Pesawat Kertas
Gadis cantik berkulit kuning langsat dan berambut sebahu sedikit ikal itu sedang duduk di sebuah bangku di ruangan sempit yang enggan orang-orang masuki. Rambutnya ia ikat ke atas. Keringat menetes membasahi dahinya. Kemudian, ia teguk beberapa mili liter air mineral yang ia genggam erat.
Pukul lima sore, pekerjaannya baru saja selesai. Ia rapikan alat tempurnya ke dalam tempat yang telah disediakan. Sapu, alat pel dan berbagai alat pembersih ruangan ia letakkan sebagai mana mestinya. Daisha, nama gadis cantik nan sederhana itu.
Setiap hari, ia sudah terbangun tatkala sang fajar masih nyaman berada dipangkuan. Ia bersiap membantu ibunya memasak berbagai macam hidangan yang nantinya dititipkan ke berbagai warung-warung dan rumah makan. Setelah itu, ia berangkat menuju kampusnya guna menyelesaikan pendidikan akhirnya. Beruntung kuliahnya hanya tinggal beberapa waktu lagi. Belum habis sampai di situ, sepulang dari kampusnya Daisha beranjak menuju sebuah gedung pencakar langit yang berada di kotanya. Sisa waktunya ia habiskan untuk bekerja paruh waktu menjadi bagian kebersihan. Uang hasil memeras keringatnya, ia gunakan untuk membiayai kuliahnya.
Ia memijat kakinya yang mulai terasa pegal. Rasanya sendi-sendi tulangnya hampir rontok.
''Sudah selesai, Sha?'' tanya Naya sahabat Daisha sejak SMA.
''Sudah.''
''Pulang sekarang yuk, tapi aku nebeng. Aku traktir makan mie ayam depan kantor deh.'' ucap Naya.
''Boleh. Tapi uangnya kamu simpan saja. Jangan boros.''
''Sekali-kali nggak papa kali, Sha. Beli mie ayam doang mah masih mampu aku nya.'' jawab Naya.
''Yuk, lah. Jam segini pasti jalan juga lagi macet-macetnya.''
''Cus.''
Daisha dan Naya sedang menikmati semangkuk mie ayam dan segelas es jeruk yang begitu melegakan dahaga. Daisha bekerja di perusahaan atas rekomendasi dari Naya, sahabatnya. Naya memang tidak melanjutkan studinya. Setelah lulus SMA, ia bekerja sebagai office girl di sebuah perusahaan terkemuka di kotanya.
''Enak banget sih ini mie ayam, bener-bener nggak ada lawan.''
''Enak banget orang gratisan.''
''Ya nggak gitu juga konsepnya.'' protes Daisha.
''Buruan gih, bayar! Kamu yang traktir kan?''
''Iya, sabar kali.''
Setelah membayar makanannya, Daisha dan Naya segera beranjak menuju parkiran untuk mengambil motor matic milik Daisha.
Saat hendak memakai helmnya, Daisha melihat seorang anak lelaki tampan yang berjalan sendirian. Segera ia hampiri anak lelaki tampan itu.
''Sha! Woi mau kemana sih!'' teriak Naya.
''Bentar.''
''Hai adik kecil, kamu sama siapa? Kenapa kamu di sini sendirian?'' tanya Daisha mendekati anak lelaki itu.
''Nggak usah takut, kakak baik kok.'' ujar Daisha berjongkok sejajar dengan tinggi anak kecil tampan itu.
''Mama.'' ucap anak kecil itu dengan mata yang berbinar.
''Oh, kamu cari mama kamu ya. Ayo kakak antar kamu mencari orang tua kamu.'' ajak Daisha.
Sedari tadi, anak lelaki kecil itu hanya diam dan terus menatap Daisha dengan penuh kekaguman. Tanpa ia sadari, Arka tersenyum dengan sangat manis.
''Kamu tampan sekali kalau sedang tersenyum begini.'' ucap Daisha terpesona oleh senyuman tulus anak lelaki kecil di hadapannya itu.
''Arka! Dari mana saja kamu.'' ucap lelaki tampan yang berlari menghampiri Arkana. Dari gaya pakainnya saja sudah bisa dipastikan jika ia adalah seorang bos besar.
''Kamu! Kamu mau culik anak saya ya!'' bentak Rendi pada Daisha.
''Hah? Bapak yang benar saja. Saya tidak ada niat untuk menculik anak bapak. Saya tadi melihat anak ini sendirian seperti kebingungan, jadi saya menghampiri dan berniat mengantarkan kepada orang tuanya.'' jawab Daisha sungguh-sungguh.
''Alasan klasik!'' ucap Rendi sinis.
''Maksud bapak apa ya?'' Daisha mulai terbawa emosi.
''Pergi dari sini sebelum saya berubah pikiran.'' ucap Rendi.
''Memangnya saya takut sama anda!'' ucap Daisha.
''Eh, eh, Sha! Stop!'' Naya berlari dan mencoba menghentikan Daisha.
''Apa sih, Nay. Orang ini nyolot banget!''
''Udah diem, ayo cepetan pergi. Maaf ya, pak. Maafkan teman saya. Kami permisi.'' ucap Naya tertunduk dan membawa Daisha pergi.
Selepas kepergian Daisha dan Naya, sedari tadi pandangan mata Arka terus tertuju pada Daisha. Arka menatap kepergian Daisha dengan mata yang berbinar.
''Mama.'' ucap Arka pelan.
Rendi yang mendengar itu pun terkejut, pasalnya selama ini Arka sangat jarang sekali untuk berbicara. Ia begitu enggan dan selalu menuliskan setiap keinginannya pada layar tablet yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi.
''Apa nak? Kamu tadi ngomong apa? Coba katakan sekali lagi, papa ingin mendengarnya.'' tanya Rendi bahagia.
''Mama.'' ucap Arka kembali.
''Ini papa nak, PAPA.''
''Mama.''
''Ah, sudahlah. Mungkin Arka sedang rindu dengan ibunya.'' Pikir Rendi segera membawa Arka masuk ke dalam mobilnya.
Di sisi lain, Naya sedang berusaha menenangkan Daisha yang hampir saja membahayakan pekerjaannya.
''Kamu gila, Sha. Kamu nggak tau siapa orang tadi?'' tanya Naya.
''Enggak, nggak penting juga untuk tahu siapa orang sombong itu!''
''Ampun, deh!''
''Lebay banget sih, kamu. Sebegitu takutnya. Masih sama-sama manusia kenapa harus takut.'' ujar Daisha.
''Kalau kamu tahu siapa orang tadi, kamu juga pasti akan memohon-mohon agar tidak dipecat.''
''Dipecat?'' tanya Daisha masih belum memahami ucapan Naya.
''Iyalah, gila aja kamu berani mengatai bos kita.'' ucap Naya santai.
''Bos? Maksud kamu dia tadi?''
''Iya.''
''Mampus!'' ucap Daisha menepuk jidatnya.
''Eh, tapi tetap saja. Orang sombong seperti dia harus diberi pelajaran. Enak saja menuduh orang sembarangan.''
''Sudah, sudah. Mau pulang nggak nih? Keburu hujan, tuh udah mulai mendung.''
''Ya pulanglah, memangnya siapa juga yang mau menginap di sini.''
''Ya ayo buruan.''
''Bentar, lagi mengatur nafas.''
''Lebay!''
Daisha dan Naya berjalan menerobos kemacetan. Sudah beberapa lampu merah selalu menghentikan laju motor maticnya. Ia berhenti pada sebuah lampu merah ke lima sejak dari kantor tempat ia bekerja tadi. Daisha menghentikan sementara motor maticnya di sebelah mobil mewah berwarna hitam.
''Ini juga, kenapa kena merah terus sih dari tadi.'' gerutu Daisha.
''Sabar, woi! Esmosi aja. Lagi dapet ya?''
''Tau, ah.''
Dari balik kaca mobil, Arka sedang duduk di bangku belakang dan mengamati kemacetan. Penglihatannya tertuju pada seorang perempuan yang sedari tadi ia pikirkan.
''Mama.'' ucap Arka.
Rendi yang kembali mendengar suara Arka, spontan menatap ke arah bangku belakang. Rendi mendapati Arka yang sedang fokus menatap ke arah luar jendela mobil dengan mata yang begitu berbinar dan nampak bahagia. Rendi pun mengikuti arah pandangan Arka dan melihat gadis yang ia temui di parkiran tadi.
''Arka, kamu lihat apa nak?'' tanya Rendi.
''Mama.'' lagi-lagi kata itu yang keluar dari mulut mungil Arka.
''Kamu rindu dengan mama? Kita mampir ke makam mama, mau?'' tanya Rendi.
Arka hanya melihat ke arah papanya dan kembali diam.
Tin..tin..tin.. Suara klakson dari arah belakang membuyarkan lamunan Rendi. Segera ia bergegas melajukan kendaraannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Winti Snk
Terimakasih atas dukungannya 🤗
2022-10-19
6
Kanjeng ayu
Bagus ceritanyaa👌
2022-10-19
4