan tempramennya mirip sekali denganmu." Batin Johan seraya memegang Handphone guna menghubungi seseorang.
...----------------...
...3 Bulan Kemudian...
Choki yang sedang membersihkan lantai loby tak sengaja mendengar perbincangan para karyawan yang sedang menunggu didepan pintu lift.
"Kamu tau gak, pak Johan sakitnya kambuh akhir-akhir ini, jadi jarang banget beliau dateng keacara meeting penting."
"Jangankan meeting penting, untuk dateng ke kantor aja pak Johan harus dibantu kursi roda."
Perbicangan mereka membuat Choki heran, pasalnya ketika Choki berhadapan dengan pak Johan. Pak Johan tampak baik baik saja, tak terlihat seperti orang sakit atau memiliki penyakit serius, dan memang untuk beberapa waktu ini Choki tak pernah melihat pak Johan dikantor.
"Choki, Bisa kita bicara sebentar." Panggil pak Irwan yang menghampiri Choki di loby.
"Oh iya bisa pak, ada yang bisa saya bantu pak.?" Jawab Choki yng memberhentikan pekerjaannya sejenak, guna menghormati lawan bicaranya.
"Mari keruangan saya, kita bicarakan disana." Ajak pak Irwan mendahuluin Choki.
...----------------...
...Skip Ruangan...
"Mari, silahkan masuk." Sembari membukakan pintu dan Choki ikut memasuki ruang pak Irwan.
"Silahkan duduk dulu, saya mau mengambil minuman." Perintah pak Irwan seraya jalan menuju kulkas mini disudut ruangan.
Choki yang menuruti perintah pak Irwan, duduk dan menerima minuman kaleng pemberian pak Irwan padanya.
"Terima kasih pak." Ucap Choki yang terlihat Canggung.
"Jangan canggung nak, aku tak akan memberi berita buruk untukmu." Ledek pak Irwan yang melihat Choki gugup seketika memasuki ruangan.
"Kalau saya boleh tau, ada kepentingan apa sampai saya dimeminta keruangan bapak.?" Tanya Choki sembari meremas pelan minuman dingin ditangannya, karna merasa gugup.
"Ah iya, Ini nak kamu bisa membaca ini dengan seksama, dan yakinilah bahwa ini kenyataan baru untukmu." Jawab pak Irwan sembari memberi map biru kepada Choki, map biru yang sudah sedari tadi tergletak dimeja.
Choki menerima map itu,membuka dan membacanya dengan seksama.
Betapa terjekutnya Choki sampai mengerutkan aslinya, ia baru saja membaca beberapa baris dari isi surat itu, isinya sudah membuatnya menatap pak Irwan dengan tajam, dan ia terus membacanya hingga selesai.
......................
"Apa maksud dari ini semua pak.?" Tanya Choki paka pak Irwan, tangan bergetar seraya memegang map tersebut, hatinya menggebu, matanya berkaca² seakan masih tak menyangka dengan ini surat dan beberapa lembar foto yang berada dalam satu map.
"Inilah kenyataan untukmu nak, pak Johan yang sakit keras, ia didiaknosa tak akan bisa sembuh dari penyakitnya. ia tak mau dirawat kerumah sakit. Sekarang beliau ada dirumah besar." Kediaman pak Johan saat ini.
Choki yang masih melamun dengan pikiran yang terus berputar untuk memahami keadaan saat ini.
"Apa yang harus aku lalukan, gak mungkin mereka mencariku, mengikutiku, bahkan sampai takdir mempertemukanku dengan orang yang tlah mencampakkan ku slama 20 tahun." Batin Choki terus bertanya tanya membuatnya merasa sangat pusing.
"Jika kamu sudah selesai dengan lamunanmu, mari.. Saya antar kamu kerumah besar untuk menjenguk ayah kandungmu." Ajak pak Irwan yang membuat kelopak mata Choki melebar seketika.
Flashback off
...----------------...
Makasih guys masih baca novel karangan aku. Semoga suka ya, sampai tamat yuk bacanya. 😁👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments