Karin tersadar bahwasalnya dia akan bisa tinggal terlalu lama disini. Selain tak enak hati, Karin juga harus mengejar cita-citanya yang sempat tertunda.
"Haah.." Nafas kasar yang Karin keluarkan sembari menikmati langit malam diatap rumah panti. Sudah lama aku tak menikmati nyamannya malam disini". Gumam Karin sembari terus memandang langit-langit malam.
"Disini rupanya kamu Rin.." Sahut kak Choki sedari tadi sudah melihat Karin yang termenung.
"Kak Choki, sudah sejak kapan kk disitu?". Tanya Karin yang melihat Choki yang mendekat dan duduk disebalah Karin.
"Baru saja, begitu melihatmu dari bawah aku langsung memutuskan menyusul keatap". Jawab Choki sembari mengeluarkan rokok lalu menyalakan rokok dengan korek api lidi.
"Kk masih merokok rupanya, tak takut dimarahi ibu panti lagi?". Ejek Karin dengan nada meledek sedikit terkekeh, ia teringat waktu mereka ketahuan merokok waktu masih duduk dibangku SMP.
Choki yang terkekeh mengingat kala kejadian itu, membuatnya merasa sedikit malu pipinya merona merah. Dan setelah kejadian itu Choki disuruh menggunakan sarung seharian full, tanpa baju yang menutupin badan putihnya ditambah p*ntingnya yang berwarna merah muda semakin membuatnya malu.
"Hahaha..." Tawa lepas Karin yang melihat reaksi Choki kala ia membahas sewaktu mereka masih bocah.
Buat yang nanya visual dan biodata dari Karina, Rega, dan Chiko. Author kasih gambaran sedikit ya, selebihnya kalian boleh berimajinasi sendiri. Hehe..
Karina Safitri:
-Wanita berusia 21Tahun, berparas cantik dan manis.
-Memiliki postur tubuh tinggi langsing, kaki yang jenjang dan kulit yang putih dominan kuning langsat.
-Hidung yang mancung, bibir yang cukup tebal nan sexy menambah kecantikkan yang ia miliki.
-Memiliki bola mata dan kelopak mata seperti boneka hampir seperti LisaManoban.
-Sudah pernah menikah diusia muda (20Tahun).
-Dan bercita-cita keliling dunia, serta mendirikan panti Asuhan untuk anak-anak yang kehilangan kasih sayang orang tua.
Rega Pramanan:
-Lelaki tampan berusia 26 tahun,
-Postur tubuh yang tinggi berisi, serta otot tangan yang cukup kekar, kulitnya yg bersih menambah karismatik disetiap orang yang memandangnya.
-Hidungnya yang mancung memiliki kumis timis, dan tatapannya yang tajam, menjadi daya tarik bagi si pemilik.
-Mantan suami dari Karina.
-Mereka bercerai karna orang ketiga.
Choki:
-Lelaki blasteran berusia 24 tahun,
Choki menyadari kalau dia blasteran, namun enggan disebut dirinya blasteran, karna dia besar dan dididik diIndonesia.
-Dia diserahkan orang tuanya sedari balita, karna pekerjaan ibunya sebagai P*K dikota. Ibunya enggan menggugurkan Choki karna tak tega.
Hingga sekarang Choki belum bertemu ibunya, dan malas untuk mencari dimana ibunya. Choki paling sensitif jika ditanya soal orang tua.
-Memiliki kulit putih dan memiliki full tatto ditangan kiri hingga kepundak belakang.
-Postur tubuh yang kekar dan tinggi, alis yang tebal dan rahang yang tajam, membuat para gadis desa yang berada dilingkungan panti asuhan dibuat terpesona akan rupanya yang begitu menggoda.
-Pekerja keras guna membantu perekonomian panti yang membesarkannya. Ia bekerja diladang milik salah satu juragan didesa dekat dengan panti.
-Ia kk tingkat Karin dan sempat memiliki perasaan pada Karin, namun enggan memberitahu sejak Choki memergoki Rega yg menyatakan cinta dan melamar Karin.
Oke, cukup ya gambaran visual dan biodata dari mereka bertiga untuk episode ini. Author mau lanjut lagi..😊
...----------------...
"Kak, ku rasa Karin tak bisa lama disini". Putus Karin setelah tertawa meledek Choki yang sedari tadi tersipu malu.
"Ada apa? Apa kamu bosan? Mau ku temanin jalan-jalan keliling desa sekarang?". Tanya Choki bertubi-tubi karna bingung harus melakukan apa agar Karin tak bosan.
"Hemm bukan itu maksudku kak, aku rasa aku tak bisa tinggal lebih lama dipanti. Aku ingin mengejar cita-citaku yang sempat tertunda." Jawab Karin membuat Choki menghembuskan asap rokoknya keatas udara, seakan kecewa mendengar perkataan Karin.
"Apa kau yakin akan meninggalkan Indo". Tanya Choki yang tau cita-cita Karin slama ini.
"Tentu saja aku yakin, karna memang itu cita-cita yang ingin aku gapai."
"Apa kamu punya uang untuk keliling dunia. Jajan gulali aja masih minta sama aku". Ledek Choki mengingat akan masa kecil mereka dulu, dimana didesa mereka ada pasar malam, dan Karin yang melihat ada abang penjual permen kapas atau gulali. Lalu merengek ke Choki agar dibelikan permen kapas.
Karin yang mendengar perkataan Choki, hanya bisa menahan malu, dan memukul-mukul lengan Choki sembari mengguncang-guncang tubuh kekar Choki.
Flashback On
"Ssttt... Karin... Sini.." Teriak Choki dalam bisikkan Karin yang menyadari Choki memanggilnya ia langsung menghampiri Choki seraca perlahan, seperti mengendap endap.
"Ada apa kak.?" Balas Karin dalam suara bisikkan.
"Didepan desa ada festival pasar malam, kamu mau ikut aku kesana gak.?" Bisik Choki yang menarik perlahan tangan Karin.
"A-aku takut, nanti Ka-lau Ibu panti tau pasti kita dimarah". Jawab Karin yang memanyunkan bibirnya, ia ingin pergi, namun tau akan resikonya.
"Udah gk usah khawatir, kita gak lama disana, cuman liat-liat udah itu pulang." Menarik paksa tangan Karin agar bergerak cepat, sebelum ibu panti mengetahui kalau mereka ingin pergi diam-diam.
"Ayooo buruan Rin.." Berlari sembari menarik tangan Karin, menjauh dari panti.
"Kak.. Pe-lan pelan dong, Ca-pek ta-uuu". Suara ngos ngos'an dari napas Karin setelah mereka berhasil menjauh dari panti.
"Kita berenti disini dulu deh." Perintah Choki begitu melihat Karin terjongkok dijalan.
"Me-mangnya masih jauh ya pa-sar malemnya?". Tanya Karin yang masih mengatur napasnya.
"Kamu gak liat itu didepan ada lampu terang, itu pasar malemnya." Tunjuk Choki kearah pasar malem, yang kemudian agak terkejut melihat Karin tiba-tiba langsung berjalan melewatinya.
"Hei Karin.. Mau kemana?". Tanya Choki heran dengan Karin yang tadinya ngos-ngosan, tiba-tiba langsung semangat jalan.
"Kk ngapain diem disitu, buruan... Nanti keburu malem, ibu panti nyariin kita". Jawab Karin yang seakan-akan Choki lah yang mengeluh karna kecapean.
Choki yang mendengar omongan Karin hanya bisa menjatuhkan rahangnya. "Hah, kok aku yang disalahin berenti disini, itu kan mau kamu Karin..!" Teriak Choki sembari mengejar Karin yang lumayan jauh didepannya.
......................
Sesampainya mereka dipasar malem, mengelilingi pasar malem yang menyediakan aneka permainan anak, wahana permaian untuk orang dewasa. Dan tak lupa juga, ada banyak aneka makan dan cemilan yang dijual orang-orang sekitar.
Karin begitu girang melihat banyak lampu warna warni yang terpasang diwahana pasar malem, membuat suasana semakin meriah.
Meskipun Karin tak bisa menaikin wahana permaian, walaupun hanya 1 wahana, tak membuatnya berkeci hati. Karin sudah tau akan kondisinya saat ini. Jadi cita-cita Karin yang ingin keliling dunia, guna melampiaskan rasa penasarannya atas apa yang ia tidak dapatkan semasa kecil.
Choki yang ikut menikmati meriahnya pasar malem saat itu, sampai hampir lupa waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam, yang dimana mereka harus segara pulang kePanti.
"Ah hampir lupa, Karin.. Ayok kita pulang, keburu malem banget. Nanti ketauan ibu panti kita gak ada dikamar." Tarik Karin yang tak memperdulikan ajakkan Choki.
"Nanti sih kak, baru juga sampe udah ngajak pulang." Celoteh Karin yang tak sadar membuat Choki gemas.
"Iiihhhhh... Ini udah malem bocil, nanti ibu panti nyariin gimana." Choki yang mencubit pipi Karin karna gemas, yang yak sadar kalau mereka udah cukup lama disini.
"aaahh.... Sakit kak Am-pun. Iya iya ayok kita pulang yok." Patuh Karin sembari mengelus pipinya yang dicubit Choki.
Sejalan mau pulang kepanti, Karin melihat ada permen kapas yang tergantung digerobak sepeda.
Karin yang sedari tadi berjalan berdampingan dengan Choki, Lalu Choki yang sadar Karin tak lagi disampingnya, langsung menengok kebelakang. Ternyata Karin berhenti disamping gerobak Permen Kapas.
"Ngapain kamu berenti disitu, ayok pulang." Ajak Choki menghampiri Karin, kerika hendak menarik tangan Karin, sudah lebih dulu Karin yang menarik baju Choki, memasang wajah melas, seperti menginginkan sesuatu.
"Kak Choki aku mau itu..." Mulut yang manyun seraya menunjuk permen kapas yang menggantung.
"Ah ada-ada aja kamu, besok-besok aja kita belinya, sekarang udah larut banget. Takut ibu panti sadar kita gak ada." Nada datar yang dilontarkan Choki membuat Karin sedih hingga ngerengek kekeh tetap mau permen kapas.
"Ta-pi kak.. Aku pingin itu loh, Hiks. Menunjuk kearah permen kapas, kk beliin aku itu ya. Jangan pelit sama adek sendiri, nanti kuburannya sempit loh."
Choki menghela napas kasar, yang ia khawatirkan adalah uang yang ia pegang hanya 3ribu, sedangkan tulisan harga untuk permen kapas yang tergantung adalah 5Ribu.
"Rin.. Tapi uangku gak cukup, aku belum mancing ikan untung dijual, besok aja ya kita kesini lagi.." Rayu Choki ke Karin, berharap Karin mengerti.
Karin yang hanya diam tertunduk sedih karna keinginan tidak bisa ia dapat. Tapi mau bagaimana lagi, Karin paham akan kondisinya saat ini.
Akhirnya mereka pulang. Sedari tadi Karin hanya diam tertunduk. Hal itu membuat Choki tak enak hati.
"Rin, kamu tunggu sini sebentar ya." Perintah Choki memegang pundak Karin, memerintahkan Karin untuk tidak kemana-mana.
"Kenapa lama banget si kak Choki perginya, ngapain coba aku disuruh tunggu sini." Batin Karin yang mulai bete nunggu Choki yang tak kunjung kembali. Karin yang melihat Choki berlari cukup kencang dari arah pasar malem, terkejut dengan apa yang kk nya bawa.
"Ha.. Ha.. Ha.., suara napas yang terdengar sangat ngos ngos'an karna berlari cukup kencang.
"ini buat kamu Rin." Menyodorkan permen kapas yang Karin inginkan.
Betapa girangnya Karin menerima permen kapas yang dibawakan kak Choki, Karin pun melompat kecil karna sangking senangnya mendapat permen kapas.
Flashback off.
Yang penasaran kenapa Choki bisa beliin Karin permen kapas, padahal uang disaku Choki cuman 3ribu. Jadi, Begitu Choki berhadapan dengan abang penjual permen kapas, Choki memelas buat dapetin permen kapas itu dengan harga 3ribu. Tapi si abang tetep kekeh harganya 5ribu.
Dan akhirnya Choki ngasih kesepakatan kalau Choki bakal balik lagi besok malem, untuk bayar sisanya. Tenang aja guys, Choki anak tepat janji kok, dia balik lagi keesokkan harinya untim bayar kekurangan waktu beli permen kapas untuk Karin.
Hemm betapa sosweetnya si Choki, sampe rela ngutang buat nyenengin Karin 😚😚
...****************...
...****************...
"Hemm kalau diinget seru juga ya kak masa kecil kita dulu. Menantang maut rasanya, hahah.." Jawab Karin yang membuat Choki terkekeh dengan kata menantang maut.
Dan tanpa sadar, Karin menyenderkan kepalanya dipundak bidang Chiko.
"Deg.." Detak jantung yang terkejut atas sikap Karin.
"Aku kangen masa kecil, andai bisa kembali kemasa kecil, pengen deh diulang lagi. Kalau bisa menetap". Dengan nada kecewa atas apa yang menimpa Karin saat ini.
Choki yang merasakan akan kesedihan Karin, hanya bisa membalas dengan usapan lembut dikepala Karin. "Semoga ini membantumu tenang Rin.." Batin Choki yang terus mengelus lembut pucuk rambut Karin.
...----------------...
"Rin.. Kamu bawain ini ya keladang, untuk makan siangnya Choki." Perintah ibu panti ke Karin agar langsung berangkat ke ladang.
"Iya bu sebentar, Karin lagi cuci sayur sebentar". Jawab Karin yang masih melanjutkan pekerjaannya tanpa menoleh ke ibu panti.
Ibu panti yang paham akan sikap Karin, pantang untuk berhenti sebelum menyelesaikan pekerjaan yang dipegangnya.
"Nak..." Menyentuh lembut pundak Karin, guna memberi kode untuk berhenti. "Kasian Choki sudah menunggu, ini sudah lewat jam makan siang. Ayoo antarkan dulu, nanti baru disambung lagi."
"Kalau sudah didekati begini mana bisa aku menolak". Batin Karin yang tersenyum seraya mengambil rantang dari tangan ibu panti.
"Baiklah, akan ku antarkan untuk pangerannya ibu." Goda Karin sembari berlari kecil meninggalkan ibu panti.
Ibu panti yang hanya bisa tersenyum dengan tingkah anak asuhnya itu. "Tak ada yang berubah dari kalian, masih perduli satu sama lain. Semoga selalu seperti sampai kalian tua nanti." Batin ibu panti, sembari melanjutkan kegiatannya didapur dengan dibantu anak asuhnya yang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments