Langit cerah membiru indah. Burung berkicau nyaring seakan menyambut Daisha yang tengah bersiap berangkat menuju kampusnya. Lengkungan senyum terlukis di wajah cantiknya tatkala mengingat sebentar lagi ia akan segera menyelesaikan belajarnya.
Setelah menempuh dua puluh menit perjalanan, Daisha sampai di pelataran kampusnya. Ia berjalan menuju gedung X guna mengambil salah satu kelengkapan wisudanya. Setelah itu ia segera melanjutkan langkahnya menuju kantor tempatnya bekerja.
''Mama!'' panggil Arka dari kejauhan. Daisha pun menjadi serba salah mendengar panggilan Arka. Pasalnya saat ini mereka tengah berada di ruangan kantor dan banyak karyawan yang memperhatikan mereka.
"Eh, Arka.'' ucap Daisha terkejut.
''Arka, ayo sini.'' Daisha membawa Arka menuju tempat yang agak sepi agar terhindar dari tatapan-tatapan karyawan lain.
''Arka, kenapa Arka ke sini? Mama kan sedang bekerja nak.''
''Arka kangen sama mama.''
''Apa Arka udah izin sama papa kalau mau ke sini?'' Arka pun menggeleng dan tertunduk merasa bersalah.
''Sekarang kita ke ruangan papa ya, papa pasti kebingungan mencari Arka kemana-mana.''
''Arka pengen main sama mama.'' ucap Arka sedih.
''Arka sayang, setelah mama selesai bekerja nanti mama janji akan main sama Arka. Tapi sekarang kita kembali ke ruangan papa kamu ya, nak. Mama harus bekerja dulu.'' bujuk Daisha.
''Mama janji?''
''Iya, mama janji.''
Daisha membawa Arka dalam gandengan tangannya. Berbagai jenis tatapan yang memiliki makna berbeda-beda dapat Daisha rasakan dari beberapa raut wajah karyawan yang mereka lewati.
''Arka, dari mana saja kamu? Papa kan sudah bilang, jangan pergi tanpa izin dari papa.'' ucap Rendi khawatir.
''Maafkan Arka, pak. Lain kali Arka pasti tidak akan mengulanginya lagi. Iya, kan Arka?''
''Iya, pa. Maafkan Arka.'' jawab Arka.
''Arka, mama kerja dulu ya. Setelah mama selesai bekerja, kita main lagi nanti.'' ucap Daisha mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi tubuh Arka.
''Iya, Ma. Arka akan menunggu mama.''
''Anak baik.'' ucap Daisha membelai lembut kepala Arka.
''Saya permisi dulu, pak.''
Seperti yang telah Daisha janjikan tadi, sore ini ia sedang menghabiskan waktunya untuk menemani Arka bermain. Setelah sebelumnya ia meminta pada sahabatnya untuk membawa motornya pulang dan meminta izin pada ibunya jika ia akan pulang sedikit terlambat.
''Mama, Arka lapar.''
''Arka lapar, ya? Mau mama pesankan makanan?'' tanya Daisha yang kini sedang berada di ruangan Rendi.
''Kita cari makan di luar saja.'' sambung Rendi.
''Hore! Kita makan sama-sama.'' sorak Arka.
Kemudian, mereka berjalan menuju parkiran mobil khusus para petinggi perusahaan. Sepanjang jalan, tangan Arka tak pernah lepas dari genggaman Daisha.
''Mama, Arka senang ada mama di sini.''
''Iya, sayang. Mama juga senang bisa main sama Arka.''
''Arka mau makan apa?'' tanya Rendi mengalihkan pembicaraan putranya.
''Arka mau makan beef ramen pa!''
''Oke.''
''Arka suka ramen juga ya?'' tanya Daisha.
''Iya, Ma.''
''Wah, sama dong. Mama juga suka banget makan ramen. Ayo, kita tos dulu!'' ucap Daisha. Rendi memperhatikan karyawannya itu dengan begitu jeli, pandai sekali dia mendapatkan perhatian dari putranya itu, pikirnya.
Setelah lima belas menit perjalanan, kini mereka sudah berada di sebuah restoran jepang yang menyajikan berbagai olahan makanan khas negeri sakura.
''Makannya pelan-pelan dong Arka, enak banget ya sayang lahap banget sih makannya.'' ucap Daisha membersihkan sisa makanan yang menempel di tepi mulut Arka.
''Arka suka kalau makan ditemani mama.'' jawabnya senang.
''Pinter banget sih kamu.'' ucap Daisha gemas.
''Mama ayo makan juga.''
''Iya, sayang.''
''Pak Rendi, saya makan ya makanannya.'' izin Daisha.
''Silahkan.'' ucap Rendi mempersilakan.
''Enak, Ma.'' ucap Arka bahagia.
''Dihabisin ya biar Arka cepat besar.'' jawab Daisha.
''Iya, Ma.''
Setelah menghabiskan makanannya, Daisha pun berpamitan pada Arka dan bosnya itu.
''Pak Rendi, terima kasih atas traktirannya. Sudah malam, saya mohon pamit harus segera pulang. Sebentar lagi tukang ojeknya juga akan segera sampai.''
''Mama jangan pergi.'' rengek Arka.
''Mama harus pulang, sayang. Besok kan kita masih bisa ketemu lagi?''
''Tapi Arka mau sama mama.'' mendengar ucapan Arka, Daisha menjadi merasa berat hati harus berpisah dangan Arka. Ia pun membawa Arka ke dalam pelukannya.
''Kenapa aku jadi sayang banget sih sama kamu, nak.'' ucap Daisha dalam hati.
''Ehem!'' Daisha melepas pelukannya pada Arka.
''Biar saya antar pulang.''
''Terima kasih, pak. Tapi itu abang ojeknya sudah menunggu di luar.''
Rendi berjalan ke arah tatapan Daisha dan menghampiri abang ojek online tersebut. Ia menyerahkan dua lembar uang seratus ribuan.
''Batalkan pesanan atas nama Daisha dan ini sebagai gantinya.'' ucap Rendi.
''Baik, pak. Terima kasih banyak, semoga rejeki bapak makin lancar.'' ucap abang ojol tadi.
''Eh, Pak Rendi jangan dong! Trus gimana nanti saya pulangnya kalau dibatalkan.''
''Sudah saya katakan, saya yang antar pulang.'' jawab Rendi tegas.
''Maksa banget sih!'' gerutu Daisha.
Kini, Arka tertidur dalam gendongan hangat Daisha.
''Kamu duduk di depan! Kamu pikir saya sopir!'' ucap Rendi pada Daisha setelah menidurkan Arka di bangku belakang.
''Eh, iya pak.''
Keheningan kembali tercipta, hanya suara deru kendaraan yang menemani laju mobil yang melaju membelah malam berbintang.
''Pak Rendi?'' ucap Daisha setelah beberapa saat larut dalam kecamuk pikirannya.
''Pak, ada yang ingin saya sampaikan pada bapak.''
Rendi memandang sekilas dan kembali fokus pada kemudinya.
''Terima kasih selama ini saya sudah diberi kesempatan untuk bekerja di kantor bapak. Saya juga mohon maaf apabila banyak kesalahan dan keteledoran yang saya lakukan selama saya bekerja di perusahaan bapak. Saya juga mohon pamit, karena saya harus mengundurkan diri dari perusahaan bapak mulai besok pagi. Segera akan saya kirimkan surat pengunduran diri saya.'' ucap Daisha.
Rendi terdiam. Banyak pertanyaan memenuhi pikirannya. Ingin rasanya menanyakan alasan atas pengunduran diri yang Daisha ajukan, namun hal itu kembali ia urungkan.
''Itu hak kamu.'' jawab Rendi singkat.
''Terima kasih, pak.''
Sebuah mobil mewah memasuki halaman rumah yang nampak tetap asri meskipun dalam suasana gelapnya malam berbintang.
''Terima kasih untuk hari ini, pak. Terima kasih juga sudah mengantarkan saya pulang.''
''Hm.''
''Saya permisi dulu, pak.''
''Tunggu!''
''Ada apa lagi ya, pak?''
''Apa kamu sudah pikirkan baik-baik tentang keputusan kamu tadi?''
Sejenak Daisha termenung dan berpikir kembali tentang keputusannya ini.
''Sudah, pak.''
''Bagaimana dengan Arka?'' tanya Rendi ragu.
''Kami masih akan bisa tetap bertemu jika bapak mengizinkan. Dan pintu rumah saya selalu terbuka untuk Arka.'' ucap Daisha.
''Baiklah, jika itu sudah menjadi keputusan kamu.'' jawab Rendi.
''Terima kasih, permisi.'' Daisha turun dari mobil dan segera masuk ke dalam rumahnya.
Daisha merebahkan tubuhnya di ranjang empuknya setelah tadi selesai membersihkan tubuhnya yang lengket setelah seharian bekerja. Ia pandangi atap kamarnya. Angannya kembali melayang pada kejadian beberapa waktu lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments