Suasana pagi yang berselimutkan embun kesejukan membawa sebuah kedamaian baru pagi jiwa-jiwa yang haus akan sebuah harapan.
''Duh, aku mau ngapain lagi ya, bu hari ini. Bingung juga kalau nganggur gini terus.''
''Anggap saja kamu sedang istirahat, lagian kondisi kaki kamu juga masih kaya begitu. Ibu mau ke rumah bu Salamah dulu ya, mau bantuin masak di sana.'' jawab ibu Rahayu.
''Iya, bu. Hati-hati.''
''Lama-lama bosan juga rebahan gini terus.''
Daisha kembali memainkan ponsel pintarnya, ia kembali menjelajahi dunia luas yang ada di dalamnya. Sedari pag,i ia habiskan waktunya hanya untuk duduk dan tak banyak melakukan kegiatan. Hingga sebuah ketukan pintu memecah keheningan pikirannya.
''Tunggu sebentar!'' jawab Daisha berjalan ke arah pintu dengan sedikit kesulitan.
Ceklek. Pintu terbuka. Sebuah wajah tampan dengan senyuman yang begitu memesona berdiri dengan membawa sebuah buket bunga mawar di tangan kanannya.
''Arka?''
''Kamu sama siapa nak? Kenapa bisa sampai di rumah mama?'' Arka pun menunjuk ke arah dimana mobil papanya berada. Dan di sana nampak papanya yang sedang berbicara dengan seseorang melalui sambungan telefon.
Kemudian, Arka menyerahkan buket bunga mawar itu pada Daisha.
''Untuk mama.'' ucapnya.
''Wah, terima kasih, bunganya cantik sekali.'' jawab Daisha.
''Semoga mama cepat sembuh.'' sambungnya.
''Kamu romantis banget sih, nak.'' ucap Daisha gemas.
''Ayo kita masuk ke dalam. Arka sudah makan?'' tanya Daisha. Dan Arka pun mengangguk.
''Arka kenapa jam segini sudah ke sini? Sekarang kan masih jam kerja kantor, apa papa kamu nggak marah Arka ke sini sekarang?''
''Arka kangen mama.''
Saat Daisha dan Arka sedang asyik bersapa, Rendi masuk ke dalam rumah.
''Maafkan kedatangan kami mengganggu istirahat kamu. Arka memaksa ingin bertemu dengan kamu.'' ucap Rendi.
''Nggak papa pak, malahan saya senang bisa jadi ada temannya di rumah.''
Kembali dering ponsel di hp Rendi berbunyi. Ia pun meminta izin untuk mengangkat teleponnya untuk beberapa saat. Nampaknya, ia sedang berbicara cukup serius dengan lawan bicaranya.
''Arka kita harus segera kembali ke kantor, pekerjaan papa masih banyak.'' Arka menggeleng dan menolak ajakan papanya tersebut.
''Tadi kan Arka udah janji sama papa, kita hanya pergi sebentar kemudian segera kembali lagi ke kantor papa.''
Lagi-lagi Arka menolak ajakan papanya.
''Pak, kalau diizinkan biarkan Arka di sini dulu, setelah jam kantor selesai nanti, bapak bisa menjemput Arka kembali.''
''Bagaimana Arka mau?'' tanya Daisha.
''Mau!''
''Apa tidak merepotkan?''
''Sama sekali tidak pak, saya senang Arka ada di sini.'' jawab Daisha dengan senyuman.
''Baiklah, saya titip Arka sebentar. Setelah pekerjaan saya selesai saya akan segera menjemput Arka.''
''Siap, pak.''
''Arka jangan nakal ya! Papa pergi sebentar dan akan segera kembali.'' Dan Arka pun mengangguk patuh.
Rendi melajukan mobil mewahnya kembali ke kantor. Kebetulan, pekerjaannya hari ini cukup menyita banyak tenaga dan pikirannya. Setelah lelah bermain-main, Daisha dan Arka duduk di sebuah permadani hijau tua yang membentang di dekat sofa.
''Arka kita mau main apa lagi ya?'' Daisha nampak berpikir tentang permainan yang dapat dimainkan dan tak membutuhkan banyak gerakan mengingat kondisi kakinya yang masih terluka.
''Pesawat kertas?''
''Iya!'' jawab Arka antusias.
Mereka asyik membuat beberapa pesawat kertas yang berwarna-warni. Dan pada setiap pesawat kertas yang mereka buat, di dalamnya terdapat berbagai tulisan mengenai harapan atau keinginan yang mereka inginkan.
''Arka, kalau diantara kita ada yang bisa menangkap pesawat-pesawat ini, kita boleh membuka dan membaca tulisan yang ada di dalamnya? Gimana Arka setuju?''
''Oke, kita mulai ya.''
''Satu, dua, tiga!'' ucap mereka bersamaan.
''Hore, dapat!''
''Arka mau membaca tulisan di pesawat harapan ini?'' tanya Daisha.
''Mau.''
''Sekarang Arka baca yang keras ya, mama mau dengar Arka membaca.'' ucap Daisha.
''Semoga Arka selalu bahagia.'' Arka membaca tulisan itu dengan sedikit mengeja.
''Pinter! Arka sudah pandai membaca rupanya.'' puji Daisha.
''Masih ada satu lagi, Arka mau membacakannya lagi?'' tanya Daisha kembali.
''Mau!''
''Coba, bacakan lebih keras lagi. Mama akan mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Setelah itu, kita amin kan sama-sama ya.''
''Iya, mama.'' jawab Arka pelan.
''Sekarang Arka baca dengan penuh semangat ya.'' ucap Daisha. Arka membuka sebuah tulisan yang berada di tangannya dengan hati-hati. Ia terdiam untuk beberapa saat sebelum membacakan isi tulisan di dalamnya.
''Arka mau punya mama!'' Arka membaca tulisan itu dengan begitu lantang dan menatap Binar dengan penuh harap. Daisha tertegun mendengar doa yang Arka tulis pada pesawat kertasnya.
''Ayo, mama kita harus bilang amin.'' ucap Arka mengingatkan.
''Oh iya, aamiin.'' jawab Daisha terbata.
Sedari tadi, ternyata Rendi sudah berada di depan rumah Daisha. Kedatangannya tidak diketahui Daisha karena sedari tadi mereka sedang terlalu asyik bermain. Rendi mendengar semua percakapan antara putra semata wayangnya dan karyawannya itu. Hatinya kembali merasa tersayat dan terluka mendengar keinginan putranya itu.
''Ehem!''
''Eh, Pak Rendi sudah datang?'' Daisha mulai mempersilakan atasannya itu masuk ke dalam rumahnya.
''Arka, sekarang waktunya pulang. Ayo!'' ajak Rendi.
''Baiklah, mama besok Arka akan ke sini lagi.'' ucap Arka dengan berat hati.
''Iya, sayang mama tunggu.''
''Kami permisi, terima kasih sudah menjaga Arka.'' ucap Rendi.
''Sama-sama, pak.'' Arka berjalan dalam gandengan papanya. Ia melambaikan tangannya pada Daisha hingga menghilang di balik mobil yang juga ikut meninggalkan rumah Daisha.
''Siapa yang barusan datang, Sha?'' tanya ibu Rahayu yang baru saja memasuki halaman rumahnya.
''Arka, bu.''
''Cucu ibu datang lagi? Sayang sekali, ibu nggak sempat ketemu tadi.''
''Belum rejekinya, bu.''
''Iya, ya sudah ayo masuk ke dalam. Hari sudah hampir sore.''
Selama mengemudikan kendarannya, pikiran Rendi terus terngiang akan permohonan putranya tadi. Dalam setiap kesempatan, Rendi selalu berusaha untuk mewujudkan setiap keinginan sang putra. Namun, untuk yang satu hal itu tadi, rasanya begitu sulit untuk dapat terwujud. Bagaimana mungkin ia bisa memenuhi permintaan putranya, jika dihatinya masih selalu terpaku satu nama, seorang wanita yang selalu ia cinta, yang tak lain adalah ibu kandung dari putranya tersebut. Dan ia juga berpikir tidak akan ada wanita lain yang bisa dan mampu menggantikan sosok Raline untuk menjadi ibu sambung bagi putranya. Selama lima tahun kebelakang, tak pernah terucap sekalipun Arka bertanya mengenai sosok ibu yang telah melahirkannya, apalagi meminta seorang 'ibu' untuk menjadi ibunya. Tak dapat dipungkiri, banyak wanita yang mencoba mendekati dirinya dan Arka, namun Arka selalu marah dan mencoba untuk menghalau wanita-wanita itu agar menjauh dari kehidupan mereka. Hal itulah yang menjadikan sikap Rendi menjadi dingin terhadap wanita manapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments