Keesokkan paginya Karin bersiap-siap untuk berangkat kerja.
Gadis yang sudah pulang dini hari, langsung tertidur begitu sampai. Gadis minggu ini mendapat jadwal kerja dengan waktu shift 2, jadi tak heran kadang ia mendapat kerja dijam malam yang melelahkan, pulang sebelum matahari terbit, dan pergi kerja lagi diwaktu matahari terbenam.
Ini semua ia lakukan demi membantu perekonomian keluarganya diDesa.
"Ndis.. Aku berangkat ya. Jangan lupa kunci pintunya." Ucap Karin sembari memakai sepatu hils 5cm miliknya.
"He'em.. Nanti ku kunci." Jawab Gadis yang dibalik wajah yang tertutup bantal. "Kok kamu yang kaya punya kamar sih Rin, maen printah aku kunci pintu.?" Sahut Gadis yang mendengak'an kepala sembari memandang Karin diambang pintu.
Karin terkekeh melihat temannya yang tersinggung atas ucapannya.
"Biar kamu gerak ngunci pintu, abisnya kamu suka pura² mati kalau tidur." Ucap Karin yang langsung keluar dari kamar.
"Woii bocil ing*san.!! Awas aja lu balik kesini lagi gak bawain gw makanan, gw ganti ini kata sandi pintunya.!" Jerit Gadis yang keras membuat Karin lari tebirit birit, karna takut dikejar dan dipukulin oleh Gadis😁.
...Skip Kantor.....
Karin sampai lebih awal sebelum Pak Kim. Hal ini ia lakukan karna sudah jadi syarat ketentuan kantor bila menduduki jabatan sebagai sekertaris Direktur perusahaan.
"a-ah sudah siap👌.., apa lagi ya yang kurang." Ucap Karin sembari bebenahi kembali nampan berisi sarapan/cemilan yang ia bawa untuk Pak Kim.
Karin bergegas keluar ruangan dan menuju meja kerjanya.
Ia segera mengerjakan salinan dokumen yang kemarin diberikan BG pak Kim dari mantan sekertaris pak Kim, yang belum diselesaikan.
Tak lama kemudian, pak Kim datang kekantor dengan setelan celana slim sweat navy dengan kemeja putih rapih, tak lupa dengan rompi warna senada.
Karin membungkuk kepala dan badan guna memberi hormat kepada Boss nya itu. Kim yang dingin, hanya lewat tanpa melirik ke arah Karin. Bahkan ia tak merasa bersalah atas kejadian kemarin.
"Dih.. Sombong buanget tuh muka, mentang mentang punya muka karismatik, seenaknya aja acuh tanpa bersalah." Batin Karin yang masih merasa kesal karna ponselnya hancur dilindas ban mobil Kim.
PRANGGGGG....!!
"Astaga... Suara apa itu." Kejut Karin yang reflek langsung lari kedalam ruangan pak Kim.
"Mianhae pak, ada ap.. Belum sempat ia selesai bicara, Karin terkejut melihat nampan berisi sarapan untuk pak Kim sudah hancur berserakan dilantai.
"Si-apa yang menyiapkan i-ni.? Tanya Kim dengan nada bergetar.
"Saya pak, saya yang menyiapkan ini untuk sarapan bapak." Jawab Karin menahan takut karna perubahan wajah pak Kim yang memerah menahan emosi.
"Aisshhh.. Karna kau aku jadi seperti ini..!!" Emosi Kim yang memuncak seraya menunjuk-nunjuk kearah Karin.
Karin yang merasa bersalah, langsung bergegas membersihkan pecahan kaca yang berserakkan dilantai.
"Mian Pak, saya akan gantikan dengan yang lain bila bapak tidak suka dengan makanan ini." Ucap Karin sembari membersihkan lantai.
"a-aw.." Lirih pelan Karin, jarinya tak sengaja tergores pecahan beling dilantai.
Kim yang acuh dengan posisi memunggungi Karin, tak hirau dengan goressan dijari Karin.
"Sebaiknya kau keluar sekarang." Sahut Kim yang masih stay diposisinya.
"Nee Tuan, saya bereskan ini dulu." Ucap Karin mempercepat gerakkannya.
"APA KAU TULI HAH..!!" Bentak Kim yang membuat nampan berisi pecahan beling itu terjatuh kelantai lagi.
Karin yang terkejut, tangannya bergetar karna mendengar bentakkan keras ditelinganya. Ia langsung berdiri dan bergegas keluar dari ruangan Kim dengan mata berkaca-kaca.
Kim yang melihat ada bercak darah dipecahan beling, hanya bisa menghela nafas kasar. Ia duduk dikursi kebesarannya dan menutup wajahnya dengan telapak tangan, seperti ada penyeselan dibaliknya.
"Maafkan Kim nek, ini semua salah Kim." Gumam Kim yang menangis dengan wajah yang tertutup tangan.
...Skip Pantry.....
"Hiks...Hiks.. Uuwaaaa.." Tangis Karin yang tertahan karna malu bila ada yang mengetahui.
"Apa salah gue.. Perasaan cuman nyaipin sarapan doang, kenapa mesti banting tuh nampan, terus kenapa gue dibentak bentak". Tangis Karin semakin pecah namun tetap tak bersuara.
"Ini juga jari, kenapa lu mesti kena beling sih, kan perih tau. Uuwaaaa.." Lanjut Karin larut dalam tangisan.
Setelah puas meluapkan tangisannya, Karin segera kembali kemeja kerjanya.
"Untunglah pantry dikantor sepi dijam pagi. Kalau tidak aku akan semakin malu bila diketahui menangis dalam diam." Gumam Karin seraya mengelus perban yang membungkus jarinya yang terluka.
Karin kembali melanjutkan pekerjaannya, dan mencoba melupakan kejadian pagi ini.
......................
"Hai nonna.." Panggil lelaki tampan yang mendekat kemeja Karin, ia tak kalah tampannya dari Kim.
"Nee, ada yang perlu saya bantu Tuan. Jawab Karin langsung berdiri dan membungkuk kearah lelaki tanpa itu.
"Apa Kim ada diruangannya.?" Tanya ia yang mengalingahkan pandangannya kepintu ruangan Kim.
"Ye Tuan,. pak Kim ada didalam. Apa anda sudah memiliki janji dengan pak Kim., siapa nama anda, biar saya bantu cek jadwal hari ini." Tuntas Karin dengan gesit, membuat lelaki tampan itu tersenyum kagum.
"Namaku Jay.. Dan kau tak perlu repot repot, aku tak ada didalam jadwalnya hari ini." Sahut Jay yang menatap Karin.
"Kalau memang mendesak, anda bisa kembali lagi nanti, sebelum jam makan siang. Jadwal pak Kim kosong di 30 menit sebelum jam makan siang." Tuntas Karin pada Jay yang hanya menatapnya sedari tadi.
"Hemm😊, Kim memang slalu pintar memilih sekertaris untuknya." Gumam Jay yang melebarkan senyumnya pada Karin.
"Maksud anda apa tuan.?"
"Kau tak perlu tau maksudku, aku kesini atas perintah Kim. Jadi aku bisa langsung masuk kedalam sana sesukaku." Jawab Jay yang langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Karin.
...----------------...
"Apa yang kau bicarakan dengan sekertaris baruku Jay..?" Tanya Kim pada Jay yang baru saja masuk kedalam.
"Mwo?? santailah sedikit hyung.. Aku bahkan belum sempat duduk dan kau sudah melontarkan pertanyaan sinis padaku." Keluh Jay dengan sikap dingin Kim yang ia miliki sejak remaja, lebih tepatnya sejak kedua orang tuan meninggal diracun seseorang.
Semenjak kepergian orang tuanya, Kim menjadi Dingin, Tempramen, mood yang suka berubah-ubah diwaktu yang sama. Bahkan ia bisa seolah pura-pura lupa akan kejadian beberapa jam yang lalu.
"Ntah sampai kapan sikapnya kembali normal. Semoga saja dengan bertemunya ia dengan jodoh yang tepat, akan membuat sikapnya sekarang pelan-pelan berangsur membaik." Batin Jay yang menatap lekat Kim dari kursi tamu.
"Jangan memandangku seperti itu. Aku memang sudah menawan sejak dulu." Sahut Kim yang seakan tau Jay sedang membicarakan dirinya.
"Aish hyung kau terlalu percaya diri. ya,, ku akui memang dirimu menawan, tapi seridaknya aku tidak kalah menawan darimu." Jawab Jay yang tak mau kalah dari hyung sepupunya itu.
"그런데,//Ngomong-ngomong.. Ada apa hyung memanggilku kemari." Tanya Jay sembari memainkan ponselnya.
Kim yang melihat Jay memegang ponsel, teringat akan kejadian kemarin saat ia tak sengaja melindas ponsel Karin.
Flashback On.
Kim yang baru keluar ruangan dan melihat Karin setia dimejanya.
"Kenapa dia belum pulang, apa yang dia tunggu, bukankah jam operasinal kantor sudah berakhir 1 jam yang lalu." Batin Kim dan terus melangkah, ia hanya melirik Karin sekilas ketika keluar dari ruangan tadi.
Setelah sampai dibasemant, Kim masuk kemobilnya dan melajukan mobilnya keluar dari kantor. Ia menancapkan pedal gas dengan kecepatan cukup kencang, hingga ia tersadar ban mobilnya melindas sesuatu.
Kreegg.. Suara yang sekilas terdengar ditelinga Kim, ia langsung menepikan mobilnya. Hendak keluar mengecek, namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok wanita yang ia kenal (Karin) sedang mengumpat dibelakang sana.
"Kenapa dia seperti orang gila yang marah marah dipinggir jalan, apa aku melakukan kesalahan sampai dimenunjuk² mobilku.?" Tanya Kim yang seolah² tak tau kalau ia tlah melindas ponsel Karin.
Kim yang mencoba untuk tidak menghiraukan Karin, kembali melanjukan mobilnya.
Dan ntah kenapa, dirinya penasaran dengan hal yang membuat Karin mengumpat dan menunjuk² mobilnya. Kim memutuskan memutar arah kembali kehalte bus. Ketika ia sampai, ia tak lagi melihat Karin disana.
"Apa dia sudah naik bus.?" Gumam Kim seraya mencari sosok Karin ditengah keramaian.
"Ah sudahlah, kurasa dia sudah naik bus." Lanjut Kim sembari melajukan pelan mobilnya.
Tapi ketika Kim melewati halte bus, ia melihat Karin yang sedang berjalan tertunduk sesekali ia menyeka wajahnya dengan telapak tangan, seperti seseorang yang sedang menangis.
Kim memutuskan untuk membuntuti Karin, akan kemana langkah kaki jenjang itu membawanya.
Setelah 30 menit berlalu, Karin memasuki gendung Mes tempat karyawan produksi milik perusahaan Kim tinggal. Sebelumnya Karin masuk, ia membuang ponselnya kedalam tong sampah. Namun tak berselang lama Karin kembali mengambilnya dan meraba pelan ponsel yang sudah remuk terlindas ban mobil Kim.
Kim terkekeh kecil melihat tingkah polos janda muda dihadapannya.
"Apa istimewanya ponsel hancurmu itu nona." Gumam Kim yang masih terkekeh seraya melihatmu memasuki gedung mes.
Flashback Off
"Bisakah kau mencarikan aku apartemen dalam waktu dekat ini." Minta Kim yang membuat Jay menjatuhkan Rahangnya.
"Apa aku seperti pesuruhmu hyung? aku jauh jauh kemarin bahkan terburu buru karna kau ingin membicarakan hal penting. Tapi ternyata hal penting itu hanya menyuruhku mencarikan apartemen." Oceh Jay dalam satu tarikkan napas yang tak habis pikir dengan sikap hyungnya.
"Apa kau menolak permintaanku? Baiklah kalau kau menolak, aku akan batalkan investasi diclub milik mu." Ancam Kim dengan nada santai sembari mengangkat telvon kantor, guna menghubungi seseorang.
"Ou-Ou.. Hy-ung, ha-jima hyung. Okey okey. Aku a-akan mematuhi permintaanmu, apapun itu. Tapi jangan kau batalkan investasimu untukku." Jawab Jay yang tebata bata langsung mengahampiri Kim, merayu Kim sembari memijat pelan pundak bidang Kim.
Kim terkekeh kecil sembari meletakkan telvon lalu menikmati pijatan Jay, karna memang sudah lama ia tak dipijat.
"Aku penasaran untuk apa hyung mencari apartemen, bukankah hyung sudah punya apartemen.?" Tanya Jay disela² pijatannya.
Kim memberi isyarat ke Jay untuk berhenti memijat dan terfokus kembali kedokumen dimeja kerjanya.
"Ah sudahlah kalau hyung tidak mau menjawab, kalau begitu aku pamit." Sahut Jay yang diabaikan Kim, tak heran dengan sikap Kim, jay langsung melangkah keluar.
"Omong omong wanita diluar sana apa dia sekertaris barumu hyung.?" Tanya Jay disaat ia memegang gagal pintu, dengan nada seperti menggoda ingin mengincar Karin.
"Tutup mulutmu dan jangan kau sentuh dia.!" Tuntas Kim dingin dengan lirikkan tajam kearah Jay.
Jay yang merasa akan diterkam, langsung melarikan diri kebalik pintu.
......................
Jay melirik kearah Karin yang tersenyum menyapanya, sempat terfikir oleh Jay.
"Apa dia akan jadi incaran hyung selanjutnya seperti mantan sekertaris lamanya."
"Ku harap tidak, karna kurasa Karin wanita baik." Batin Jay seraya membalas senyum sapa Karin.
"a-ah manisnya senyum diwajah Tuan Jay, tak seperti lelaki didalam sana. Dingin bagai kutup Selatan yang tak mungkin mencair." Batin Karin seraya melirik sekilas kepergian Tuan Jay yang memasukki pintu lift.
...----------------...
Oke guys, kita sambung ceritanya diepisode berikutnya ya.. Makasih banyak loh udah jadi pembaca setia novelku.😁👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments