Malam semakin larut, tapi rasa kantuk sepertinya enggan datang menghampiri mata indah Daisha. Berkali tubuhnya berguling ke kiri dan ke kanan mencari posisi ternyaman untuk merebahkan tubuhnya. Daisha berbaring menatap langit-langit kamarnya. Saat ia berusaha mengatupkan kedua matanya, bayangan pertanyaan-pertanyaan yang Arka ucapkan tadi entah mengapa begitu mengganggu pikirannya. Matanya tidak ada kantuk sama sekali. Pikirannya mengembara ke semua jagat raya.
Kedua tangannya menepuk-nepuk halus paha anak asuhnya.
''Mama? Mama kenapa tidak tidur bersama papa?'' tanya Arka.
''Kata teman Arka di sekolah tadi, papa dan mamanya tidur bersama jadi bisa punya adik bayi yang lucu.'' ucapnya.
Daisha terkejut mendengar pertanyaan-pertanyaan yang Arka ucapkan. Ia membelalakkan mata, dia tidak menyangka anaknya akan bertanya seperti itu. Dan ia belum punya kalimat terbaik untuk menjelaskan pada Arka.
''Em, papa dan mama tidak boleh tidur bersama sayang, karena kan kami belum menikah.''
''Menikah itu apa, ma?''
''Em, menikah itu..''
''Eh, papa datang.'' ucap Daisha penuh syukur karena merasa dewa penolong datang menghampirinya.
''Lagi pada ngapain? Kenapa belum tidur? Sepertinya seru sekali?'' tanya Rendi berjalan mengikis jarak.
''Pah, papa kenapa tidak menikah dengan mama?'' tanya Arka tiba-tiba.
Daisha mengalihkan perhatian Arka tanpa menjawab pertanyaan barusan. Arka pun menurut, dia membenarkan letak bantalnya lalu berbaring di ranjang motif astronot bernuansa biru dan putih.
''Pah, kapan papa akan menikah dengan mama?'' Rendi pun mencubit gemas hidung mancung Arka yang persis sama dengan hidungnya. Bibir mungilnya selalu menyerang dengan pertanyaan kritis. Mata bulat indah dengan bulu mata lentik persis sama dengan matanya. Putranya itu begitu tampan dengan kecerdasannya pula.
''Arka, yuk nak. Sudah malam, lihat papa kamu udah ngantuk tuh.'' ucap Daisha mengalihkan pertanyaan Arka.
''Baiklah.''
''Kita berdoa dulu, ya sebelum tidur.''
''Ya Allah, Arka berdoa semoga papa dan mama segera menikah jadi Arka bisa punya adik. Aamiin.'' ucap Arka dengan kedua tangannya menengadah ke atas.
Rendi dan Daisha pun hanya saling beradu pandang dan kembali menjadi canggung dengan pertanyaan Arka. Setelah Arka tertidur, Daisha dan Rendi pergi beranjak dari kamar anaknya dan kembali ke kamar masing-masing.
Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Sebuah getaran di ponselnya bergerak tak mau diam.
''Siapa sih yang menelepon malam-malam begini.'' gumam Daisha meraih ponselnya.
Beni, nama itu muncul di layar ponselnya.
''Hallo?'' jawab Daisha.
''Udah tidur belum neng Shasha?''
''Udah.'' jawabnya kesal.
Setelah berbincang beberapa saat, Daisha mengakhiri panggilannya dan bergegas mengambil jaket dan tas kecil yang selalu menemani langkahnya.
''Mau kemana kamu?'' tanya Rendi yang sedang duduk di ruang tengah.
''Mau ke luar sebentar, pak. Udah ditungguin Naya sama Beni.''
''Malam-malam begini?'' tanya Rendi melipat majalah bisnis yang sedang ia baca.
''Iya, pak. Cuma mau beli pecel lele kok sekalian temu kangen, pak. Udah lama nggak ketemu.''
''Oh.''
''Bapak mau ikut?'' tanya Daisha.
''Nggak, kurang higienis.'' jawab Rendi acuh.
''Belagu banget sih jadi orang.'' gerutu Daisha.
''Ya udah, saya pergi dulu ya, pak. Ojolnya udah nunggu di depan. Permisi.''
''Jangan pulang malam-malam!'' ucap Rendi memperhatikan langkah Daisha yang semakin menjauh.
Semilir angin malam menyeruak ke dalam kulit. Mengantarkan rasa dingin menusuk-nusuk tulang. Setelah melaju beberapa kilo meter, suasana pun kembali hangat. Hingar bingar suasana kota seakan membunuh dingin yang menyapa. Semakin larut, beberapa muda-mudi pun semakin hanyut dalam suasana malam. Warung tenda yang mereka jajakan sengaja dijual di malam hari di emperan-emperan jalanan.
Daisha meneliti setiap orang di sana guna mencari keberadaan kedua sahabatnya. Melihat kedatangan Daisha, Beni melambaikan tangan ke arahnya.
''Udah lama?'' tanya Daisha.
''Baru sampai juga kok, udah kita pesankan seperti biasa.'' ucap Beni.
''Terima kasih, kakak.'' jawab Daisha.
''Tumben, nyonya muda bisa keluar malam-malam begini?'' goda Naya.
''Sembarangan aja kalau ngomong.''
''Neng Shasha, emang beneran ya neng Shasha mau nikah sama Pak Rendi?''
''Enggak! Ngaco aja.'' jawab Daisha.
''Ngomong-ngomong, gimana Ben udah dapat panggilan kerjanya?''
''Udah, lusa abang wawancara. Doain abang ya neng Shasha.''
''Jadi masukin lamaran ke kantor Pak Rendi?'' sambung Naya.
''Atas rekomendasi nyonya muda.'' jawab Rendi.
''Apaan sih!''
''Kalau kamu jadi sekretaris Pak Rendi beneran, kamu harus siap-siap kerja rodi, Ben.'' ucap Naya.
''Ya walaupun sering nyebelin, tapi Pak Rendi aslinya baik kok.''
''Cieee, belain calon suami.'' goda Naya.
''Apaan sih!''
'Kita bakalan satu tempat kerjaan dong Ben, terus aku harus ketemu kamu tiap hari. Duh, cobaan apa lagi ini.'' gerutu Naya.
''Bagus dong Nay, jadi kamu kan punya tukang ojek baru.'' sambung Daisha terkekeh.
''Iya, juga ya.'' jawab Naya.
''Sialan, ganteng-ganteng gini dikira kang ojek.'' ucap Beni.
''Nay, gimana kursus rias kamu?'' tanya Daisha.
''Udah hampir selesai nih, paling tinggal tiga atau empat pertemuan lagi. Dan kayaknya nggak lama lagi, aku juga bakalan resign juga. Terlalu sulit membagi waktu antara rias sama jam kerja. Selalu bentrok.'' ucap Naya.
''Aku dukung seribu persen, Nay.'' ucap Beni menyemangati.
''Ciee, disemangati ayang.'' goda Daisha.
''Dih!''
''Semangat demi cuan dan masa depan!'' ucap Beni mengangkat gelas yang berisi es teh manis ke atas. Kemudian, dua gadis di hadapannya pun mengikuti gerakan Beni mengangkat gelasnya masing-masing.
''Doain abang ya sayang-sayangku. Abang sedang berjuang demi masa depan.'' ucap Beni dengan gaya candanya.
''Jangan sampai kaya emak dan bapak gue.'' ucap Naya.
''Emangnya kenapa orang tua kamu, Nay?'' tanya Daisha serius.
''Dengerin baik-baik, ya. Kemarin aku dengerin percakapan ibu sama bapak. Kurang lebih mereka ngomong gini,
Ibu: Aku mau ke dokter mata.
Bapak: Loh, matanya kenapa bu?
Ibu: Entah kenapa tiap buka dompet kok nggak bisa lihat apa-apa.''
''Sialan lu!'' ucap Beni kesal.
''Udah didengerin dengan seksama, eh taunya lagi stand up komedi.'' ucap Daisha.
"Makanya nggak usah pada bahas yang serius-serius. Nggak konek otak gue.'' jawab Naya terkekeh.
''Konek tuh, orang yang suka bergelantungan di angkot.'' ucap Daisha.
''Kenek!'' jawab Naya dan Beni bersamaan.
''Ciee, kompak. Fix sih, udah pasti jodoh kalian.'' goda Daisha dengan tawa bahagia.
Mereka menikmati makan malam dalam suasana yang hangat dan penuh dengan canda tawa, dan sesekali diantara obrolan ngalor ngidul meraka terselip oleh topik pembahasan yang cukup serius. Tanpa mereka sadari, waktu bergulir dengan cepat. Berbeda dengan Daisha yang menghabiskan malamnya dengan penuh canda tawa bersama sahabat-sahabatnya, Rendi sedang berjalan ke sana kemari dengan perasaan yang tidak tenang. Pikirannya melayang tertuju pada sosok perempuan cerewet yang belakangan ini sedikit mengganggu konsentrasinya. Sesekali ia melirik jam pada pergelangan tangannya.
''Telepon nggak ya?'' ucapnya ragu.
''Sial! Kenapa jadi khawatir gini sih. Selalu merepotkan!'' gerutu Rendi dengan rasa kesal yang bercampur dengan khawatir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Yani thea
si Naya lucu bangettt.....jadi ngakak
2023-05-19
1
satblu gaming
dari benci jadi cinta.. aseekkkkk 👌🏻
2022-11-02
5