Sesampainya Karin diladang tempat Choki bekerja. Ia tak menemukan Choki dimana-mana. Matanya tertuju kesgala arah, tapi tetap tidak menemukan Choki.
"Dimana pria berkulit putih itu" Gumam Karin yang terus mencari Choki.
"Aku disini". Yang sedari tadi berdiri dibelakang Karin.
"Allah huakbar.. Teriak Karin yang mengarah kebelakang. Kebiasaan iih, Iseng banget ngagetin orang tiba-tiba."
Choki yang terkekeh dengan tingkah Karin yang menggemaskan. "Kalau bukan tiba-tiba namanya bukan ngagetin cantik.." Puji Choki sembari mencolek pipi putih Karin.
"iiiiii.... Kanape lu, tumben banget muji gue cantik. Kesambet setan pohon buah naga lu." Alih Karin yang sebenarnya tersipu malu karna pujian dari Choki.
"Nihh bekal dari ibu untuk makan siang."Lanjut Karin seraya menyodorkan rantang untuk Choki.
"Yaudah siapinlah, tega kamu nyuruh aku nyiapin sendiri." Nada datar yang diucap Choki membuat Karin terheran-heran. "Biasanya juga nyiapin sendiri". Batin Karin sembari mengerakkan tangannya membuka rantang.
"Kak, ikut aku yuk, kita tour keKorea" Ajak Karin tiba-tiba, membuat Choki sedikit tersedak.
"uhuk.. Kamu ngajak aku? Emangnya kamu punya uang?" Tanya Choki ketus.
"Punyalah, aku kan baru dapet gono gini dari Tony Orang kepercayaan Rega untuk memberikan gono gini ke Karin. Udah aku sisihin untuk panti dan untuk aku tour keliling dunia.." Sahut Karin yang girang, karna impiannya keliling dunia akan segera tercapai.
"Gak ah, aku gk mau ikut, kamu aja sendiri." Singkat Choki yang sembari meneruskan makannya.
"iiih kenapa gak mau ikut, udah gk usah khawatir soal bahasa dan ongkos, semua aku tanggung, kk tinggal bawa badan aja." Rayu Karin agar Choki mau dengan ajakannya.
"Aku gengsi kalau harus kamu yang bayarin semuanya, mau tarok dimana mukaku sebagai lelaki." Jelas Choki yang membuat Karin mati kutu ingin merayu ntah dengan cara apa lagi.
...----------------...
...Skipp Selesai Makan Siang...
"Alhamdulillah kenyang. Ucap Choki sembari mencuci tangan dengan air dibotol mineral. Yuk ikut aku panen, itung-itung gantiin uang aku yang kamu pake untuk beli permen kapas."
Karin yang mendengar ucapan Choki terkejut dan menjatuhkan rahangnya.
"Hahnyang bener aja, permen kapas cuman 5ribu, diganti dengan panen buah naga yang berkilo-kilo beratnya." Gumam Karin yang tak habis pikir.
"Ayok tunggu apa lagi" Ajak Choki yang jalan mendahului Karin.
...----------------...
...Setelah beberapa saat.....
"Huwahh.. capek juga ya panen buah begini, udah lama banget soalnya aku gak ngelakuin pekerjaan berat gini." Gumam Karin yang terdengar oleh Choki.
"Kamu kan udah jadi tuan putri, jadi mana mungkin harus ngelakuin pekerjaan berat dan kotor begini lagi." Sahut Choki sembari menggunting batang buah naga.
Karin yang mendengar perkataan Choki hanya bisa terdiam, seraya mengingat atas pengkhianatan yang ia terima dalam pernikahannya.
Choki yang menyadari Karin yang tiba-tiba diam. Merasa tak enak atas ucapannya barusan. Dan mencoba untuk membujuknya agar tak ingat kembali atas kegagalan pernikahan kemarin.
"Nih.. Ucap Choki menyodorkan buah naga yang telah ia kupas. Panen kali ini bagus-bagus hasilnya. Kamu pasti ketagihan dengan rasanya."
"Makasih kak.." Ucap Karin sembari menerima dan memakan buah Naga yang merah merona, warnanya yang mengoda memang sangat menggiurkan, dan benar saja.. Rasanya yang manis dan banyak air didalamnya membuat kesegaran buah ini makin nikmat.
"Ssruuppp.." hirupan dari mulut Karin kala memakan buah naga ditangannya, Choki yang mendengarnya pun menoleh penasaran.
"Aisshhhh.. Makan begini aja blepotan bocil." Omel Choki sambil mengelap mulut Karin yang blepotan dengan baju Choki.
"iiiihhh iyuhhhh, apaan sih. Bau keringet tau bajumu itu kak." Balas Karin tak kalah bawel dari omelan Choki.
......................
...Skip Rumah Panti...
Karin yang sudah memberitahu ibu panti dan para saudaranya yang lain, kalau ia akan bepergian untuk sementara waktu keluar negeri. Dan tak lupa juga ia memberitahu tentang keberangkatannya kepada Choki, namun sedari tadi Choki tak nampak batang hidung, ntah kemana dia pergi. Sejak pulang dari ladang dan berpamitan untuk mandi, sampai sekarang ia tak muncul. Padahal biasanya pas jam makan malam, dia slalu makan bersama anak panti yang lain.
Karin pun penasaran dibuatnya, ntah kemana Choki pergi. Dan ntah mengapa dia jadi peduli seperti ini.
"Ah karna aku adiknya, adi wajar kalau aku peduli dimana kk ku berada sekarang, mana belum makan pula dia." Gumam Karin sembari menaiki anak tangga keatap rumah.
Dan benar saja, Choki berada disana yang tengah duduk sambil menghisap dan menghembuskan asap rokoknya keudara.
Karin yang berniat iseng ingin mengagetkannya dari belakang, tiba-tiba terkejut dengan apa yang dipegang Choki.
Sebuah liontin berwarna hijau yang cantik nan berkilau bila terkena cahaya lampu. Dan akhirnya ia memanggil Choki lalu mengalungkan tangannya kepundak bidang Choki.
"Benda apa itu, sepertinya menarik perhatianku." Ledek Karin yang seakan-akan tau kalau kknya sedang jatuh Cinta, dan berniat memberikan liontin itu kepada sang pujaan hati.
"Deg.." Choki terkejut dengan sikap Karin yang tiba-tiba memeluknya dari belakang, ditambah lagi ia menyilangkan kakinya dipinggang Choki seperti bocil yang minta gendong dipunggung, sikap itu membuat getaran didalam dada Choki saat ini.
"Kamu buta atau Katarak, make nanya ini apaan. Jelas-jelas kamu udah tau ini benda apa." Ketus Choki yang tak ingin diketahui kalau ia sedang gugup atas pemberian sikap Karin kepadanya.
"iiiiihh.. Orang nanya baik-baik malah dijawab judes gtu." Jawab Karin dengan nada sebel yang sembari melepaskan kalungan tangannya dipundak Choki, namun sebelum Karin melepaskan tangannya Choki lebih dulu menahan tangan Karin.
"Tetap seperti ini Rin. hal ini mengingatkanku akan dulu, sewaktu kamu demam tinggi dan aku yang menggendongmu kepuskes, karna kamu bilang waktu itu kamu gk kuat untuk berjalan." Choki menceritakan singkat kisah mereka sewaktu kecil, yang membuat posisi Karin tetap terjaga, bahkan Karin makin mempererat pelukkannya, ntah mengapa Karin larut dalam kenyamanan ini, seakan-akan tubuhnya menolak menjauh dari Choki.
"Apa aku batalin aja pergi keKoreanya kak, aku nemenin kk disini aja." Karin yang seakan tau kalau kepergiannya membuat Choki kesepian. Pasalnya Choki hanya dekat dengan Karin. Dengan anak panti yang lain hanya sekedar berbincang, berbeda ketika dengan Karin, Choki merasa nyaman bila dekat dengannya.
Gak usah, bukannya kamu udah Booking tiket pesawat, sayang kalau dibatalin." Ucap Choki sembari membalikkan badannya yang kini menyamping dari hadapan Karin.
"Ini untuk kamu. Menunjukan liontin hijau itu ke Karin. Kamu simpen ya, buat nemenin perjalanan kamu keliling dunia anggep aja ini aku, jadi kamu gk sendirian." Tuntas Choki sembari memberikan pada Karin.
Karin yang terharu akan pernyataan Choki, tak sanggup menahan tangis, ia tau akan tanggung jawabnya kepada panti. Sampai ia menolak ajakkan Karin dengan alasan gengsi.
"Cupp.. Cup. Bocilku gak boleh nangis dong."Ledekkan Choki seraya mengelus pucuk kepala Karin guna menenangkannya.
"iiiih mulai deh resehnya keluar, orang lagi nangis terharu malah diledekin." Cubit Karin ke dada kekar Choki, karna gemes dengan sikapnya yang suka berubah-ubah.
Deg..
Choki yang terkejut karna area sensifitnya dicubit oleh Karin. "Rin.. Aku lelaki normal, bisa aja aku lakuin hal liar disini, karna ulah tanganmu.." Batin Choki membuat kupingnya memerah menahan sesuatu dibawah sana.
"Pakein dong kak, jangan cuman dikasih ke aku gtu aja. Memanyunkan bibirnya. Gak romantis banget. "Gumam Karin yang tedenger jelas dikuping Choki, ia tersipu malu menahan senyumnya yang membuat pipinya ikutan memerah.
Karin yang sadar wajah Choki berubah memerah, bukannya berhenti malah terus menggoda Choki.
"Ayok pakaikan dileherku.." Sembari mencolek dagu tegas milik si wajah blasteran itu. Choki yang tak tahan karna gemas, terkekeh seraya melontar senyuman lebar yang memperlihatnya gigi putih yang terjejer rapih.
"Deg. Degg. Deggg."
Suara jantung mereka terdengar bersamaan saat Choki menyingkirkan rambut hitam Karin, guna mempermudah saat memasangkan kalung. Suasana menjadi canggung. Kalung yang seharusnya sudah terpasang cepat, malah terhambat karna posisi mereka yang berhadapan., yang semakin bikin suasana menjadi sangat canggung.
"Hemm.. Kayanya kamu balik badan deh Rin. Biar gampang pasang kalungnya." Mengatur napas perlahan karna Choki berhasil mengalihkan rasa canggung diantara mereka.
Leher jenjang yang putih mulus milik Karin, berhasil menyita pandangan Choki saat memasangkan pengait kalung. "Kenapa begitu menggoda. Batin Choki yang menghasut seakan mengatakan, ayooo kecuplah Choki, tak perlu takut".
"Kak.. Apa udah selesai." Tanya Karin yang membuat Choki terkejut dan tersadar dari lamunan liarnya.
"emm udah selesai kok." Choki langsung membalikkan badan memunggungi Karin. Karin yang melihat kecanggungan dari sikap Chiko, langsung memeluknya dari belakang.
"Kk gak perlu canggung gitu, kita kan udah kenal dari kecil, kenapa harus canggung segala." Guman Karin sembari mengeratkan pelukkan tangan yang melingkar dipinggang Choki.
"Rin. Aku lelaki normal yang bisa aja khilaf. Tolong jangan pancing aku." Ucap lembut memberitahu Karin akan resiko bahaya yang ia lakukan bila terus menerus seperti ini.
Seakan tak mendengar, Karin justru memutar arah badannya menghadap Choki, Karin duduk diatas paha kekar milik pria blasteran itu, pandangan mereka bertemu satu sama lain.
"Kalau kamu terus begini aku bisa ngelakuin hal diluar kendaliku Rin." Tegas Choki sambil menatap tajam mata Karin.
Bukannya takut, Karin malah menangkup kedua pipi Choki dan langsung ******* bib*rnya dengan lembut. Seakan menunggu respon Choki, Karin terus ******* lembut bib*r sexy itu dengan hati-hati..
Seakan terbuaii oleh suasana, Choki yang tadinya terkejut, ikut memejamkan mata dan membalas lum*tan Karin yang menghangatkan.
Lum*tan itu terus berlangsung, bahkan beberapa kali terdengar suara kec*pan diantara mereka. Tangan Choki mengelus lembut pinggang Karin seraya menerima kenyamanan yang Karin berikan. Karin pun merespon dengan mengelus pelan leher belakang Choki, sesekali ia menekan kepala Choki guna memperdalam ci*man.
"Mmuuacchh." K*cupan berakhir dengan suara dari masing-masing bib*r mereka. Posisi Karin yang kini diatas pakuan Choki, dengan tubuh saling bersetuhan. Wajah mereka yang masih memandang satu lain. Melontarkan senyuman yang membuat suasana malam semakin hangat.
"Ku tunggu kepulangan mu Rin." Tatap Choki seraya mengec*p lembut bib*r Karin.
Karin yang tersenyum bahagia mendengar ucapan Choki. "Semoga kamu tetap bersabar menungguku kak." Tuntas Karin seraya memeluk dan mencium jahil leher Choki.
"Emm. Jangan nakal Rin." Ucap Choki sembari mengglitikin perut Karin tertawa bersama dimalam terakhir mereka.
...----------------...
...Skip Bandara...
Karin yang teburu-buru karna sudah hampir terlambat datang keBandara. Mereka menghabiskan waktu sampai larut malam, sampai waktu tidurpun banyak terbuang.
Karin yang tadi berpamitan dengan saudara panti lainnya tak melihat batang hidung Choki, ntah kemana ia pergi.
Begitu sesampainya Karin dibandara. Karin melihat beberapa kali layar ponselnya, guna mengecek ada balasan atau tidak dari Choki.
Karin hanya bisa berpamitan lewat via pesan, karna sedari tadi Karin tak melihat Choki di panti.
Waktu sudah sangat mepet, mendesak bokong Karin bangkit dari duduknya untuk menuju terminal keberangkatan.
Langkahnya terhenti ketika ponselnya berdering, menandakan ada panggilan masuk. Tertara user name dibalik layar Kak Choki♡. Karin yang senang langsung mengangkat telvon tersebut, dan belum sempat Karin mengucapkan salam. Sudah ada suara menggebu dibalik layar ponsel nya.
"Karin kamu dimana? Aku dibandara, kamu belum berangkat kan, kamu belum dipesawatkan. Aku pengen ketemu kamu sebentar aja." Tuntas Choki dengan suara yang terderang bergetar dan mengebu-gebu.
"Kk tenang dulu, atur napas dulu.. Jangan panik. Ayoo tari.." Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, lagi-lagi dipotong Choki.
"Gimana gak panik, aku yang baru pulang ke panti, anak-anak bilang kamu udah brangkat. Aku ngejar kamu, takut gk sempat liat kamu untuk yang terakhir, sebelum kamu brangkat." Ucap Choki sambil menopang pinggang dengan tangannya karna kelelahan.
"Aku disini kak.. Dibelakang kamu." Sadari Choki dengan arahan Karin, ia langsung membalikkan badan dan melihat Karin yang sudah sejak tadi berdiri dibelakangnya.
Tanpa aba-aba. Choki langsung berlari dan memeluk Karin dalam dekapannya. Seakan tak rela melepas kepergian Karin kali ini. Sudah cukup sesak melihat Karin menikah dan merelakannya pergi bersama Rega kala itu.
Karin yang merasakan dekapan Choki amatlah erat, ia merespon dengan mengeratkan kedua tangannya kepunggung Choki.
Choki yang memejamkan mata seolah sangat merindukan Karin. Padahal baru semalam mereka menghabiskan waktu berdua dengan posisi saling berpelukkan seperti ini. Sangat erat.
"Kak.. Mau sampe kapan begini terus." Tanya Karin yang berbicara dengan wajah yang masih tebekap dibadan Choki. Choki yang menyadari langsung melepas dekapannya.
"Hah.. Untung gak pingsan aku karna dekapan mu kak." Sahut Karin yang pengap karna dekapan Choki sangatlah erat.
Kalau kamu pingsan, aku bawa pulang, jadi gak perlu pergi ninggalin aku sendirian disini." Goda Choki sembari mencubit pipi Karin yang menggemaskan.
"Uuhhh.. Kalau gk jadi pergi sayang uangnya dong, bakal hangus gitu aja." Gerutu Karin melipat tangannya didada sambil memanyunkan bibirnya.
Gemas akan tingkah Karin, Choki langsung mendaratkan ci*man kilas dibib*r manyunnya.
*Cupp..*
Karin yang terkejut karna tindakkan Choki, hanya bisa bengong.. ia tak habis pikir, Choki brani menci*mnya didepan umum..
"hemm, nih Rin.. Untuk kamu." Menyerahkan PaperBag yang sedari tadi sudah ditenteng Choki.
Karin yang tersadar dari diamnya, langsung menyambut paper bag pemberian Choki. "Apa ini kak.?" Tanya Karin sembari membuka dan mengambil barang yang ada didalam paper bag.
"WahHh.." Suara Karin yang terdengar mengagumi barang yang ada didalam Paper Bag.
"Gimana, Kamu suka? Dipake ya pas dateng musim dingin disana." Tanya Choki sembari mengelus pucuk kepala Karin. Dan tanpa disadari Karin menitikkan air mata karna terharu.
"Makasih kak, udah buatin ini untuk aku. Hiks.." Ucap lirih Karin sembari mengelus Topi Rajut buatan tangan Choki.
Hanya lontaran senyum yang terukir diwajah Choki sembari membelai rambut hitam Karin.
"Aku Pamit, jaga diri kakak. Jangan banyak menghisap rokok. Pokoknya kk harus janji jaga kesehatan kk.." Ucap Karin sembari mengusap air mata yang mengalir dipipinya.
"Iya Cantik.. Kamu juga jaga dirimu baik-baik, aku menunggu kepulanganmu." Tuntas Choki seraya melepaskan tangannya yang sedari tadi mengelus kepala Karin.
Karinpun berjalan melewati Choki yang diam dan matanya tak berhenti mengarah ketubuh Karin yang semakin lama semakin menjauh.
Karin yang berbalik dan melihat Choki yang terdiam memandangnya kian menjauh. Lambaian tangan mereka seolah mengatakan Jaga dirimu.. Hati-hati ya.. 👋👋
...----------------...
...Skip Dalam Pesawat...
"Maafkan aku kak, aku harus berbohong." Batin Karin sembari memejamkan mata seraya menyenderkan kepala didinding pesawat.
Sesekali ia melihat pemandangan dibalik jendela pesawat. "Aku harus pergi, aku tak bisa bertahan diatas tanah yang sama dengan orang yang telah mengkhianatiku. Batin Karin yang terasa sesak. Kenangan yang slalu terlintas dibenaknya membuat lukanya semakin parah. Bukannya membaik, luka itu malah akan membusuk dan menyakiti dirinya secara perlahan.
Dengan berat hati ia juga harus rela meninggalkan Choki, sosok pria yang slalu ada sedari dia kecil.
"Ntah perasaan apa yang aku rasakan saat ini kak. Terasa begitu berat karna harus berjauhan denganmu." Batin Karin yang sesak meratapi kenyataan dunia pada dirinya.
...----------------...
...----------------...
Dreddd.. Dredddd..
"Hallo pak, ..."
"Baik saya keKantor sekarang. Jawab Choki dari balik ponselnya dan langsung berjalan meninggalkan bandara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments