Setelah kejadian dibutik, aku dan mas Rega tak berbicara slama beberapa hari. Bahkan tidurpun kami terpisah, aku berharap mas Rega mau menjelaskan kembali soal kejadian tempo hari.
Tapi, nyatanya nihil. Dia lebih sering pulang malam, bahkan tak mau makan bersama dimeja makan yang sama. Sampai akhir dimana mas Rega menegorku dan mengajak berbicara 4 mata.
"Rin.. Bisa bicara sebentar.." panggil Rega dengan nada datar.
Aku pun meng'iyakan permintaan suamiku, hatiku senang karna mas Rega mau menegurku dan mengajakku berbicara.
"Ada apa mas, kenapa muka mas lesu begini". Tanyaku, karna sedari tadi wajah suamiku tak ada semangatnya.
Tanpa basa basi, mas Rega langsung mengeluarkan selembar kertas dan dijulurkan kepadaku, agar aku langsung membacanya.
Dan betapa terkejutnya aku begitu melihat tulisan besar yang tampak jelas didepan mata *SURAT CERAI*
Dunia serasa runtuh, aku yang melihatnya secara langsung tak dapat menyatakan perasaanku saat ini, ntah apa yang aku rasakan,, sakit, sesak, badanku lemas, mataku penuh dengan air yang memaksa akan keluar, semua menjadi satu. Hingga aku sendiri tak bisa merasakan perasaan ini.
"Mas.. Apa ini mas..? Kamu bohong kan, kamu lagi bercandakan mas, ini semua gk bener kan.?" Nada suaraku meninggi walau terisak karna tak bisa menahan tangis, guna memperjelas bahwa ini hanyalah gurauan semata, ini tak nyata, ini semua hanya bohongan.
Mas Rega yang hanya bisa menghela nafas kasar, hanya bisa memandang acuh seolah ia lelah dengan keadaan saat ini.
"Ini benar adanya Rin.. Aku ingin kita bercerai". Jawab tuntas Rega dengan penyataan yang ia berikan untuk Karin.
DUARRRRRR!!!🌩🌩
Bagai petir disiang bolong, yang mengeluarkan gemuruh keras membuat orang ketakutan akan suara keras itu.
Karin hanya bisa tertunduk lemas, ia duduk seakan meminta permohonan maaf, dengan lutut yang menjadi tumpuan sembari memegang kertas putih ditangannya. Ia benar-benar tak menyangka ini semua terjadi dalam hidupnya.
"Mas aku mohon mas, jangan lakukan ini, tarik semua ucapanmu barusan mas". Mohon karin yang terduduk dilantai berharap suaminya menarik semua perkataannya dan mencabut semua kepahitan yang dirasakan mereka saat ini.
"Maafkan aku Rin." Jawab Rega yang ikut menitik'kan air mata karna tak tega melihat sang istri menunduk memohon belas kasih darinya.
...****************...
...****************...
...1 Minggu Kemudian...
Pengadilan Agama
Tepat 1 minggu setelah Karin menandatangin surat cerai dari mas Rega. Dan sekarang Karin berdiri didepan gedung pengadilan agama, gedung ini akan menjadi saksi atas perceraikannya dan suaminya. Lebih tepatnya Mantan Suami.
Tug.. Tug.. Tug..🔨🔨🔨
Suara ketuk palu yang terdengar melegakan ditelinga mertua dan wanita yang berada dibangku belakang. Ralat!! Mantan Mertua maksudnya.
Karin yang hanya bisa melepas nafas kasar, guna menahan air mata yang ingin menetes.
"Tahan Karin tahan.. jangan nangis disini, dimobil aja ntar ya.. Kuat ya rin." Tuntas Karin dalam diamnya, hanya diam yang bisa ia lakukan saat ini.
"Alhamdulillah ya Ga, kamu akhirnya bisa melepas status suamimu dari wanita itu." Ucap mak l*mpir sambil melirik sinis kearah Karin.
Wanita yang sedari tadi berada diantara mereka tersenyum dan menc*ium pipi Rega, langsung mengeratkan pelukkan tangannya ditangan kekar Rega.
Rega yang hanya bisa diam menerima perlakuan wanita tersebut, dan langsung melirik kearah Karin.
"Dih.. Ngapain tu tangan make pegang² tangan mas Rega. G*tel banget tu tangan, pengen tak c*potin rasanya itu jari²." Batin Karin sembari melirik sekilas kearah mereka.
"Karin tunggu." Panggil Rega mengarah keKarin yang hendak keluar ruangan.
"Kalian tunggu sini, aku mau bicara sebentar dengan Karin".
Mak l*mpir dan Dhita hanya bisa diam karna Rega langsung pergi seusai bicara.
"Rinn tunggu." Panggil Rega mengharap Karin berhenti.
Karin yang dari tadi mendegar panggilan itu, mencoba untuk acuh, namun apa daya. Panggilan itu terus mengusik telinganya.
"Ada apa mas, eh.. Maksud saya, Ada apa Pak.?"nYap. Panggilan mas digunakan pada saat status Karin menjadi istri Sah dari Rega. Namun sekarang status itu sudah hilang, jadi wajar kalau Karin memanggil mantannya itu dengan sebutan Pak.
Rega yang mendengar pernyataan Karin hanya bisa menghela nafas selayaknya orang pasrah akan keadaan.
"Setelah ini kamu mau kemana Rin..?" Tanya Rega dengan nada pelan, seakan tau kalau Karin tak ada tujuan setelah berpisah. Pasalnya Karin tak memiliki siapa-siapa disini, dia anak yatim piatu.
"Bapak gak perlu tau saya akan kemana, dan akan melakukan apa." Sahut Karin pedas, membuat dada Rega sesak mendengarnya.
"Bapak gak perlu khawatirin saya akan kedepannya, karna status kita bukan siapa-siapa lagi sekarang." Tambah Karin semakin membuat perasaan Rega hancur.
"Saya permisi dulu pak, saya ada urusan." Pamit Karin yang segera membalikkan badan, namun dengan cepat Rega menahan tangan Karin.
"Tunggu, setelah ini tolong hubungin Tony, jangan menolak. Ini permintaan saya, saya mohon." Tegas Rega karna tau Karin akan menolak. Tony adalah salah satu rekan kerja Rega yang dipercayainya.
"Baiklah, saya akan hubungin Tony setelah ini." Ucap Karin yang membuat Rega sedikit senyum, karna Karin tidak menolaknya.
"Syukurlah, kamu boleh pergi sekarang Rin.." Sembari melepas genggaman dari tangan Karin.
Kenapa kamu lepas tanganku mas, kenapa kamu gk tahan tanganku. Jangan lakukan ini padaku mas, aku mohon.. Tahan aku.. Hiks. Tangis Karin dalam diam karna kenyataan yang ia rasakan saat ini, amatlah menyakitkan.
...****************...
Setalah perceraian selesai. Karin dan Rega menjalankan kehidupan masing-masing.
Karin yang menjalani hidupnya dengan rasa penuh keHampaan, dia tak tau apa yang dilakukan Rega dan apa yang dirasakan Rega setelah perceraian mereka. Mencoba untuk melupakan semua kenangan manis yang terus terukir dipikiran Karin saat ini.
Dadanya sesak bila mengingat masa-masa manis mereka saat masih kenal, lalu berpacaran, dan akhirnya menjadi sepasang suami istri.
"Kenapa harus aku yang merasakan kesepian yang amat dalam ini, kesalahan apa yang telah aku buat dimasa lalu. Seakan semua kepahitan yang aku rasakan saat ini adalah buah Karma yang aku tanam." Batin Karin yang terus menyalahkan dirinya, sesak dada yg ia rasanya tak henti membuat isak tangis yang memburu didalam jiwanya.
...----------------...
...Skip Panti Asuhan...
Saat ini Karin berada diPanti asuhan, dimana tempat Karin dibesarkan. Pihak panti mengatakan bahwa Karin diserahkan dari usia bayi yang baru menginjak usia 2minggu.
Flashback On
Ia tergeletak dilantai pintu depan panti. Ntah dimana keberadaan orang tuanya saat ini, yang tega membuangnya begitu saja.
Tangis Karin dikala itu membuat ibu panti mencari keberadaan suara tangis yang menyayat hati. Dan betapa terkejutnya ibu panti melihat Karin tergeletak diatas selimut tanpa sarung tangan yang menyelimuti jari mungilnya.
"YaAllah gusti.. Jabang bayi sopo iki, kok yo gletak wae neng arep pintu to yo..." Teriak ibu panti yang seraya menggendong Karin guna tak tega melihat Karin nangis seakan minta tolong.
Setelah digantikan baju dan diberi susu oleh ibu panti, bayi mungil itupun terlelap dalam gendongan hangat yang diberikan Ibu panti.
Riuhh keramaian diluar membuat Ibu Panti merasa penasaran, apa yang menyebabkan keributan diluar sana.
Karin yang telelap diletakkan diatas box bayi yang ada didalam kamar panti. Setelah bergegas keluar, dan menanyakan apa yang terjadi hingga terjadi keributan.
Betapa terkejutnya Ibu Panti setelah diberitahu oleh warga, bahwasalnya ada sepasang pria wanita yang mati bunuh diri dijalur kereta api baru ini. Ibu Panti yang langsung menaruh feeling kepada Karin. "Apa iya mereka orang tua dari bayi itu". Batin Ibu Panti menduga-duga akan hal yang ia rasakan.
...19 Tahun Kemudian...
Karin yang baru selesai dari jam kampusnya bergegas pulang kepanti.
Yap.. bayi yang tegeletak didepan pintu kala itu sudah beranjak dewasa, sudah 19 tahun lamanya ia hidup. Besar dipanti yang sekarang menjadi tempat ia memiliki keluarga dan saudara.
Pihak panti sebenarnya hanya mampu memberi pendidikan sampai tingkat SMP. Namun karna jiwa Karin yang ulet (pekerja keras), ia rela bekerja sambil menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga sekarang iya menempuh jenjang yang lebih tinggi.
Dengan kepribadian yang pintar, mengantarkan ia keuniversitas dan mendapatkan beasiswa, meski tak semua ditanggung beasiswa. Tapi setidaknya ia mendapat keringanan dalam biaya untuk kuliah.
Jam tangan sudah menunjukkan jam 14.00 WIB, ia segera bergegas keluar kampus dan menuju motor yang terparkir diaera kampus. Dan menancapkan gas motor, pulang menuju ke panti.
Tak berselang lama, ia sampai dipanti. Dan disambut beberapa bocah yang memanggil namanya. "Kak Karin..." Teriak bocah yang berlari pelan menghampirinya lalu melakukan tos khas mereka.
Tuing.. Tuing.. Tuing.
Tos tangan kanan kiri, lalu toel hidung.
Tos ciri khas mereka yang unik.
"Kak Karin.. Ada sesuatu yang ingin ku beritahu.." Nada bicara yang imut membuat Karin gemas, dan menyodorkan telinga, guna memberi kode untuk dibisikkan saja.
"Ada kak Rega didalam, sedang menunggu kepulanganmu dari kampus, hihi..." Bisik bocah ing*san itu membuat Karin tersipu malu dan menutup mulutnya perlahan.
"Ah.. Yang benar, aku tak percaya kalau belum melihatnya secara langsung." Goda Karin membuat anak ing*san itu merasa sebal karna perkataannya tak dipercaya oleh Karin.
Karin pun bergegas kedalam panti setelah menggoda bocah ing*san tadi.
Dan...Yap, benar, ada Mas Rega disana. Sedang duduk bersama mama dan ibu Panti.
Karin yang melontar senyuman sembari menundukkan kepala untuk memberi salam kepada mereka.
Ibu panti langsung mengisyaratkan sesuatu keKarin, untuk kemari mendekat dan duduk bersama. Seperti ada sesuatu yang ingin dibicarakan.
"Ah.. Baik bu." Sahut perlahan Karin yang paham akan panggilan untuknya.
"Karin, kamu sudah kenal mereka kan?" Tanya Ibu Panti ke Karin.
"Iya bu, Karin sudah kenal". Jawab Karin lembut, mama Rega dan Rega ada salah satu donatur tetap diPanti merek, Sejak karin duduk dibangku SMA, mereka sudah menjadi donatur tetap diPanti.
"Mereka datang kesini karna ada yang ingi..." Belum sempat Ibu Panti menyelesaikan kalimatnya, sudah dipotong oleh mam Rega.
"Kami ingin mengangkatmu sebagai anak, dan setelah kamu lulus Kuliah nanti, Kamu bisa bekerja diKantor yang dipimpin Rega nanti". Jawab judes mama Rega dengan nada datar.
Kami tidak kaget dg sikapnya, karna memang sudah sejak dulu sikapnya dari awal bertemu. Karna kami menghargai siapapun yang bertamu, jadi sudah biasa kalau menyikapi tamu seperti mama Rega.
Singkat cerita Karin dan mas Rega memang sudah kenal dekat, semenjak kedatangan mas Rega ke Panti, dan bersosialisasi dg anak-anak panti terutama Karin. Mereka sudah lama menaruh hati satu sama lain. Namun masih canggung untuk mengutarakannya.
Setibanya Karin dikediaman mas Rega dan mamanya, Karin langsung diarahan kekamar tamu, yang menjadi kamarnya. Dan tinggal dirumah besar itu bersama keluarga Rega, papa Rega yang bekerja diluar negeri mengurus cabang perusahan disana. Namun beliau sudah kenal dengan Karin, bagaimana Karin dan seperti apa Karin.
Setelah kelulusan Karin dari universitasi, Karin langsung bekerja diKantor Rega yang berada diJakarta Pusat. Sebelum itu, Karin dan Rega sudah menjalin kasih, pacaran mereka sehat tak seperti sepasang kekasih dijaman sekarang.
Setelah kurang lebih 1tahun bekerja diKantor Rega,. Rega memutuskan untuk mengajak Karin menikah, dan akhirnya mereka menikah dengan suasana yang hikmat.
Namun itu semuanya menjadi hancur dalam kurun waktu 1 tahun. Semuanya hancur karna Karin dikhianati Rega, ia berselingkuh dengan teman dekat Karin. Dhita teman Karin diKantor bahkan sebelumnya Dhita tau kalau Karin sudah menjalin kasih dengan Rega. Pikiran Karin kacau memikirkan mereka yang tak abis pikir kenapa bisa berselingkuh dibelakangnya.
Bahkan sempat terlintas dipikiran Karin, apa mereka menjalin kasih sebelum Karin dan Rega menikah.
Tapi lagi dan lagi, Karin mencoba membuang pikiran negatifnya jauh-jauh. Karna semuanya sudah jadi bubur. Kini pernikahan yang diimpikan Karin sudah pupus tak tersisa. Hanya kenangan yang membuat dadanya sesak bila harus diingat.
Flashback off.
Setelah Karin mendengar semua cerita kisahnya dari kecil yang dibuang kedua orang tuanya. Tanpa alasan yang jelas mengapa ia dibuang. Yang pasti hal itu membuat Karin tak mau tau, pasalnya barang siapa yang membuang anaknya itu tak pantas disebut dan diberi gelar sebagai orang tua.
Karin sangat beruntung memiliki keluarga diPanti, dia nyaman disini berada dekat dengan anak-anak dan saudara lainnya.
Aku tak bisa tinggal diam disini terus, aku harus meraih cita-citaku yang sempat terhambat karna harus menikah dengan si tukang s*lingkuh.
......................
......................
Hai guys, makasih udah mau baca panjang lebar di episode kali ini. Author masih banyak belajar dalam ngerangkai kata-kata.
Mohon dukungannya ya guys, semoga apa yang Author bagikan menjadi hiburan tersendiri untuk kalian. Author harap kedepannya bisa makin baik, dan bisa berbagi cerita kekalian.
Harapan Author terjun kedunia perNovelan, bisa menjadi ladang rezeki untuk Author dan bisa berbagi satu sama lain. Buat kalian diluaran sana tetap semangat ya jalanin hari-harinya. Jangan lupa bersyukur dan slalu berdoa disetiap langkah kita. Author doakan, apa yang menjadi cita-cita kalian tercapai ya. Aamiin ya rabbal alamin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments